Turun Minum Serba-Serbi

Jika Sepak Bola Dibuatkan Penghargaan Oscar

Senin (5/3) lalu dunia perfilman Hollywood menggelar ajang penghargaan yang rutin mereka adakan setiap tahun, bernama Piala Oscar. Ajang tersebut merupakan bentuk apresiasi atas karya-karya terbaik para sineas maupun aktor dan aktris perfilman, yang dibagi ke dalam beberapa kategori.

Bertepatan dengan acara tersebut, Football Tribe Indonesia berandai-andai bagaimana jadinya jika sepak bola ikut menggelar hajatan serupa. Sebab, selama ini penghargaan di sepak bola lebih banyak dilakukan khusus untuk ajang-ajang tertentu, dengan kategori yang itu-itu saja.

Lalu bagaimana jika Piala Oscar diterapkan di sepak bola? Berikut ini adalah kategori-kategori unik yang bisa diperebutkan:

“Aktor” terbaik

Kata “aktor” diberi tanda kutip karena sepak bola sebagai salah satu cabang olahraga yang bertujuan menyehatkan jasmani, justru mereka bumbui dengan akting berupa diving, pura-pura cedera, atau memprovokasi wasit. Beberapa pemain yang cocok memperebutkan kategori Piala Oscar Sepak Bola ini adalah Neymar, Luis Suarez, Arjen Robben, atau pendatang baru, Samuel Umtiti.

Klub terbaik

Tergantung dari sudut mana kata “terbaik” ini dimaknai. Apakah dari jumlah trofi, keindahan permainan, atau efektivitas serangan. Namun apapun maknanya, mungkin kita semua sepakat bila tim-tim seperti AC Milan era Trio Belanda, Barcelona asuhan Pep Guardiola, dan Manchester United versi Sir Alex Ferguson, adalah beberapa yang layak bersaing untuk memenangkan kategori ini.

Antiklimaks terbaik

Beralih ke pertandingan, saat membicarakan antiklimaks ingatan kita akan tertuju pada beberapa laga, seperti Bayern München di final Liga Champions 1998/1999, AC Milan di final Liga Champions 2004/2005, Liverpool di Liga Primer Inggris 2013/2014, atau Brasil di final Piala Dunia 1950. Timnas Indonesia juga bisa dimasukkan sebagai nominasi di kategori ini, salah satunya saat bermain di Piala Tiger 2004.

Comeback terbaik

Momen dramatis ini bukan lagi barang langka di sepak bola, tapi bagaimanapun juga harus diakui salah satu comeback terbaik yang pernah tercipta di muka bumi ini adalah Liverpool di final Liga Champions 2004/2005. Pertandingan itu bahkan sampai dijuluki Miracle of Istanbul, dan diangkat menjadi film yang berjudul 15 Minutes That Shook The World.

Taktik terbaik

Sama seperti kategori untuk klub, kata “terbaik” di sini harus memiliki kriteria yang jelas terlebih dulu. Namun, rasanya tak berlebihan jika taktik parkir bus Jose Mourinho di Internazionale Milano dimasukkan ke kategori Piala Oscar Sepak Bola yang satu ini, bersamaan dengan catenaccio ala Antonio Conte di timnas Italia pada Piala Eropa 2016, dan formasi W-M yang melambungkan nama Herbert Chapman.

Skenario terbaik

Lho memangnya sepak bola bisa di-skenario? Ya bisa ja, karena kalau tidak bisa mana mungkin ada Calciopoli atau skandal pengaturan skor lainnya. Kasus sepak bola gajah antara PSIS Semarang dan PSS Sleman juga layak dimasukkan sebagai nominasi di kategori Piala Oscar Sepak Bola ini, beserta gol bunuh diri Mursyid Effendi di Piala Tiger 1998.

One-season wonder terbaik

Nama pertama yang terlintas pasti Michu, lalu disusul nama-nama lain seperti Martin Palermo, Asamoah Gyan, Kevin-Prince Boateng, Antonio Nocerino, Alessio Cerci, atau Daniel Guiza. Sementara itu di Liga Indonesia beberapa nominasinya adalah Aliyuddin, Oscar Aravena, Marlon da Silva, dan Yanto Basna.

Gol bunuh diri terbaik

Agak mengherankan nominasinya cukup banyak untuk kategori yang satu ini, seakan menjadi tren tersendiri agar bisa viral di dunia maya. Terbaru, gol karambol dari Andrea Ranocchia saat Internazionale Milano melawan Genoa sangat layak dinominasikan untuk kategori ini, atau backpass Gary Neville yang luput ditendang Paul Robinson.

Bintang meme terbaik

Nicklas Bendtner, Mario Balotelli, Danny Welbeck, Simon Mignolet, Pepe, Emile Heskey, dan Arsene Wenger tak perlu diragukan lagi kualitasnya sebagai kandidat utama peraih penghargaan ini. Bahkan saking ketatnya persaingan di kategori terakhir ini, mungkin sebaiknya diadakan penghargaan tersendiri dengan piala bergilir tiap tahunnya.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.