“We have to cool down. These boys have big quality.”
Begitulah jawaban manajer Liverpool, Jürgen Klopp, ketika ditanyakan tentang keputusannya untuk tidak membeli kiper baru di bursa transfer Januari lalu. Keputusan yang tentunya menjadi sasaran kritikan bagi banyak orang. Ya, dua kiper utama The Reds saat ini, Loris Karius dan Simon Mignolet, dianggap tak cukup bagus untuk membawa Liverpool ke level yang lebih tinggi.
Anggapan ini memang sebenarnya memiliki alasan yang cukup kuat. Baik Karius dan Mignolet sebenarnya adalah kiper yang lumayan, namun, lumayan tentunya tidak cukup untuk klub seperti Liverpool. Mignolet adalah kiper yang inkonsisten, di satu laga ia mampu tampil luar biasa, namun di laga lain ia tampil bak pesakitan. Kiper asal Belgia ini juga kerapkali melakukan kesalahan ganjil yang konyol dan merugikan timnya poin penuh.
Lain hal dengan Karius. Datang dari FC Mainz dengan reputasi sebagai kiper muda yang menjanjikan, Karius dianggap tak mampu memenuhi harapan. Ia dinilai terlalu hijau dan belum siap untuk bermain di level yang lebih tinggi bersama Liverpool. Maka dari itu, kegagalan Klopp untuk memboyong nama-nama seperti Jack Butland atau Jan Oblak di bursa transfer lalu, dianggap akan melukai upaya perburuan gelar Liverpool.
Meskipun begitu, ada satu kiper yang perlahan-lahan mulai membayar kepercayaan Klopp. Ia adalah sang pendatang baru, Karius, yang belakangan ini performanya makin membaik. Pada awalnya, di musim ini, Karius digunakan Klopp di kompetisi non-liga domestik seperti Liga Champions dan Piala FA, namun sejak matchday 23 Liga Primer Inggris tanggal 14 Januari lalu, ketika Liverpool mampu memberikan kekalahan pertama bagi Manchester City di liga, Karius mulai jadi pilihan utama.
Benar saja, ia pun tak mengecewakan. Meskipun setelah laga melawan City, Liverpool harus kalah secara mengejutkan dari Swansea City, di tiga laga berikutnya melawan Huddersfield Town, Tottenham Hotspur, dan Southampton, Karius hanya bobol di laga melawan Spurs.
Namun, performanya di Liga Champions-lah yang membuatnya pantas dijadikan sebagai kiper utama Liverpool. Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa Liga Champions Eropa adalah ajang kompetisi sepak bola antarklub terbaik di seluruh dunia, dan Karius mampu tampil memuaskan di level tertinggi seperti ini. Dari tujuh laga yang sudah ia lakoni di Liga Champions, ia mampu mencatatkan empat clean sheets. Catatan ini tak mampu dilebihi oleh Oblak, David de Gea, Gianluigi Buffon, dan kiper-kiper lainnya.
Catatan tentu ada, salah satunya adalah lawan-lawan yang dihadapi Liverpool memang bukanlah klub yang benar-benar terbaik di Eropa. Di fase grup, mereka “hanya” melawan Maribor, Spartak Moskow, dan Sevilla. Baru di babak 16 besar ini, Liverpool setidaknya mendapat lawan yang sepadan di atas kertas, FC Porto.
Meskipun begitu, bukan berarti Karius gaji buta karena lawan yang dihadapi oleh timnya adalah klub-klub seperti itu. Statistik juga menunjukkan kalau performa kiper berusia 24 tahun ini membaik. Dilansir dari Sky Sports, persentase penyelamatan Karius dari bulan Agustus tahun lalu hingga tahun ini meningkat. Selain itu, distribusi bolanya yang baik menjadi nilai plus tersendiri.
Yang menjadi pertanyaan adalah, mampukah Karius terus meningkatkan performanya? Musim ini tentu akan menjadi penentuan baginya (dan Mignolet). Apabila Karius, yang sempat berikrar bahwa ia mampu menjadi kiper utama The Reds, gagal tampil konsisten di akhir musim nanti, bukan tak mungkin Klopp benar-benar mendatangkan Oblak, dan janjinya gagal terpenuhi.
Walaupun begitu, sejauh ini, Karius berhasil memberikan sinyal yang bagus. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah ia mampu membayar kepercayan Klopp sepenuhnya.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket