Nasional Bola

Tangis Hansamu Yama Pranata dan Sosok Pemimpin yang Lama Kita Rindukan

Ada pemandangan yang cukup menarik dari dua awal laga timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017. Ketika para Garuda Muda berbaris dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, ada satu momen yang cukup mengharukan. Kapten tim, Hansamu Yama Pranata, terlihat menangis penuh haru ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Sebuah pemandangan yang bisa membuat penontonnya menitikkan air mata juga.

Usut punya usut, ternyata Hansamu memang sering tak kuasa menahan tangisnya ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dilansir dari Bola.com, sang pemain berkata bahwa ia teringat oleh perjuangan para pahlawan ketika berjuang untuk kemerdekaan Indonesia saat menyanyikan Indonesia Raya, dan ia tak mampu untuk menahan haru.

Ada selentingan yang menyebutkan bahwa seorang pemimpin tidak boleh menunjukkan emosinya di depan anak buahnya, apalagi terlihat menangis. Namun, makna tangisan Hansamu adalah sebuah pertanda, bahwa ia adalah sosok pemimpin yang besar hati, sosok pemimpin yang telah lama timnas Indonesia rindukan.

Sejak era Bambang Pamungkas, mungkin timnas Indonesia tidak lagi memiliki kapten yang benar-benar ikonik. Elie Aiboy dan Boaz Solossa tak punya karisma sebagai pemimpin yang besar seperti layaknya penyerang yang akrab disapa Bepe itu. Namun, Hansamu bisa menjadi sosok pemimpin yang memiliki karisma seperti Bepe. Mengapa ia memiliki kapabilitas sebagai pemimpin?

Memandang Hansamu sebagai kapten karismatik

Dapat dikatakan, bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik. Bersama Timnas U-22, Hansamu telah menjadi contoh yang baik melalui performanya di lapangan. Ambil contoh dari dua laga awal SEA Games 2017, bek tengah ini terlihat mampu dan cakap dalam menggalang pertahanan timnas, sehingga mampu menahan lini serang Thailand dan menang dari Filipina.

Sosok Hansamu yang mampu mengorganisir pertahanan dengan baik membuat Indonesia hanya kebobolan satu gol di dua laga awal mereka. Bek Barito Putera ini benar-benar menerapkan prinsip leading by example di lapangan.

Selanjutnya, seorang pemimpin harus memiliki ketangguhan mental dan kuat dalam menghadapi situasi tidak mengenakkan. Masih ingat kejadian antara Hansamu dan Irfan Bachdim di Piala AFF 2016 lalu? Ya, ia harus mendapat banyak cercaan dan makian setelah tekel kerasnya yang tidak disengaja berakibat pada cederanya Irfan kala latihan.

Tak tanggung-tanggung, ada beberapa pihak yang meminta Alfred Riedl, pelatih timnas saat itu, untuk mencoret nama Hansamu dari tim, walaupun ia sudah meminta maaf dan menyebutkan bahwa ia tidak sengaja. Bayangkan, menerima semua makian itu di usia 21 tahun. Namun, Hansamu menunjukkan kekuatan dan kebesaran hatinya sebagai seorang profesional.

Bahkan, pemain kelahiran 16 Januari 1995 ini mampu membuktikan bahwa ia memang pantas dipanggil untuk membela timnas Indonesia di ajang Piala AFF saat itu. Hansamu menjadi bintang Indonesia ketika melawan Vietnam di babak semifinal laga pertama, ketika menggantikan posisi Yanto Basna yang terkena larangan bertanding.

Di laga itu, Hansamu mampu mencetak gol awal Indonesia, yang akhirnya membawa Indonesia menang atas Vietnam. Tak berhenti di situ, sang bek tengah kembali dipercaya oleh Riedl di laga final melawan Thailand dan kembali mencetak gol. Bek tengah timnas ini membuktikan, bahwa ia tidak down ketika menerima kritik yang tidak membangun, malah sebaliknya, ia mampu membuktikan bahwa serangan yang ditujukan padanya adalah kesalahan.

Yang terakhir adalah seorang pemimpin harus mencurahkan segalanya, baik tenaga maupun emosi dalam tugasnya. Di sini kemudian tangisan Hansamu menjadi berarti. Air mata yang turun ke wajahnya adalah sebuah pertanda bahwa ia mencurahkan segalanya bagi negaranya tercinta. Tangisannya bukan menunjukkan kelemahan hatinya, sebaliknya, itu menunjukkan pribadinya yang tulus dan juga kuat.

Bentuk perjuangan para pahlawan yang disebutkan Hansamu mampu membuatnya terharu, diduplikasi oleh dirinya ketika berjuang di lapangan hijau, memimpin teman-temannya untuk membawa kebanggaan yang telah lama tidak diberikan oleh timnas sepak bola Indonesia.

Bagi Hansamu, amanah untuk menjadi kapten tentunya bukan tugas yang mudah. Ia memiliki tanggung jawab yang lebih dibanding kawan-kawannya di lapangan. Walaupun begitu, sejauh ini, ia terlihat pantas untuk menyandang tugas itu. Apabila bersama Timnas U-22 Hansamu sukses melakukan tugasnya sebagai pemimpin, maka, tak salah untuk menunggu pangkatnya naik menjadi pemimpin di timnas senior Indonesia, karena sesungguhnya sang pemain memang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket