Cerita

Seminar Keuangan ala Juventus, Wujud Nyata Kepedulian Klub terhadap Masa Depan Pesepak Bola

Usia karier olahragawan, termasuk juga pesepak bola, termasuk singkat bila dibandingkan dengan pekerjaan di bidang lain, semisal hukum, ekonomi, ataupun kedokteran. Faktor-faktor usia, cedera parah, hingga gagal bertahan di level pro untuk jangka panjang secara perlahan akan memaksa para pemain ini untuk gantung sepatu. Jika sudah begitu, otomatis penghasilan utama mereka sebagai pesepak bola pun akan berhenti. Di sini kemudian tantangan baru bagi kehidupan finansial mereka dimulai.

Bagi mereka yang langsung mendapatkan pekerjaan baru, seperti misalnya komentator, analis, ataupun di bidang kepelatihan, tentu tak perlu pusing lagi memikirkan masa depan mereka. Apalagi para pemain yang memang sudah bersiap jauh-jauh hari dengan mendirikan berbagai jenis lini bisnis, kondisi finansial mereka tentu jauh lebih aman lagi.

Meski begitu, tak semua pesepak bola memiliki kemapanan finansial seperti itu. Tanpa pernah diduga, ada saja segelintir kasus miris terkait kondisi finansial yang muncul ke permukaan. Kita tentu pernah mendengar kisah yang dialami Emmanuel Eboué ataupun Alexander Pulalo. Kegagalan memahami pengelolaan finansial yang baik nyatanya berdampak fatal bagi mereka. Bisa jadi, keduanya hanyalah contoh kecil dari sekian banyak mantan pemain yang gagal hidup layak setelah pensiun akibat hal ini.

Legenda hidup sepak bola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, dalam sebuah wawancara beberapa tahun silam, pernah mengatakan bahwa pesepak bola yang berhasil adalah pesepak bola yang kondisi finansialnya tetap baik setelah pensiun. Semua itu tentu bisa diwujudkan jika para pemain memahami pengelolaan finansial yang baik sejak dini, agar tidak menyesal di kemudian hari.

Pola pikir ini juga yang ada di benak Juventus College, institusi pendidikan bagi para pemain muda Bianconeri. Bekerja sama dengan UBI Banca, yang merupakan bank ofisial Juventus, serta The Foundation for Financial Education and Savings, mereka memberikan kursus pendidikan keuangan selama beberapa pekan bagi para pemain muda Juventus (usia 17-19 tahun) lewat serangkaian seminar yang diikuti dengan permainan ‘role play’ yang bertujuan untuk mempraktikkan topik keuangan yang dipelajari selama sesi seminar berlangsung.

Dalam situs resminya, Juventus menyatakan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang keuangan di kalangan anak muda, mendukung keberlangsungan karier profesional para pemain muda Juventus, dan mengajarkan mereka hal-hal penting yang harus diketahui untuk mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki serta mengelola penghasilan mereka.

Topik yang dibahas dalam seminar-seminar itu sendiri meliputi 6 hal utama, yaitu pekerjaan, pemasukan, pengeluaran, investasi, pengelolaan uang, serta cyber security. Topik-topik ini dipecah lagi menjadi beberapa bagian, seperti hal terkait sistem pembayaran, pengembangan bisnis, bagaimana mengelola gaji yang mereka terima, dan masih banyak lagi. Materi seminar keuangan ini tentu diharapkan dapat dipahami seluruh para pemain muda Juventus agar tak gegabah dalam menggunakan penghasilan mereka di masa depan.

Langkah yang ditempuh Juventus ini merupakan salah satu cara ampuh yang bisa digunakan agar kasus-kasus seperti yang dialami Eboué maupun Alex bisa dihindari di masa depan. Juventus mungkin bukan klub pertama yang melakukannya, namun langkah mereka bisa dicontoh oleh klub-klub lain yang mungkin masih abai dengan masalah ini.

Kursus pendidikan seperti ini pun tampaknya juga bisa dicontoh oleh klub-klub Indonesia, khususnya klub peserta Liga 1. Apalagi, seperti yang kita ketahui, sejumlah bank nasional ataupun daerah ikut mensponsori beberapa klub Liga 1, sehingga pihak klub mungkin bisa meminta kerja sama dengan mereka terkait hal ini.

Mengingat kondisi sepak bola Indonesia belum sepenuhnya aman dari masalah gaji, kontrak pemain, dan hal-hal terkait lainnya, tentu tak ada salahnya jika pihak klub menunjukkan kepedulian mereka kepada para pemain lewat cara ini, khususnya kepada para pemain muda yang baru mulai menapaki karier dan belum pernah mendapatkan materi semacam ini sebelumnya di sekolah.

Jika wawasan mereka terkait perencanaan finansial semakin bertambah, maka mereka tidak perlu lagi kalang kabut memikirkan perencanaan hari tua mereka. Meskipun rasanya para pemain lokal kita sudah belajar banyak dari kasus pembekuan PSSI tiga tahun silam, yang mungkin membuat sebagian dari mereka gigit jari akibat terputusnya sumber nafkah mereka karena terhentinya kompetisi.

Author: Adhi Indra Prasetya (@aindraprasetya)
Penggemar Juventus yang merasa dirinya adalah Filippo Inzaghi saat bermain bola