Pengujung tahun 2017 terasa begitu manis untuk Persebaya Surabaya. Keberhasilan promosi ke Liga 1 usai menjuarai Liga 2 adalah alasan terbesarnya. Pihak manajemen, pelatih, pemain, suporter dan bahkan sponsor, masuk ke dalam euforia tersebut.
Namun hanya dalam tempo kurang lebih satu setengah bulan, atmosfer suka cita itu nyaris lenyap ditelan Bumi. Dalam upaya memperkokoh skuat jelang bergulirnya Liga 1 2018, justru muncul begitu banyak hal yang kurang mengenakkan dari Persebaya, tak terkecuali bagi para Bonek.
Mendatangkan lima pemain baru sebagai langkah persiapan dan penguatan, sebuah kontroversi menyeruak tatkala manajemen mengontrak kembali mantan pemainnya yang berkebangsaan Brasil, Otavio Dutra.
Tanda pagar #MenolakDutra pun sempat muncul di berbagai media sosial sebagai bentuk penolakan walau pada akhirnya hal itu tidak berpengaruh apa-apa.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, Dutra dahulu pernah bermain di Surabaya ketika Persebaya dirundung dualisme. Akan tetapi, citra dari pemain yang juga pernah berkostum Persipura Jayapura dan Bhayangkara FC ini sudah kadung buruk di mata Bonek. Maka wajar bila penolakan itu terjadi.
Namun sebagai pihak yang mengelola tim secara langsung, kubu manajemen bergeming dengan penolakan Bonek. Mereka berdalih jika pemain belakang berusia 35 tahun itu adalah permintaan khusus dari pelatih Angel Alfredo Vera terkait kebutuhan taktik di atas lapangan.
Harus diakui memang jika Alfredo Vera dan Dutra memiliki relasi yang cukup kuat karena pernah bekerja sama ketika di Persegres Gresik United. Pemahaman sang pelatih menyoal kemampuan bek tengah jangkung itu menjadi latar belakang utama Persebaya merekrutnya jelang musim baru.
Tidak berselang lama, manajemen Persebaya kembali membuat gaduh usai memberi kesempatan kepada Arthur Irawan buat mengikuti trial bersama Bajul Ijo. Padahal, banyak kalangan yang ragu dengan skill pemain berusia 24 tahun ini.
Curriculum vitae-nya yang pernah merumput bersama Espanyol B dan Malaga B di Spanyol, sama sekali tak menyilaukan Bonek. Tanpa bermaksud mengecilkan Arthur, siapa pula yang bisa yakin dengan kemampuannya jika dalam kurun satu tahun terakhir berbaju Persija Jakarta dan Pusamania Borneo FC, ia cuma merumput selama 103 menit!
Di sepasang klub tersebut, Arthur memang lebih akrab dengan bangku cadangan. Pelatih-pelatih Macan Kemayoran maupun Pesut Etam juga sering tidak mendaftarkan namanya sebagai bagian dari tim yang akan bertanding pada sebuah laga.
Walau belum ada pernyataan resmi dari pihak klub yang malah terkesan menutup-nutupi, tapi pertanda alam mengenai masa depan Arthur pun tampak semakin jelas.
Kicauan sang pemain lewat akun Twitter-nya dan juga foto yang menunjukkan bahwa Arthur telah menandatangani kontrak bersama Persebaya merupakan isyarat nyata jika ia bakal mengenakan seragam Bajul Ijo di musim ini.
Jika kemampuannya begitu semenjana, lalu apa yang sebenarnya diincar Persebaya dari sosok Arthur?
Polemik surat terbuka Andik Vermansyah dan Azrul Ananda
Tensi yang kurang mengenakkan di tubuh Persebaya rupanya belum berhenti sampai di situ. Kemarin (22/1), melalui sejumlah akun media sosial resminya, Presiden klub, Azrul Ananda, mengeluarkan surat terbuka yang berhubungan dengan salah satu pilar tim nasional Indonesia, Andik Vermansyah.
Dalam surat tersebut, Azrul mengungkapkan jika Persebaya gagal menyelesaikan negosiasi dengan figur berusia 26 tahun itu supaya bergabung kembali dengan Bajul Ijo.
Surat Terbuka Presiden Klub Persebaya, Azrul Ananda
Kereta Tidak Berhenti untuk Satu Orang#Persebaya #GreenForce #KamiHausGolKamu #KitaPersebaya pic.twitter.com/btG38gKLNO
— Official Persebaya (@persebayaupdate) January 22, 2018
Ironis, dalam surat terbuka itu pula, Azrul mengungkapkan jika upaya negosiasi tersebut menemui jalan buntu lantaran pihak sang pemain kelewat fokus pada angka (mungkin terkait nominal kontrak, gaji dan sebagainya) yang (mungkin saja) jumlahnya cukup berat untuk disanggupi manajemen.
Berkaca pada situasi tersebut, Azrul bersikap tegas dan memilih untuk menghentikan negosiasi dengan Andik. Ia pun menganalogikan bahwa Persebaya tak ubahnya kereta api yang sudah siap melaju dan tak bisa berhenti hanya demi satu orang saja, yang dalam hal ini adalah Andik. Persebaya harus tetap melaju dengan ataupun tanpa Andik.
Munculnya surat itu sehingga dibaca oleh jutaan pencinta sepak bola nasional, lantas melahirkan banyak asumsi serta dugaan. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik proses tarik ulur yang melingkupi Persebaya dan Andik dalam kurun beberapa bulan terakhir?
Menyikapi surat terbuka yang jadi viral tersebut, Andik pun tak tinggal diam. Pemuda kelahiran Jember tersebut mencoba mengklarifikasi apa yang sudah terjadi di antara dirinya dan manajemen Bajul Ijo.
I love U 💚 #KitaBonek pic.twitter.com/BPDcYTZ5nZ
— #USUTTUNTAS (@bonekcasuals) January 22, 2018
*kredit foto surat Andik: redaksi Jawa Pos
Surat berbalas surat. Masing-masing pihak mengklaim kebenaran dari sudut pandang masing-masing. Namun sejujurnya, hal ini malah terlihat kekanak-kanakan dan jauh dari kata profesional, utamanya dari pihak Persebaya.
Gagal atau sukses proses negosiasi dalam merekrut pemain adalah sebuah kewajaran. Klub-klub Eropa yang profesionalitasnya tak perlu diragukan lagi juga kerap mengalaminya. Tapi, pernahkah mereka membuat pernyataan seperti itu jika gagal memboyong pemain baru?
Bila tak sanggup mengontrak pemain, cukuplah menyatakan bahwa perburan mereka kepada yang bersangkutan tak bisa dilanjutkan lagi. Perihal alasannya, cukuplah itu menjadi rahasia manajemen dan juga pihak sang pemain!
Sejatinya, surat terbuka Azrul yang dimuat oleh media sosial resmi Bajul Ijo malah memantik bara api. Kata-katanya yang seolah menjadi korban dari alotnya proses negosiasi langsung menempatkan Andik sebagai figur antagonis.
Di sisi lain, Andik berusaha menampik tudingan itu dan mengaku bahwa dirinyalah yang selama ini diacuhkan oleh manajemen Persebaya. Konyolnya lagi, negosiasi itu dilakukan tanpa adanya pertemuan secara langsung dari kedua belah pihak. Sungguh mirip dagelan!
Fakta di atas pun membuat Bonek terbelah menjadi dua. Ada yang mendukung manajemen tapi ada pula yang berdiri disamping Andik karena telah bersikap sepantasnya. Namun di sudut lain, hal ini justru terasa begitu mengerikan karena melahirkan masalah dari suatu hal yang seharusnya bisa disimpan rapat-rapat.
Ibarat nasi yang sudah menjadi bubur, tentu butuh usaha ekstra buat menyelesaikan permasalahan di antara manajemen Persebaya dan Andik. Berbalas surat atau pesan singkat bukanlah jawaban dari semua itu. Duduk bersama, menjelaskan segalanya dengan rinci menjadi satu-satu jalan yang bisa ditempuh. Namun dalam hal ini, kubu Persebaya lah yang wajib berbesar hati dan lebih dulu mengajak Andik untuk bertatap muka secara langsung.
Buat Persebaya yang sedang merintis jalan menjadi klub profesional dan lebih baik, sejumlah drama perekrutan pemain yang tercipta dari mereka selama satu setengah bulan terakhir ini sejujurnya terasa memuakkan.
Ada beribu macam cara yang bisa ditempuh agar menjadi lebih baik, di dalam maupun luar lapangan. Namun drama terkait transfer pemain sehingga memunculkan friksi di antara manajemen, pemain dan suporter, bukanlah sesuatu yang patut dilakukan. Sebab preseden macam ini justru akan menggerogoti citra Persebaya sendiri.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional