Cerita

Leganés, Buah Kerja Keras Presiden Klub Wanita Pertama di Spanyol

Langkah Leganés di semifinal Piala Raja Spanyol (Copa del Rey) 2017/2018 memang terhenti. Los Pepineros harus mengakui keunggulan Sevilla dengan skor agregat 1-4. Meski demikian, klub kecil dari pinggiran kota Madrid ini cukup bangga dengan pencapaian bersejarah tersebut. Salah satu pihak yang paing bahagia atas perjalanan Leganes dalam dua musim terakhir adalah María Victoria Pavón.

Sewaktu Leganés menghentikan langkah klub raksasa Real Madrid di perempat-final Piala Raja dengan kemenangan 2-1 di Stadion Santiago Bernabeu, nama Pavón pun menjadi sorotan. Kemenangan ini bukan hanya mengangkat derajat Leganés, klub kecil dari pinggiran, atas lawannya yang kaya raya. Kekalahan Real Madrid dari sebuah klub yang dipimpin seorang wanita menjadi tamparan tersendiri di wajah mereka, karena selama ini El Real belum memiliki tim sepak bola wanita.

Saat ini, Pavón adalah satu-satunya wanita yang menjabat sebagai presiden klub di kasta teratas Liga Spanyol. Ia juga perwakilan kaum Hawa pertama yang memegang tampuk kepemimpinan klub sepak bola di negara tersebut. Maka, Pavón sering dijuluki ‘ibunda Leganés’. Sepak terjangnya di dunia yang didominasi kaum pria ini dimulai satu dekade lalu. Bersama suaminya, Felipe Moreno, mereka mengambil alih Leganés pada bulan Desember 2008.

Pada saat itu, Los Pepineros sedang tenggelam dalam krisis keuangan yang mengguncang fondasi klub tersebut. Sejak suami-istri kelahiran Madrid tersebut mengambil alih, semuanya berubah. Sepuluh tahun kemudian, nama klub yang bermarkas di Stadion Butarque ini sudah terdengar ke seantero Spanyol, bahkan Eropa.

Selama mengarahkan Leganés keluar dari kebangkrutan, bukan berarti tak ada rintangan yang dilalui Pavón dan suaminya. Dengan kerugian hampir satu juta euro yang dialami ketika klub tersebut berada di Segunda B, Los Pepineros nyaris tertelan jurang degradasi ke Tercera (kasta keempat). Namun, dengan penuh kesabaran, keduanya menuntun publik Butarque keluar dari krisis dan secara perlahan menapaki tangga ke kasta utama.

Dengan kemampuan manajemen olahraga dan pengalaman bisnis yang luas, Pavón menjadi panutan warga Leganés. Sosok wanita berusia 58 tahun ini sangat bersahabat. Meski sudah sering berbagi tribun kehormatan dengan para presiden klub besar speerti Florentino Perez dan Josep Bartomeu, ia masih sering terlihat berjalan-jalan di berbagai sudut kota di wilayah selatan Madrid.

Tak jarang, ia berhenti untuk menanggapi siapa saja yang ingin berbicara dengannya. Di bawah kepemimpinannya, Leganés sangat bergairah. Kondisi keuangan klub sangat sehat dan tribun-tribun di Stadion Butarque nyaris tak pernah kosong setiap kali Los Pepineros berlaga.

Puncaknya tentu saja pada akhir musim 2015/2016 ketika klub yang berdiri pada tahun 1928 ini promosi ke La Liga untuk pertama kali dalam sejarah. Setahun kemudian, Butarque kembali berpesta setelah Leganés sukses bertahan di kasta tertinggi. Posisi 17 klasemen akhir memang bukan pencapaian bergengsi, tapi sudah cukup membuat Pavón dan seluruh anggota timnya bangga.

Karena suaminya sibuk menjalankan bisnis perumahan, Pavón sudah terbiasa melakukan pekerjaan sendiri. Posisinya sempat digantikan oleh sang suami ketika menerima perwakilan Federasi Arab Saudi yang membawa rombongan pemain mereka untuk berlaga di La Liga. Meski tak ada pernyataan resmi, media memberitakan bahwa Pavón ingin menjaga respek terhadap para petinggi dari Arab Saudi tersebut. Namun, lagi-lagi ketiadaan satu-satunya presiden klub wanita ini tak luput dari pemberitaan.

Pavón berkilah ia sedang berkoordinasi dengan pelatih Asier Garitano dan tim pelatih lainnya untuk mempersiapkan tim yang sedang berlaga di La Liga dan Piala Raja. Apa pun alasan sebenarnya, wanita ini seolah ingin membuktikan bahwa ia bukanlah sekadar sosok pelengkap dari Butarque.

“Banyak yang mengatakan bahwa jika Anda seorang wanita, Anda harus membuktikan bahwa Anda bukan sekadar pelengkap atau penghias. Anda harus bekerja sedikit lebih keras,” seloroh Pavón seperti dikutip situsweb resmi FIFA.

“Wanita telah mencapai banyak prestasi hebat di mana-mana. Wanita telah menjadi presiden negara dan memegang posisi tinggi dalam berbagai perusahaan bisnis multinasional,” ia menambahkan.  “Sepak bola sudah menjadi dunia pria selama bertahun-tahun, dan itu tidak akan berubah dalam semalam. Namun, sekarang sudah terdapat lebih banyak wanita di lapangan sepak bola daripada sebelumnya.”

Victoria Pavón adalah gambaran nyata sepak terjang wanita di dunia sepak bola abad ke-21. Menembus semifinal Piala Raja dan bertengger di papan tengah La Liga 2017/2018 bisa jadi hanya awal dari gebrakan Leganés selanjutnya.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.