Editorial

Meludah, Satu dari Segelintir Fragmen yang Abadi di Sepak Bola

Selain gol dan gelimang trofi, saya kira, meludah adalah aktivitas yang abadi di sepak bola, namun kerap terpinggirkan. Anda perlu mencoba berlari tanpa henti selama lima menit saja di lapangan hijau, dan seketika, tenggorokan Anda akan terasa kering, dan kurang nikmat rasanya kalau tidak meludah kemudian.

Itu aktivitas jamak. Setiap orang yang pernah merasakan bermain sepak bola sering merasakan rasa kering di tenggorokan itu. Yang membuat itu tak jamak dan di luar batas sportivitas adalah ketika Anda meludah dan mengenai pemain lain, apalagi, jika itu disengaja.

Dunia pernah mengingat Frank Rijkaard yang meludahi Rudi Völler saat Belanda bersua Jerman di Piala Dunia 1990. Atau drama Francesco Totti yang meludahi Christian Poulsen di Piala Eropa 2004, saat laga Italia melawan Denmark. Terkini, Jamie Carragher, melakukan hal itu, yang konyolnya, ia lakukan di luar lapangan.

Seusai laga North-West Derby antara Manchester United kontra Liverpool yang berakhir untuk kemenangan tipis 2-1 Setan Merah, Carragher sedang melaju santai di atas mobilnya. Satu hal yang tak ia kira, mungkin, adalah orang yang datang mendekat dan berusaha mengejeknya. Hanya ejekan sederhana, sebuah banter yang tak perlu direspons berlebihan. Tapi, legenda Liverpool ini mempunyai sikap tersendiri untuk meresponsnya.

Ia meludahi mobil si pria, yang konon, air ludahnya mengenai putri si pria. Kontroversi merebak, caci-maki langsung menyapa Carra, walau dengan sigap, ia berkali-kali minta maaf baik via Twitter pribadinya, ataupun secara live di televisi. Tapi, seperti nasi yang sudah menjadi bubur, air ludah Carra sudah bertransformasi menjadi sesuatu yang jauh lebih liar dari yang bisa ia bayangkan.

Ia diberhentikan sementara oleh Sky Sport sebagai pundit, dan untuk waktu yang belum ditentukan, kemungkinan, ia tidak akan menjadi komentator dan analis sepak bola, setidaknya, sampai kasus ini mereda, atau, diredakan.

Begitulah, sebab terkadang, aktivitas sepele yang sering dilakukan pesepak bola di lapangan, bisa menjadi hal yang sialnya merugikan tak hanya diri sendiri, namun juga reputasi banyak orang. Sky dengan keputusannya untuk memberhentikan sementara Carragher tentu boleh dianggap kalau mereka tak ingin citranya tercoreng karena air ludah yang sepele, tapi memalukan itu.

Meludah adalah hal yang mudah sekali kamu temukan di sepak bola. Sepanjang satu laga di 2×45 menit, ada puluhan liter air liur yang mungkin sudah membasahi rumput di lapangan dan kita bahkan tidak tahu mana air ludah Lionel Messi atau Nicklas Bendtner. Tapi bagi Carragher, ia akan tahu (dan semoga ia ingat), dan dunia (juga publik Inggris) sudah tahu, ia pernah dipermalukan di publik hanya karena hal sepele: meludah. Sesuatu yang seharusnya bisa puas ia lakukan berkali-kali di lapangan, di rumah, di taman, di jalanan, tanpa harus diarahkan ke orang lain sebagai korban.

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis