Anda boleh memuja kehebatan pesepak bola perempuan seperti Carli Lloyd sampai Alex Morgan, tapi untuk kualitas teknik terbaik, nama Louisa Necib layak dikedepankan. Lahir dan tumbuh besar di pinggiran Marseille, berasal dari keluarga keturunan Aljazair, dan merintis karier sebagai gelandang serang, Louisa kemudian menjadi sosok Zinedine Zidane di timnas perempuan Prancis.
Ini bukan julukan pemanis belaka. Dalam sejarah sepak bola perempuan di Negeri Anggur, eks legenda Olympique Lyonnais ini ada di tempat teratas, kendati tak memenangi gelar prestisius bersama negaranya. Kualitas teknik, kontrol bola jempolan, hingga gaya main elegan khas Zidane, membuat publik Prancis memberinya julukan ‘Ziza’, diambil dari julukan milik Zidane yakni ‘Zizou’.
Necib ada di generasi emas sepak bola Prancis yang dihuni nama-nama berkualitas mulai dari penyerang tajam, Eugenie Le Sommer, kapten Les Bleus, Wendie Renard, hingga gelandang ikonik, Amandine Henry. Dengan mengantongi total 148 caps dan 38 gol di timnas, pada 2016 lalu, publik Prancis melepas Louisa Necib dengan penuh haru, seperti ketika mereka melepas sang ikon, Zinedine Zidane.
Pensiun untuk cinta
Selain kemampuan eksepsionalnya bermain sepak bola dan parasnya yang rupawan, Necib juga dikenal publik karena kisah cintanya dengan sang suami, Liassine Cadamuro, salah satu bek andalan timnas Aljazair yang kini bermain di Nimes Olympique.
Keputusannya untuk pensiun total dari sepak bola sempat menjadi sorotan pada 2016 lalu karena menurut pengakuannya pribadi, seperti dikutip dari situsweb FIFA, adalah demi keharmonisan rumah tangganya yang harus terpisah jarak karena karier sepak bola yang dijalaninya dan suami. Liassine sendiri bermain di kota Nimes sementara Louisa Necib sejak 2007 sudah berkarier dan menjadi legenda di Lyon.
“Bagi sebagian orang, hubungan jarak jauh adalah sesuatu yang cukup mudah untuk dijalani, tapi tidak denganku. Aku tidak mau hidup seperti ini dengan suamiku,” ujar Louisa sesaat usai ia resmi mengumumkan pensiun dari dunia sepak bola. Sebuah kehilangan besar yang membuat sepak bola perempuan Prancis butuh waktu cukup lama untuk menemukan playmaker hebat dan genius seperti dirinya.
Walau pensiun di usia 30 tahun, Louisa sendiri adalah salah satu pesepak bola perempuan di kategori top dunia, yang sudah tiga kali memenangkan Liga Champions Eropa bersama Lyon dan menjuarai Liga Prancis sebanyak sembilan kali dalam hampir satu dekade kariernya bersama Lyon. Catatan bergengsi yang sayangnya tidak mampu ditularkannya bersama timnas karena Prancis tidak mampu berbicara banyak di hadapan negara-negara tradisional di sepak bola perempuan seperti Brasil, Jepang, dan Amerika Serikat.
Kini, di usianya yang beranjak 31 tahun tepat hari ini, Louisa tengah hidup bahagia dengan sang suami dan meninggalkan sepenuhnya dunia sepak bola yang selalu mengingatnya sebagai Ziza, sosok ‘female Zidane’ yang sangat dikenang oleh sepak bola dunia sebagai one of the finest football star from France.
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis