Cerita

Kembalinya Suka Cita Sepak Bola ke Tanah Irak

Kemenangan Irak melawan Arab Saudi dengan skor 4-1 pada 28 Februari 2018 lalu disambut penuh suka cita oleh publik Irak. Namun, bukan skor pertandingan yang disambut suka cita oleh negeri yang pernah luluh lantak akibat perang tersebut. Laga yang diadakan di Kota Basra tersebut adalah pertandingan sepak bola paling meriah yang dilaksanakan di Irak selama tiga dekade lebih.

Laga Irak melawan sebuah tim yang akan berlaga di Piala Dunia 2018 Rusia ini dapat mendatangkan dampak positif lain. Meskipun hanya berstatus laga persahabatan, kinerja bagus Irak dalam menjamu Arab Saudi diharapkan dapat membantu meyakinkan FIFA untuk mencabut larangan mengadakan pertandingan sepak bola kompetitif internasional di dalam wilayah negara tersebut.

Sejak dimulainya Perang Irak pada dekade 1980-an yang berlanjut ke dekade 2000-an, negara yang pernah dikuasai Saddam Husein tersebut memang tidak dapat melaksanakan laga internasional di Tanah Air mereka. Larangan tersebut sempat dicabut pada tahun 2011. Namun, laga kontra Yordania yang tadinya akan dilaksanakan di Erbil pada bulan September 2011 itu dibatalkan atas alasan keamanan. Irak akhirnya baru bisa melaksanakan pertandingan internasional pada bulan Mei 2017 lalu, melawan Yordania.

Diizinkannya Irak oleh FIFA untuk menjadi tuan rumah pertandingan persahabatan baru-baru ini adalah sebuah langkah maju bagi sepak bola di negara tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Irak memainkan pertandingan kandangnya untuk agenda penting seperti fase kualifikasi Piala Dunia 2018 di negara-negara tetangga, Iran dan Yordania.

FIFA akan memutuskan apakah akan mencabut penuh larangan tersebut pada Maret nanti. Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, kepala Konfederasi Sepak Bola Asia, mengatakan bahwa sudah tiba saatnya untuk memberi kembali izin pelaksanaan kepada Irak. Federasi sepak bola Irak sendiri telah mengundang Presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk hadir di pertandingan Irak melawan Arab Saudi tersebut. Sayang, sang pejabat berhalangan hadir.

Jika larangan tersebut dicabut, itu akan menjadi hari terbesar kedua dalam sejarah sepak bola Irak. Hari bersejarah pertama tentu saja skemenangan bersejarah di final Piala Asia 2007 yang berlangsung di Stadion Gelora Utama Bung Karno, Jakarta.

Kembali ke laga Irak melawan Arab Saudi yang berlangsung pada hari Rabu, 28 Februari 2018 lalu, Stadion Basra yang berkapasitas 65.000 tempat duduk terisi penuh oleh para penonton yang antusias. Stadion yang diresmikan pada tahun 2013 tersebut menghabiskan biaya lebih dari setengah miliar dolar. Awalnya, stadion ini dibangun untuk menjadi salah satu tempat pelaksanaan Piala Teluk 2013. Namun, karena alasan keamanan, Irak batal menjadi tuan rumah dan kompetisi tersebut kemudian dipindahkan ke Bahrain.

Irak memang tidak tampil di Piala Dunia kali ini. Namun, jika kampanye membawa kembali sepak bola kembali ke Tanah Air mereka berjalan sukses, mereka bisa memainkan pertandingan-pertandingan penyisihan Piala Dunia dan Piala Asia di kota-kota seperti Basra, Karbala, atau Erbil. Kemungkinan besar Irak bisa berprestasi baik jika diukung langsung publik mereka.

Tak ada tempat lain yang lebih nyaman dari rumah, rakyat Irak sangat memahami itu. Meskipun sempat porak-poranda akibat perang, rakyat Irak tak putus asa membawa sepak bola kembali ke rumah.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.