Kolom

Andres Iniesta dan Kegeniusan yang Bersinar di London Barat

Drama antara Chelsea dan Barcelona di babak 16 besar Liga Champions 2017/2018 tak pernah habis dibahas. Pertandingan yang berakhir dengan skor 1-1 itu pun berlangsung dramatis dan penuh ketegangan. Namun, selalu ada keindahan yang akan kita kenang dalam waktu lama.

Aksi-aksi indah Willian adalah salah satu sorotan utama. Dua tembakan jarak jauhnya yang mengenai tiang gawang Barcelona akhirnya terbayar dengan sebuah gol indah. Namun, fokus kita kali ini adalah gol balasan Barcelona yang datang dari kaki Lionel Messi.

Para pemain belakang Chelsea memang bisa dibilang bersalah atas serangkaian kesalahan fatal yang akhirnya berujung gol Lionel Messi. Namun, visi Andres Iniesta dalam menciptakan gol tersebut harus dikenang dan dikagumi.

Iniesta sedikit lagi akan segera berusia 34 tahun. Selama ini, ia terkenal sebagai salah satu pemain genius yang tak pernah memenangkan penghargaan Ballon d’Or. Dalam usia yang sudah menua, pergerakan kaki-kakinya sudah tidak seperti dulu lagi. Namun, meski raganya sudah terbilang renta, visi bermainnya sama sekali tidak redup.

Iniesta sepertinya tidak pernah benar-benar cocok dengan zaman ini. Sepak bola pasca-milenium lebih banyak menuntut kecepatan dan aksi-aksi yang memesona. Sebaliknya, ia bermain dengan cara tradisional. Ia lebih mementingkan estetika, dengan sentuhan-sentuhan lembut, dan operan yang dilepaskan dengan hati-hati.

Ini terlihat pada hari Selasa malam di Stamford Bridge. Asal mula gol balasan Barcelona memang merupakan buah kesalahan defensif Chelsea. Iniesta juga kebetulan berada di tempat yang tepat untuk memanfaatkannya. Namun, tanpa kejeliannya, ia pasti sudah akan mengoper ke Luis Suarez yang berdiri bebas dalam kotak penalti lawan. Siapa yang tak mau memberi umpan matang kepada Suarez, salah satu pencetak gol paling produktif di Eropa saat ini?

Tapi tunggu dulu. Di belakang Suarez ada Messi yang sedang mengintai pergerakan pemain belakang lawan dan menunggu saat tepat untuk berlari. Penonton tak melihat pergerakan bintang Argentina itu, begitu pula para komentator. Namun, Iniesta melihat keberadaan rekannya itu.

Gol balasan Barcelona memang terlihat sederhana. Namun, kesederhanaan itu terjadi berkat kejelian Iniesta memberi umpan di saat-saat akhir.

Pilihan mudah aalah mengumpan ke Suarez. Namun, ada risiko sontekan akhirnya akan ditepis kiper Chelsea, Thibaut Courtois. Jika Iniesta jadi mengumpan pada Suarez dan rekannya itu tak mencetak gol, maka penyerang Uruguay itu akan disalahkan atas kekalahan Barcelona.

Maka, Iniesta memutuskan untuk mengirim umpan tarik kepada Messi menggunakan kaki kirinya yang lebih lemah. Ya, Iniesta telah bermain bersama Messi selama lebih dari sepuluh tahun. Pemain Argentina itu adalah pilihan yang tepat untuk berasumsi bahwa keduanya akan saling membaca pikiran satu sama lain. Kenyataan bahwa Messi menyelesaikan umpan Iniesta menjadi gol adalah gambaran betapa tingginya level pertandingan ini.

Pemain yang hebat adalah pemain yang sanggup memperlambat tempo permainan untuk menyesuaikan dengan kecepatannya dirinya. Itulah yang dilakukan ‘Don Andres’ Iniesta dalam pertandingan pertama perdelapan final Liga Champions di kandang Chelsea.

Ia mungkin tak lagi memiliki pergerakan kaki secepat kilat, tapi otak Iniesta selalu bekerja jauh lebih cepat daripada pemain-pemain lawannya.

Author: Seb Stafford-Bloor
Penerjemah: Mahir Pradana (@maheeeR)