Liga Champions Eropa dan Liga Europa telah memasuki babak perempat final. Dalam kurun waktu dua bulan lagi, kita akan mengetahui klub-klub terbaik yang akan keluar sebagai jawara di kedua ajang tersebut. Daftar berikut ini memuat beberapa klub yang awalnya diprediksi akan melangkah jauh di kompetisi antarklub Eropa tapi ternyata tampil tak sesuai harapan.
Manchester United
Jika dibandingkan musim 2016/2017 ketika mereka hanya berkompetisi di Liga Europa, melaju hingga babak 16 besar Liga Champions adalah prestasi lumayan bagi Manchester United. Namun, jika memperhitungkan bahwa di musim 2017/2018 mereka diisi pemain-pemain mahal dan dilatih peraih dua gelar Liga Champions, Jose Mourinho, tersingkir di tangan Sevilla adalah hasil yang memalukan.
Atletico Madrid
Runner-up Liga Champions Eropa pada tahun 2014 dan 2015 ini memang masih mendapatkan kesempatan kedua dengan melaju ke perempat-final Liga Europa. Namun, jika melihat peta persaingan pasukan Diego Simeone dan kawan-kawan di fase grup Liga Champions 207/2018, banyak yang menyayangkan mengapa mereka hanya sanggup finis sebagai penghuni peringkat tiga. Dua kali hasil imbang melawan klub antah-berantah Qarabag (Azerbaijan) adalah hasil memalukan bagi Antoine Griezmann dan kawan-kawan.
AC Milan
Ingat ketika banyak kalangan memprediksi Liga Europa 2017/2018 akan menjadi awal kebangkitan AC Milan di Eropa? Hari-hari itu rasanya telah lama berlalu. Kolektor tujuh trofi Liga Champions Eropa ini hanya mampu mencapai babak enam belas besar akibat disingkirkan Arsenal. Meski sedang dalam performa bagus di bawah asuhan Gennaro Gattuso, I Rossoneri takluk dalam dua pertemuan atas The Gunners. Sayang sekali, tapi setidaknya performa mereka di Serie A tengah berada di level yang baik.
Everton
Tak ada yang memasukkan Everton ke dalam kategori klub besar, tapi setidaknya Everton memulai musim 2017/2018 dengan menjanjikan. Sayang, pelatih Ronald Koeman tak mampu memaksimalkan materi pemain bagus The Toffees, sehingga klub asal Liverpool ini langsung tersingkir di fase grup Liga Europa.padahal, di atas kertas, materi pemain klub ini lebih bagus daripada Atalanta, Olympique Lyon, dan Apollon Limassol.
Napoli
Runner-up Seria A Italia 2016/2017 ini menjadi calon kuat pendamping Manchester City untuk lolos dari fase grup Liga Champions 2017/2018. Namun, pasukan Maurizio Sarri tak mampu membawa performa hebat mereka di kompetisi domestik ke panggung Eropa. Napoli kalah bersaing dari Shakhtar Donestk dan terpental ke Liga Europa. Di kompetisi kelas dua tersebut, Marek Hamsik dan kawan-kawan hanya sanggup mencapai babak 32 besar dari klub debutan RB Leipzig.
Paris Saint-Germain
Entah siapa lagi yang harus dibeli klub kaya Prancis ini untuk melangkah lebih jauh di ajang Liga Champions Eropa. Meski telah memecahkan rekor transfer dunia dengan mendatangkan Neymar dari Barcelona, klub ibu kota Prancis ini lagi-lagi hanya mampu mencapai babak enam belas besar Liga Champions setelah ditundukkan Real madrid.
AS Monaco
Musim lalu, pelatih Leonardo Jardim membawa AS Monaco membuat kejutan dengan menjadi semifinalis Liga Champions. Meski kehilangan Kylian Mbappe yang hijrah ke Paris Saint-Germain dan beberapa pemain inti lainnya, Monaco tergabung di grup mudah di Liga Champions 2017/2018. Di luar dugaan, Radamel Falcao dan kawan-kawan malah menjadi bulan-bulanan dan menghuni juru kunci grup di bawah Besiktas, FC Porto, dan RB Leipzig.
Borussia Dortmund
Entah apa yang salah dari jawara Liga Champions 1996/1997 ini. Mereka masih belum sanggup menduplikasi performa hebat ketika menjadi runner-up Liga Champions 2012/2013 lalu. Dortmund tampil loyo di Liga Champions tahun ini dan beruntung masih bisa tampil di Liga Europa sebagai peringkat tiga grup. Namun, Marco Reus dan kawan-kawan lagi-lagi tampil mengecewakan dengan disingkirkan RB Salzburg di babak enam belas besar.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.