Imbang, menang, kalah, kalah, dan AC Milan menghiasi bulan Desember mereka dengan dekorasi angka yang sangat buruk di Serie A. Dari 12 angka yang seharusnya dapat diraih, hanya 4 yang mampu dipetik. Sebuah warna yang sangat tidak sedap dipandang mata.
Berkaca dari hasil buruk tersebut, manajemen Milan kemudian mengambil tindakan tegas: tidak ada libur Natal bagi para pemain, dan tidak ada makan malam bersama di malam Natal. Sebagai gantinya, diadakan latihan tambahan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Periode latihan tambahan tersebut dimulai sejak kekalahan 0-3 melawan Verona. Dampaknya, banyak pemain yang kecewa karena harus membatalkan agenda-agenda mereka di malam Natal, mulai dari menghadiri pesta hingga mengunjungi kerabat.
Beratnya hukuman bagi para penggawa I Rossoneri tak berhenti sampai di situ. Bahkan andaikata menang lawan Atalanta, latihan tambahan tetap akan dilanjutkan. Sayangnya, dengan kekalahan yang diderita dari La Dea, bisa dipastikan bahwa masa hukuman akan bertambah panjang.
Hukuman semacam ini bukan yang pertama kalinya diterapkan Milan. Dua musim lalu mereka juga pernah melakukannya pada April 2016 saat hanya meraih dua poin dari empat laga di bawah komando Siniša Mihajlović.
Hasilnya? Tidak ada perubahan yang tampak setelahnya. Di laga berikutnya Milan kalah dari Juventus, dan Mihajlović kehilangan pekerjaannya.
Suramnya wajah Milan di akhir tahun ini tidak hanya tampak dari para pemainnya, tapi juga dari manajemen. Gennaro Gattuso yang baru menangani Milan dalam enam pertandingan kabarnya sudah kehilangan kepercayaan dari para petinggi Milan, dan akan digantikan Vincenzo Montella kembali.
Betul, Montella yang itu. Allenatore yang baru saja dipecat Milan bulan lalu setelah imbang tanpa gol kontra Torino. Montella sendiri masih memiliki sisa kontrak di Milan, sehingga memanggilnya kembali adalah keputusan paling logis sekaligus paling kepepet saat ini.
Jika nantinya Montella benar-benar kembali ke Milan, tentunya akan sangat menunjukkan ketidakbecusan manajemen dalam mengurus klub. Bagaimana tidak? Seorang pelatih dipecat, dan ketika penggantinya tidak bekerja lebih baik, ia dipanggil lagi. Sama saja menjilat ludah sendiri.
Meski demikian, di Serie A memanggil kembali pelatih yang baru saja dipecat bukanlah fenomena baru. Maurizio Zamparini dikenal sebagai yang paling sering melakukan hal ini bersama klubnya. Palermo.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.