Pada awal dekade 2000-an, dirinya tergabung di tim nasional usia muda Jerman bersama Kevin-Prince Boateng dan Sami Khedira. Namun, pada awal dekade 2010-an, ia bergabung dengan organisasi ekstremis, ISIS. Berikut ini adalah cerita singkat tentang Burak Karan, mantan pesepak bola Jerman yang terbunuh pada tahun 2013.
Lima tahun silam, cerita mengejutkan ini terungkap. Karan adalah mantan pemain tim nasional Jerman usia muda yang pernah mewakili negaranya di usia U-16 dan U-17. Ia baru diketahui sebagai mantan pesepak bola profesional ketika teridentifikasi tewas di kota Azaz, sebelah barat laut kota Aleppo, Suriah. Bersama pasukan ISIS, Karan berperang melawan tentara loyalis Bashir al-Assad di perbatasan Turki-Suriah ketika markas mereka dibombardir oleh angkatan udara Suriah.
Lahir pada tanggal 11 September 1987, Karan dikenal sebagai pesepak bola sejak usia muda. Bermain sebagai bek di akademi Bayer Leverkusen, penampilannya membuahkan panggilan ke tim nasional junior Jerman. Saat itu ia setim dengan nama-nama yang sekarang terkenal, antara lain Sami Khedira, Kevin-Prince Boateng, dan Dennis Aogo.
Karan kemudian berpindah-pindah ke akademi Hertha Berlin, Hamburg, Hannover 96, sebelum akhirnya bergabung dengan Alemania Aachen. Sayang, cedera menghancurkan awal kariernya yang menjanjikan. Meski memiliki berbagai keunggulan teknis untuk menjadi pemain belakang yang sukses di level senior, Karan dihantam cedera ligamen saat dia usianya masih 19 tahun.
Mulai saat itulah pria kelahiran Wuppertal di wilayah Rhine-Westphalia Utara ini mengembangkan minatnya pada ekstremisme. Pria keturunan Suriah ini tertarik pada konsep jihad dan mendalami konflik-konflik militer di Timur Tengah dan Asia Tengah. Karan lalu tenggelam di dalam ideologi Islam radikal, sehingga memutuskan untuk sepenuhnya berhenti dari sepak bola pada usia 20 tahun.
Pada usia awal kepala dua itulah, Karan membatalkan kontraknya dengan Alemania Aachen. Dengan memakai nama baru ‘Abu Abdullah al-Turki’, ia lalu mengajak istri dan kedua anaknya pindah ke Afrika Utara. Di sana, ia bergabung dengan kelompok jihad yang mempersiapkan para ‘pejuang’ untuk bergabung dengan kaum ekstremis di berbagai zona konflik. Salah satunya adalah tanah leluhurnya, Suriah.
Keterlibatan aktif Karan dimulai saat dia mulai mengirim makanan dan obat-obatan ke Suriah. Kakak Burak, Mustapha Karan, dalam sebuah wawancara dengan media olahraga Jerman, Bild, berkata, “Burak mengatakan kepada saya bahwa uang dan karir sepak bola tidak penting baginya. Ia menjadi orang yang berbeda dan mulai menonton berbagai video di internet tentang zona perang.”
Mustapha benar-benar kaget ketika pengeboman markas kelompok ekstremis di Suriah berefek pada terkuaknya fakta hubungan adiknya dengan ISIS dan Al-Qaeda. Sudah terlambat bagi seluruh pihak keluarga Karan karena Burak telah tewas di serangan tersebut.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.