Tribe Ultah

Markus Haris Maulana: Panutan Sumatera, Legenda Indonesia

Ada tiga nama panjang yang melekat padanya, yaitu Markus Horison Ririhina yang merupakan nama kelahirannya, lalu Markus Haris Maulana dan Muhammad Haris Maulana ketika ia menjadi mualaf pada 2004. Namun, bagi pencinta sepak bola nasional, nama Markus apapun nama belakangnya tetap hanya satu, merujuk pada seorang kiper jangkung asal Sumatera Utara.

Tidak sulit mencari sosok Markus Haris Maulana di lapangan. Bukan hanya karena posisinya sebagai kiper, tapi juga posturnya yang tinggi menjulang serta berkepala plontos. Perawakan Markus sangat khas, yang terkadang membuat kita, orang Indonesia, menyamakan seseorang yang juga berkepala plontos dan bertubuh jangkung sebagai “mirip Markus”, alih-alih menyebutnya “mirip Jan Koller”.

Markus yang kelahiran Pangkalan Brandan, tepat pada hari ini 37 tahun yang lalu, merupakan salah satu putra daerah Sumatera terbaik di bidang sepak bola. Jejak kariernya diwarnai dengan beragam prestasi membanggakan, dan pernah memperkuat beberapa klub papan atas Indonesia.

Bersama PSMS Medan, Markus Haris Maulana tercatat pernah menjuarai tiga Piala Emas Bang Yos (PEBY) pada 2004, 2005, dan 2006. Kemudian ia juga sempat membawa Ayam Kinantan melaju ke final Liga Indonesia 2007/2008, tapi gagal juara karena dikalahkan sesama tim Sumatera, Sriwijaya FC.

Kiprah gemilang Markus tidak hanya muncul di Medan. Ia juga pernah menjadi andalan di Persiraja Banda Aceh, Persik Kediri, dan Persib Bandung. Hanya di Arema ia terbilang gagal karena lebih banyak dicadangkan, yang membuatnya hengkang menuju Maung Bandung.

Performa apiknya di level klub kemudian membawanya menembus tim nasional Indonesia. Di laga debutnya, Markus langsung tampil impresif. Menghadapi Korea Selatan di Piala Asia 2007, Markus turun menggantikan Jendri Pitoy dan hanya kemasukan satu gol, padahal gawangnya dibombardir serangan bergelombang dari Lee Chun-soo dan kolega.

Setelahnya, Markus terus menjadi andalan di bawah mistar gawang tim Garuda. Pada 2009 ia masuk nominasi Pemain Terbaik Asia tahun itu, dan menjadi pemain Indonesia pertama yang melakukannya. Kemudian pada 2010 ia turut berpartisipasi di laga Perang Bintang yang berisikan pemain-pemain terbaik di Indonesia Super League (ISL) saat itu.

Senja karier dan petualangan di Timor Leste

Tahun 2009 menjadi puncak karier Markus Haris Maulana. Setahun setelah masuk nominasi Pemain Terbaik Asia, ia menikahi artis ibu kota, Kiki Amalia, dan sempat menjadi berita besar di Indonesia, karena saat itu fenomena pesepak bola yang menikahi selebriti belum marak terjadi.

Namun, ternyata pernikahan itu juga yang menjadi awal dari senja kariernya. Dua tahun kemudian tepatnya pada Desember 2012 keduanya resmi berpisah, yang juga diiringi meredupnya kiprah Markus di lapangan hijau. Sebuah pukulan telak bagi pemain yang saat itu telah mengantongi 38 caps di timnas Indonesia.

Usai perceraian itu, karier Markus hanya berkutat di tim-tim kelas dua. Sempat memperkuat PSMS Medan versi Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL), Markus kemudian bermain di Torabika Soccer Championship (TSC) B 2016 bersama PPSM Magelang, lalu di awal tahun 2017 merantau ke Liga Timor Leste.

Di Timor Leste, ia dikontrak Assalam FC dan bermain satu tim dengan penyerang legendaris PSMS, Cristian Carrasco. Markus saat itu mengaku sebenarnya mendapat banyak tawaran, terutama dari tim Liga 2 untuk musim kompetisi 2017, tapi ia ingin mencoba tantangan baru yang membuatnya menerima pinangan Assalam FC.

”Alasan pertama kenapa memilih di sini, sudah pasti karena tantangan di sepak bola. Tahun ini, saya ada beberapa tawaran dari klub Divisi Utama (Liga 2). Tetapi, saya mau mencoba atmosfer sepak bola di Timor Leste,” ujar Markus pada Juara.net.

Selain itu Markus juga mengungkapkan bahwa gaji yang diterimanya di Timor Leste lebih banyak karena memakai nilai mata uang dolar AS. Saat itu ia ditawari kontrak dua tahun, tapi hanya menyanggupi selama 10 bulan dan kemudian memutuskan gantung sepatu.

Kabar terkini

Pada akhir tahun 2016 Markus diketahui sempat terjun ke dunia politik. Saat itu beredar foto ID Card Partai Perindo dengan foto dirinya dan nama Markus Horizon. Keterangan di kartu tersebut menyebutkan bahwa Markus sedang mengikuti pelatihan dasar kader Perindo Kabupaten Langkat.

Akan tetapi, tampaknya kiprah Markus di dunia politik tidak bertahan lama, karena beberapa bulan kemudian ia merantau ke Timor Leste, dan setelah pensiun langsung melanjutkan karier sebagai pelatih kiper di Aceh United sejak Januari 2018.

Markus menuturkan bahwa pilihannya jatuh pada Aceh United karena suasana Islam yang kental di kota itu, dan kegemarannya menikmati kopi Aceh. Markus juga menyatakan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyalurkan semua pengalaman dan ilmu yang dimilikinya semasa aktif bermain, demi perkembangan kiper-kiper Aceh United.

Tepat di hari ini Markus Haris Maulana merayakan hari ulang tahunnya yang ke-37. Sebagai salah satu putra daerah terbaik Sumatera dan legenda sepak bola Indonesia, semoga kiprah gemilang Markus sebagai pemain berlanjut ke pinggir lapangan, agar kelak dapat menelurkan kiper berkualitas dari hasil didikannya.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.