Cerita

Andaikan Schalke Tidak Kehilangan Pemain Bintang Mereka

Schalke di Bundesliga memang bukan klub raksasa. Jauh kalah dominan dari Bayern München dan Borussia Dortmund, bahkan kesebelasan berseragam biru ini terakhir kali menjuarai liga domestik pada tahun 1958. Sudah sangat lama. Indonesia saja saat itu baru 13 tahun merdeka.

Meski demikian, bukan berarti Schalke tidak memiliki kesempatan untuk menjadi kandidat juara. Andai saja, para mantan pemain Schalke ini tidak hengkang atau awet muda dan sampai sekarang masih merumput bersama Die Königsblauen, mungkin mereka tengah bersaing ketat memperebutkan gelar Bundesliga juga menjadi tim kuda hitam di Liga Champions.

Wow…apakah memang tim yang berisi para mantan pemain Schalke ini begitu dahsyat? Memangnya siapa saja yang termasuk di dalamnya?

Kiper: Manuel Neuer

Tak diragukan lagi, Neuer adalah salah satu kiper terbaik saat ini. Promosi dari tim junior Schalke pada 2006, Neuer tak butuh waktu lama untuk mencuri perhatian. Dengan postur tubuh yang proporsional dan refleks yang luar biasa, membawanya berlabuh di Bayern München per musim 2011/2012 dengan nilai transfer 30 juta euro. Di timnas Jerman ia juga tak tergantikan sejak Piala Dunia 2010.

Bek kanan: Rafinha

Hampir semua pemain bintang di Bundesliga akan ke Bayern pada waktunya, termasuk Rafinha walau tidak langsung menyeberang ke sana dari Schalke. Rafinha lebih dulu dilego Schalke ke Genoa pada musim 2010/2011, dan dibeli Bayern musim depannya. Kariernya awet bersama Die Roten, dengan telah mengantongi 152 penampilan hingga musim ketujuhnya sekarang.

Bek tengah: Joël Matip

Usai naik kelas dari tim junior Schalke pada 2009, Matip tak butuh waktu lama untuk mengukuhkan diri sebagai andalan timnya di lini belakang. Total hampir 200 laga ia jalani bersama Schalke dengan sumbangan 17 gol. Pencapaian yang membuat Liverpool tertarik, dan Matip kemudian mendarat di kota pelabuhan itu pada musim 2016/2017 secara bebas transfer.

Bek tengah: Benedikt Höwedes

Salah satu bek yang paling serbabisa saat ini. Berposisi asli di bek tengah, Höwedes juga bisa bermain di kanan maupun kiri dengan sama baiknya. Ia merupakan lulusan akademi Schalke dan mengabdi selama 11 tahun di klub itu sejak di tim junior. Pada awal musim ini ia hijrah ke Juventus dengan status pinjaman, tapi cedera panjang menghambat kariernya. Diperkirakan Höwedes akan pulih pada akhir Februari.

Bek kiri: Sead Kolašinac

Masih dari akademi Schalke, yang jalan ceritanya juga sama dengan Matip. Kolašinac yang merupakan mantan pemain Schalke tahun 2012-2017 adalah produk binaan akademi sendiri, yang dilepas secara gratis ke Arsenal pada awal musim ini karena kontraknya sudah habis. Ia hengkang bersama para pemain tenar lainnya seperti Benedikt Höwedes, Eric Maxim Choupo-Moting, dan Klaas-Jan Huntelaar.

Gelandang tengah: Ivan Rakitić

Selain mantan terindah Sevilla, Rakitić juga menjadi mantan pemain Schalke yang mengukir sejuta kenangan manis selama tahun 2007-2011. Schalke menjadi klubnya setelah FC Basel, sebelum merengkuh kesuksesan bersama Sevilla dan Barcelona. Salah satu memori terindahnya di Schalke adalah gol debut yang dicetak di pekan pertama Bundesliga 2007/2008, hanya 7 menit setelah masuk sebagai pemain pengganti.

Gelandang tengah: Lewis Holtby

Ia sempat digadang-gadang akan menjadi gelandang jempolan Jerman, karena kiprahnya di Schalke memang luar biasa. Sebagai gelandang tengah, Holtby diberkahi visi bermain yang bagus, umpan-umpan terukur, dengan eksekusi bola mati akurat. Namun sayangnya, rentetan cedera membuat performanya menurun drastis. Ia kini bermain di Hamburg yang dibelanya sejak 2015.

Gelandang serang: Mesut Özil

Diorbitkan Schalke, dimatangkan Werder Bremen, disempurnakan Real Madrid, dan kini Arsenal yang mendapat produk jadinya. Özil merupakan pengoper ulung yang sampai mendapat julukan Mister Assist, karena saking banyaknya asis-asis yang ia berikan di klub maupun timnas. Özil sendiri merupakan teman masa kecil Neuer, yang sama-sama putra daerah Gelsenkirchen, wilayah tempat Schalke bermain.

Sayap kanan: Julian Draxler

Ia mendatangkan untung besar bagi tim, tidak hanya dari segi materi tapi juga trofi. Draxler yang merupakan alumnus tim junior Schalke turut andil dalam kesuksesan Schalke meraih gelar DFB-Pokal 2010/2011 dan Piala Super Jerman 2011. Kemudian di musim 2015/2016 ia dibeli Wolfsburg seharga 43 juta euro, yang menjadi rekor penjualan termahal kedua Schalke di bawah Leroy Sané (50 juta euro).

Sayap kiri: Leroy Sané

Satu lagi lulusan akademi Schalke yang kini sinarnya terang benderang seperti lampu Stadion Gelora Bung Karno. Sané masuk ke akademi Schalke pada 2005, naik ke tim senior pada 2014, dan sejak musim lalu bermain di Manchester City. Kini di usia 22 tahun ia semakin matang di bawah asuhan Pep Guardiola, dan pelatih asal Spanyol itu berterus terang ingin menjadikan Sané versi baru dari Lionel Messi.

Penyerang: Klaas-Jan Huntelaar

Setelah gagal di Real Madrid dan AC Milan, hampir tak ada yang menyangka kalau Huntelaar bisa terlahir kembali di Schalke. Selama 7 musim ia berhasil menyarangkan 82 gol dari 175 laga, menjadikannya salah satu mantan pemain Schalke yang masih dirindukan sampai sekarang. Maklum, saat ini Schalke sedang bermasalah dalam produktivitas, hanya mencetak 33 gol dari 21 laga di Bundesliga, terminim di posisi lima besar.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.