Cerita

Dibalik Hambarnya Mercato Internazionale Milano

Javier Pastore, Stanislav Lobotka, Lucas Torreira, sampai Wendel begitu santer disebut sebagai buruan Internazionale Milano pada jendela transfer bulan Januari. Kuartet di atas dirasa berguna untuk memperkuat tim yang saat ini tengah mengalami kemerosotan.

Namun sial, sampai tenggat waktu bursa transfer Januari usai, tak ada satu pun dari keempat nama tersebut yang berhasil diboyong ke Stadion Giuseppe Meazza. Terasa makin ironis, gelandang asal Brasil yang bermain untuk Jiangsu Suning, Ramires, juga dilarang merapat ke Italia oleh manajemen klub yang juga ‘saudara’ I Nerazzurri tersebut.

Hambarnya mercato Inter kali ini jelas memantik amarah Interisti. Akun Instagram pribadi Steven Zhang yang merupakan orang kepercayaan Suning Group milik Zhang Jindong buat mengurus I Nerazzurri, diberondong cacian. Mereka menyebut bahwa Suning Group kelewat pelit.

Tak berhenti sampai di situ, hujatan pun dialamatkan Interisti kepada Walter Sabatini dan Piero Ausilio, dua orang yang bertanggungjawab atas segala kegiatan I Nerazzurri di bursa transfer. Ada yang mengatakan bahwa mereka tolol dan tidak kompeten.

Namun sebelum mengotori tangan dan mulut untuk mengetik atau mengucapkan kata-kata cacian, ada baiknya jika Interisti membuka pandangan sempit mereka tentang pergerakan Inter yang tak menghasilkan apa-apa.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, Inter nyemplung di bursa transfer Januari tanpa fulus yang memadai. Keberhasilan mereka meminjam Lisandro dan Rafinha pun tidak melibatkan dana yang begitu masif.

Dengan dana yang nyaris tak ada, atau bahkan benar-benar tidak ada, bukankah terlalu congkak kalau Interisti memaksa pihak manajemen untuk memboyong pemain baru, entah dipinjam atau dibeli, yang membutuhkan kocek besar?

Sebagai contoh, berbelit-belitnya transfer Pastore adalah ketidakmampuan dari manajemen I Nerazzurri untuk memenuhi keinginan dari Paris Saint-Germain (PSG) yang merupakan pemilik Pastore. Bahkan disaat Inter coba menggoda manajemen Les Parisiens dengan biaya peminjaman senilai 7 juta euro dan opsi tebus di pengujung musim, hasilnya tetap nihil. Mengapa tidak mampu? Simpel saja, Inter nggak punya uang, bung!

Lantas, apa yang bisa diharapkan bila amunisi utama buat berpacu di mercato saja I Nerazzurri tidak punya?

Melihat Inter yang bermain buruk dan gagal menang di sembilan laga pamungkas adalah pemandangan buruk untuk Interisti. Terlebih, laju tim ini begitu meyakinkan di awal kompetisi. Jujur saja, saya pun kecewa berat karena akhir-akhir ini, Inter seolah bermain tanpa nyawa.

Terlepas dari blunder-blunder transfer yang dilakukan tim pada awal musim, tapi bekerja di tengah keterbatasan bukanlah persoalan yang mudah untuk dilakukan. Hal itulah yang saat ini tengah dirasakan I Nerazzurri. Ketiadaan bujet transfer sungguh mengebiri keleluasaan mereka dalam bertindak.

Kalau memang Interisti masih berkeras bahwa ini tetaplah kesalahan Suning Group, Sabatini dan Ausilio, silakan tengok berapa banyak duit yang digelontorkan oleh klub-klub lain buat mengamankan tenaga baru di bursa transfer Januari kali ini. Kalaupun ada pemain yang harganya murah, mereka bukanlah nama-nama populer yang dianggap punya kualitas jempolan.

Bukankah selama ini, justru Interisti sendiri yang membuat dirinya tak tenang karena senantiasa membayangkan nama-nama top yang sukses dicomot I Nerazzurri? Sebuah lagu lama yang terus diputar bahkan ketika tim sedang dilanda krisis finansial.

Sebagai contoh, Interisti ingin supaya Mauro Icardi dilepas dengan nominal tinggi. Lantas meminta pengganti sekelas Ciro Immobile yang harganya juga lumayan masif. Apakah itu tidak terkesan konyol?

Keuangan Inter yang seret adalah masalah pelik, tapi mengatasinya pun tidak semudah membalik telapak tangan dan kesemuanya membutuhkan proses yang kontinyu.

Melihat klub kesayangan masih terpuruk jelas hal yang menyebalkan. Sekadar untuk lolos ke Liga Champions saja sulitnya setengah mati. Namun menyalahkan segalanya kepada manajemen tanpa mau melihat situasi yang ada, merupakan sebuah kenaifan.

Kalau memang sudah tidak kuat, kenapa tak mencari klub jagoan yang baru saja?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional