Cerita

Boros di Bursa Transfer, Bukan Jaminan Sukses di Liga Champions Eropa

Bisakah sebuah klub Eropa ‘membeli’ trofi Liga Champions dengan hamburkan uang di bursa transfer? Atau butuh lebih dari sekadar gelontoran uang demi mendapat trofi Si Kuping Lebar?

Status juara Liga Champions Eropa seakan menjadi magnet bagi klub elite Eropa di setiap musimnya. Selain mendapat guyuran uang hingga puluhan juta euro, lebih dari itu, juara Liga Champions selalu merepresentasikan yang terbaik dan seakan menjamin tempat di berbagai penghargaan benua maupun di dunia bagi para pemainnya. Maka tidak heran jika setiap tahun, beberapa klub besar tak ragu untuk terus menambah skuat demi bisa tampil konsisten di ajang tersebut.

Jika berbicara liga–liga Eropa, para pemuncak klasemen saat ini dikuasai oleh klub yang paling boros di dua bursa transfer musim ini. Manchester City di Inggris, Barcelona di Spanyol, Paris Saint-Germain (PSG) di Prancis, dan Bayern München di Jerman. Lalu bagaimana dengan Liga Champions musim ini? Akankah para pemboros di bursa transfer tersebut akan menggapai kejayaan di akhir musim nanti?

Jika menengok hasil 5 musim ke belakang, jawara Liga Champions tidak melulu berasal dari klub yang habiskan dana paling banyak di bursa transfer. Kami telah merangkum cerita sang juara dan si pemboros dalam 5 musim terakhir:

 

=

2016/2017

Pemboros: Manchester City, Juara: Real Madrid

Musim lalu menjadi awal Pep Guardiola melatih Manchester City, dan langsung disuguhi dana transfer fantastis dari manajemen. Tidak banyak pikir panjang, sepanjang musim lalu, total Pep habiskan dana mencapai 191, 7 juta paun atau setara 3,7 triliun rupiah untuk menebus 10 pemain anyar. Lima yang termahal di antaranya John Stones (49 juta paun), Leroy Sane (44 juta paun), Gabriel jesus (28 juta paun), Ilkay Gündogan (23 juta paun), dan Claudio Bravo (15 juta paun).

Namun sialnya, di musim lalu bisa disebut sebagai kegagalan terbesar City karena tak satupun sukses meraih gelar juara lokal, apalagi di kancah Eropa. Di musim lalu, Real Madrid sukses raih juara di Eropa, padahal mereka hanya menebus nama Alvaro Morata dari Juventus di bursa transfer seharga 30 juta euro. Sedangkan The Citizens harus puas hanya sampai di babak 16 besar, serta nihil gelar di kompetisi lokal.

2015/2016

Pemboros: Manchester City, Juara: Real Madrid

Di musim ini, lagi dan lagi, Manchester Biru menjadi klub dengan pengeluaran terbesar untuk belanja pemain. Hampir mirip dengan musim lalu, saat itu City habiskan dana 191 juta paun. Tiga transfer termahal City dikeluarkaan untuk menebus Kevin De Bruyne dari Wolfsburg (67 juta paun), Raheem Sterling (55 juta paun), dan Nicolas Otamendi (39 juta paun).

Bersama Manuel Pellegrini di musim 2015/2016, City hanya hasilkan satu trofi Piala Liga. Sedangkan catatan di Eropa, mereka sanggup melaju hingga babak semifinal sebelum ditaklukkan Real Madrid dengan agregat 0-1, dimana di musim tersebut, Madrid menjadi juara dan meraih status La Undecima alias trofi ke-11 sepanjang sejarah.

2014/2015

Pemboros: Manchester United, Juara: Barcelona

Di musim kali ini giliran tetangga City, Manchester United, yang raih status sebagai klub dengan belanja paling boros. Kala itu, United catat pengeluaran sebesar 168,9 juta paun. United yang masih dilatih Louis van Gaal gagal penuhi ekspetasi manajemen. Tiga rekrutan anyar, Angel Di Maria (66 juta paun), Luke Shaw (33 juta paun), dan Ander Herrera (32 juta paun) bersama para rekan-rekannya yang lainnya gagal meraih satu pun trofi domestic dan kalah dari Arsenal di babak keenam Piala FA.

Dana boros di bursa transfer pun seolah sia-sia karena ketika musim 2014/201, United tak mengikuti satupun kejuaraan Eropa. Hal tersebut disebabkan saat musim sebelumnya mereka hanya finis di posisi 7 klasemen Liga Inggris. Di musim tersebut, pesaing Real Madrid, Barcelona, yang sukses besar menggondol trofi Liga Champions kelima sepanjang sejarah mereka dan melengkapi treble winners.

 

2013/2014

Pemboros: Real Madrid, Juara: Real Madrid

Berbeda dengan musim-musim yang sudah dituliskan di atas, di musim 2013/2014 ini, Real Madrid mampu mematahkan tradisi klub terboros Eropa tak bisa menjuarai Liga Champions di musim yang sama. Kala itu, Madrid jadi klub terboros (160 juta euro) untuk mendatangkan Gareth Bale (100 juta euro), Asier Illaramendi (32 juta euro), dan Isco (30 juta euro). Selain tiga pemain termahal tersebut, Dani Carvajal dan Casemiro pun didatangkan dengan mahar kurang dari 10 juta euro bersama dengan Carlo Ancelotti saat itu.

Seolah terbayarkan semua biaya transfer mahal, di musim tersebut El Real sanggup menjuarai Liga Champions yang kesepuluh sepanjang sejarah atau lebih dikenal dengan istilah La Decima. Trofi impian sang presiden, Florentino Perez, dan segenap pendukung Real Madrid kala itu.

 

2012/2013

Pemboros: PSG, Juara: Bayern München

Paris Saint-Germain rela habiskan hingga lebih dari 140 juta euro untuk datangkan hanya 6 pemain saja. Kala itu Thiago Silva dan Lucas Moura jadi yang paling mahal didatangkan dengan biaya lebih dari 40 juta euro, di samping mereka juga merekrut nama-nama seperti Ezequiel Lavezzi, Zlatan Ibrahimovic, Marco Verratti, dan Gregory van der Wiel. Tahun 2011 sampai dengan 2012 memang awal-awal Les Parisiens berada dalam kepemilikan investor dari Timur Tengah.

Namun lagi dan lagi, seolah mengikuti jejak klub terboros lainnya, PSG juga gagal berprestasi di Liga Champions 2012/2013. Saat itu, PSG harus rela takluk dari Barcelona di babak perempat-final. Saat itu, Bayern München sukses meraih gelar juara Si Kuping Lebar.

Kredit: ESPN

 

Kredit: ESPN

 

Butuh lebih dari sekadar uang

Jika melihat beberapa faktanya di atas, maka jawara Liga Champions Eropa tentu dibutukan lebih dari sekadar gelontoran dana di bursa transfer dan sederet pemain bintang.

Contoh saat 2009/2010 di mana kala itu Madrid sangat berambisi meraih trofi, karena final diselenggarakan di Santiago Bernabeu, dan mereka rela merekrut Cristiano Ronaldo, Kaka, serta Karim Benzema bersamaan. Namun, nasib mereka justru sial bahkan tak sanggup lolos ke final sekalipun. Trofi sendiri baru bisa mereka dapatkan 4 tahun berselang (2013/2014).

Maka musim ini, di mana Barcelona jadi klub terboros setelah datangkan Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho yang masing-masing seharga lebih dari 100 juta euro, tidak bisa menjamin mereka akan langsung sukses di Eropa musim ini walau performa mereka di La Liga sejauh ini tampak sempurna.

Jika mengingat jawara di dua musim terakhir juga datang dari tim yang tak banyak merombak skuat (Real Madrid), masih butuh waktu beberapa musim ke depan bagi Barcelona untuk bisa menjuarai Liga Champions lagi, jika melihat pencapaian berbagai klub di beberapa musim terakhir.

Maka kerja sama, karakter bermain, kekompakan, serta sedikit faktor keberuntungan (terkait undian dan perjalanan menuju final), lebih menentukan sebuah klub bisa menjuarai kompetisi klub paling elite di eropa ini.

Author: Gia Pijar Perdana