“Saya tidak sengaja melakukan itu. Ini adalah musibah yang tidak terduga. Saya juga telah meminta maaf kepada Irfan.”
Anda tentu masih ingat dengan perkataan tersebut yang keluar dari Hansamu Yama Pranata jelang gelaran Piala AFF 2016. Di tengah semangat dan antusiasme tinggi setelah lepas dari sanksi yang diberikan FIFA, dan Indonesia bisa bermain kembali di kompetisi internasional, Sebuah kejadian tidak mengenakKan terjadi. Dalam satu sesi latihan persiapan jelang turnamen, Hansamu tidak sengaja mencederai bintang tim nasional, Irfan Bachdim.
Kecaman kemudian terus datang bagi Hansamu. Media sosial pribadi sang pemain bahkan diserbu dengan hujatan-hujatan. Beberapa menganggap bahwa tindakan Hansamu adalah sebuah “dosa besar”. Bahkan ada yang memintan pelatih timnas kala itu, Alfred Riedl, untuk mengeluarkan Hansamu dari skuat tim yang akan berlaga di Piala AFF. Seluruh negeri memandangnya dengan sinis. Sebuah tekanan besar bagi pemain yang kala itu baru berusia 21 tahun.
Ketika kesempatan datang kepadanya untuk bermain, Alih-alih tertekan karena situasi yang terjadi, Hansamu justru berhasil membuktikan diri. Dua gol yang ia cetak ke gawang Vietnam di babak semifinal, dan satu gol lain di partai final melawan Thailand, Menjadi bukti bahwa sosok seorang Hansamu Yama Pranata memiliki mental bertanding yang sangat luar biasa. Dalam tekanan hebat ia justru berhasil membuktikan bahwa ia bisa melakukan yang terbaik.
Karena situasi di babak semifinal Piala AFF tersebut begitu riskan, Ia menggantikan Yanto Basna yang demam panggung sejak babak penyisihan grup. Seandainya justru penampilan Hansamu jauh lebih buruk ketimbang Basna, sudah pasti hujatan yang datang kepadannya akan datang lebih banyak lagi. Tetapi ia tetap tenang, dan gol-gol yang dicetaknya menunjukan bahwa ia punya mental yang sangat bagus.
Mental hebat Hansamu sebenarnya sudah ditempa sejak lama. Ia mesti meninggalkan Mojokerto, meninggalkan keluarga dan teman-temannya, untuk mengikuti pelatihan di Uruguay, dalam program PSSI yang kita kenal sebagai SAD Indonesia. Bayangkan saja, usia Anda bahkan belum genap 18 tahun tapi Anda mesti jauh berpisah dari orang tua. Tentu dalam kegetiran ini membutuhkan keteguhan hati dan mental untuk bisa tetap bertahan.
Kejadian di Piala AFF 2016 sebenanrya merupakan ulangan terkait apa yang terjadi di sekitar tahun 2013. Hansamu kemudian menjadi pilihan utama pelatih Indra Sjafri karena Yanto Basna urung membela timnas U-19. Basna mengalami cedera parah yang membuatnya mesti absen panjang. Hansamu kemudian menggantikan tempatnya, dan justru berhasil membawa Indonesia meraih gelar juara Piala AFF usia muda yang diselenggarakan di Sidoarjo.
Maka tidak salah ketika Luis Milla kemudian memilih Hansamu Yama sebagai pemimpin tim nasional Indonesia yang berlaga di SEA Games Malaysia tahun 2017 lalu. Ia dipilih ketimbang Evan Dimas Darmono yang seperti diketahui ia adalah kapten timnas U-19 yang meraih gelar juara Piala AFF usia muda di Sidoarjo pada tahun 2013.
Mental seorang Hansamu terbentuk dari kegetiran dan kejadian-kejadian yang menyulitkan. Ini yang membuatnya menjadi pemain sekaligus pribadi yang lebih baik. Masih segar dalam ingat juga tentunya bagaimana Hansamu memimpin tim dengan sangat baik, terus bertarung tidak kenal lelah hingga batas penghabisan.
16 Januari, 23 tahun lalu, jelas pasangan Puji dan Endang Riswati tidak akan menyangka bahwa putra mereka akan tumbuh berkembang sebagai pesepak bola hebat. Bahkan berpotensi menjadi legenda tim nasional Indonesia suatu saat nanti. Apa yang dialami oleh Hansamu sekali lagi mengajarkan bahwa hidup memang mesti diperjuangkan. Dan selalu ada hal manis yang menanti setelah berjuang keras.
Selamat ulang tahun, Hansamu Yama Pranata!
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia