Cerita

Banyaknya Mantan Anak Buah Arsene Wenger yang Membelot sebagai Indikasi bahwa Reputasinya Semakin Terpuruk

Arsene Wenger adalah manajer dengan nama yang baik. Reputasinya top, berbekal permainan atraktif yang ia terapkan dengan skuat berisi pemain muda nan potensial. Arsenal asuhannya menjadi klub yang disegani, tak hanya di Inggris, namun juga di Eropa, bahkan dunia.

Ia pernah mengarungi satu musim di Liga Primer Inggris tanpa mengalami satupun kekalahan. Lebih dari itu, ia juga pernah membawa timnya menjalani 49 pertandingan tanpa sekalipun menelan kekalahan. Tapi itu dulu.

Sekarang, keadaan berubah bagi Wenger. Reputasinya semakin hari semakin rusak. Ia tak lagi mampu menghadirkan permainan yang atraktif. Ia tak lagi mampu mengembangkan pemain muda menjadi pemain berkelas, dan lebih memilih untuk membeli pemain dengan harga mahal yang kualitasnya rata-rata. Ia kini tak lagi disegani, bahkan di London, tempat klubnya bermarkas.

Oleh karena itu, wajar apabila pria asal Prancis ini menjadi sasaran kritikan yang konstan, mulai dari para pundit sepak bola, hingga pendukung Arsenal sendiri. Namun, ada satu hal yang mungkin akan menyakitkan dirinya adalah fakta bahwa mantan anak asuhnya beberapa tahun yang lalu, kini membelot terhadapnya.

Banyak mantan pemain Arsenal yang sudah pensiun, mulai dari yang hitungannya pemain biasa hingga legendaris, ramai-ramai memberikan kritik pada Wenger. Tak sedikit pula yang melontarkan serangan personel terhadap Wenger yang tahun ini umurnya akan menginjak 69 tahun.

Kalian mungkin berpikir, bahwa mantan pemain ini tak tahu terima kasih, atau mungkin tidak sopan terhadap Wenger yang telah membesarkan mereka. Pikiran seperti ini sah-sah saja, namun jika dilihat lagi, kritikan yang datang dari mantan pemainnya mengisyaratkan satu hal bagi Wenger. Ya, sudah sebegitu terpuruknya reputasinya saat ini, hingga mantan anak asuhnya yang begitu respek kepadanya sampai menyerang dirinya.

Martin Keown, bek tangguh yang sempat memegang komando lini belakang Arsenal asuhan Wenger bersama Tony Adams, mengatakan bahwa mantan bosnya itu tak tahu bahwa sudah saatnya ia harus pensiun. Ian Wright, top skor kedua sepanjang masa Arsenal yang mencapai puncak permainan bersama Wenger berkata bahwa ia tak lagi melihat adanya alasan bagi mantan manajernya untuk bertahan di Stadion Emirates.

Apa yang keluar dari mulut Tony Adams, mantan kapten Wenger, bahkan lebih parah lagi. Bek tengah doyan mabuk yang kariernya berubah sejak dilatih Wenger ini mengatakan bahwa Arsenal tak akan bisa lagi menjuarai Liga Inggris apabila Wenger masih duduk di bangku cadangan. Tak hanya itu, ia juga menyatakan bahwa tak ada hal yang Wenger ajarkan kepadanya ketika ia masih bermain bagi Arsenal.

Dua pemain Wenger yang dapat dikatakan paling berkualitas, Thierry Henry dan Patrick Vieira, juga tak luput memberikan serangan bagi mantan bosnya. Henry, yang digadang-gadang akan menjadi penerus Wenger di Arsenal, mengatakan bahwa ia sedih melihat situasi Wenger saat ini, namun ia juga menyatakan bahwa mantan manajernya itu tak cukup konsisten untuk membawa Arsenal tampil baik. Sementara Vieira menyatakan bahwa Wenger kini telah kehilangan identitas skuat Arsenal yang telah ia bangun.

Sang manajer pun bukannya tak merespons. Beberapa kritikan dari mantan anak asuhnya ia tanggapi, seperti suatu waktu ia pernah menyatakan bahwa opini Henry salah, dan sebagainya. Sayangnya, melihat situasi saat ini, rasanya hampir semua yang anak asuhnya katakan adalah kenyataan.

Seperti kata Vieira, Arsenal kini telah kehilangan identitasnya. Permainan Wenger yang atraktif tak lagi terlihat, dan filosofinya dalam mengembangkan pemain muda mulai luntur. Penampilan Arsenal juga tak konsisten, satu waktu mereka mampu menang besar, seminggu kemudian kalah oleh tim yang di atas kertas kualitasnya lebih rendah. Bahkan, perkataan Adams bahwa Arsenal tampak tak mungkin memenangkan Liga Primer Inggris dengan Wenger masih menjadi nakhodanya pun tampak benar, walaupun menyakitkan.

Diserang oleh mantan anak asuh sendiri tentunya menyakitkan, namun Wenger seharusnya mampu menyadari sesuatu dari serangan-serangan tersebut. Reputasinya sebagai manajer top pun kian luntur, dan tampak kecil peluangnya untuk mengembalikan lagi kejayaan yang sempat ia miliki. Perbekalan yang ia miliki kini tak cukup kuat. Taktiknya juga sudah usang, dan ia tampak tak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dari pemain-pemainnya.

Hanya ada satu cara baginya untuk menyelamatkan reputasi dan legasinya, yaitu dengan mundur secara terhormat, tanpa ada pemecatan sepihak dari pihak klub. Sayang, melihat betapa keras kepalanya, hal ini tampak sulit terjadi dalam waktu dekat. Hanya tinggal menunggu waktu saja, siapa mantan anak asuh Wenger yang akan kembali membelot dari dirinya.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket