Marco Asensio adalah salah satu permata sepak bola Spanyol yang secara perlahan mulai membuat sensasi di sepak bola dunia. Takdir membawanya untuk bersinar di Real Madrid, meski ia hampir saja bergabung dengan Barcelona.
Bakat hebatnya berupa kemampuan dribel yang hebat dan tembakan jarak jauh yang dahsyat, menjadi alasan yang cukup untuk jatuh cinta dengan pemain yang pada hari ini tepat berusia 22 tahun tersebut.
Asensio benar-benar memanfaatkan peluang bermain di tim utama yang mulai sering diberikan pelatih Zinedine Zidane. Hingga pekan ke-19 La Liga, Asensio telah mencetak empat gol serta tiga asis. Namun sebelum liga musim 2017/2018 ini berjalan, yang paling mencuri perhatian adalah ketika ia mencetak dua gol di dua pertandingan Supercopa de Espana (Piala Super Spanyol) 2017 yang mempecundangi Barcelona.
Pemain kelahiran Palma de Mallorca, 21 Januari 1996 ini, sebenarnya nyaris menjadi pemain Barcelona. Saat itu musim panas 2014, kesepakatan Barca dan klub pemilik Asensio, Mallorca, sudah hampir final. Sang pemain sendiri cukup tergoda dengan ide mengenakan seragam Blaugrana. Asensio bahkan sempat melakukan perjalanan ke Barcelona untuk mencari rumah di kawasan Castelldefels. Selama dua tahun, Asensio memang menjadi rebutan beberapa klub sepak bola Spanyol.
Pada saat itu, Barcelona telah hampir memenangkan perburuan. Tim Catalan itu bersedia membayar 4,5 juta euro yang diminta Mallorca. Masalah kemudian muncul karena Barca hanya bersedia membayar jumlah ini secara bertahap, sementara Mallorca menginginkan semua pembayaran dilakukan sekaligus. Andoni Zubizarrreta dan Antoni Rossich, yang saat itu menjabat sebagai direktur klub Barcelona, tidak bersedia menandatangani kesepakatan dan negosiasi tersebut gagal.
Namun, para direktur olahraga Barca memiliki rencana B. Uang sebesar itu kemudian dialihkan ke bek sayap asal Brasil, Douglas Pereira. Barca bahkan membayar total 5,5 juta euro, dengan rincian 4 juta dibayar tunai dan 1,5 cicilan selanjutnya. Hasilnya, kita sudah ketahui bersama. Dalam dua tahun, Douglas menjadi salah satu pemain FC Barcelona yang dianggap terburuk selama satu dekade terakhir Sementara itu, Asensio meniti karier gemilang di Real Madrid.
Asensio lalu mencetak beberapa gol berkualitas dari jarak jauh yang mungkin akan membuat seorang Marco van Basten iri. Sekadar trivia, ibu dari Asensio, Maria Willemsen, memang berasal dari Rotterdam, Belanda. Sang ibu memberinya nama depan ‘Marco’ karena sangat mengidolakan penyerang flamboyant asal Belanda yang hebat itu. Sang ibu meninggal akibat kanker pada tahun 2011, sehingga setiap gol yang dicetak Asensio didedikasikan untuk mengenang mendiang ibundanya.
Gaya bermain anak muda ini memang berbeda dari van Basten, baik dari posisi maupun cara bermain. Meskipun demikian, para jajaran pelatih di Real Madrid percaya bahwa Asensio bisa bermain di posisi manapun karena kegeniusannya. Gaya bermainnya sebagai gelandang tengah yang bisa difungsikan sebagai penyerang bayangan semakin matang dalam masa peminjamannya selama satu musim di Espanyol (musim 2015/2016).
Musim 2016/2017 lalu mungkin merupakan musim terbaik bagi Asensio. Ia tampil 23 kali di La Liga, padahal itu merupakan musim pertamanya berseragam Los Blancos. Ia menyumbangkan tiga gol saat klub tersebut memenangkan gelar La Liga untuk pertama kalinya sejak tahun 2012. Namun, gol yang paling berkesan adalah golnya pada menit ke-90 di final Liga Champions 2017 ke gawang Juventus FC. Final yang berakhir atas kemenangan 4-1 bagi Real Madrid tersebut memastikan gelar Liga Champions kedua belas mereka.
Di usianya yang masih 22 tahun, masih banyak ruang bagi Asensio untuk berkembang. Kita tunggu saja apakah ia sanggup menjadi gelandang kelas dunia sepert prediksi banyak kalangan.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.