Eropa Spanyol

Sebelas Pemain Terburuk yang Pernah Bermain di El Clasico

Selama ini kita mengenal El Clasico sebagai laga berkualitas tinggi dengan pemain-pemain kelas dunia sebagai penampilnya. Namun, ternyata ada juga beberapa pemain yang sebenarnya tak pantas berlaga di panggung El Clasico tapi cukup beruntung bisa merasakan atmosfernya.

Berikut ini daftarnya:

 

Penjaga Gawang: Jose Pinto

Jose Pinto bukanlah penjaga gawang yang buruk. Ia pelapis setia Victor Valdes dalam periode tersukses Barcelona di akhir dekade 2000-an dan awal 2010-an, serta seringkali dipercaya menjadi pilihan utama di kompetisi non-prioritas seperti Copa del Rey.

Namun, kelakuan emosional Pinto cukup pantas membuatnya dimasukkan ke dalam sebelas pemain ‘alumni El Clasico’ terburuk. Pada bulan April 2011, ia diusir wasit akibat berkelahi dengan Jose Mourinho dan Pepe. Di samping itu, ketidakmampuannya mengadang sundulan Cristiano Ronaldo di final Copa del Rey 2011 membuat Barcelona gagal mengulangi rekor enam gelar musim 2008/2009.

 

Francisco Pavon

Belakang: Damia Abella, Francisco Pavon, Philippe Christanval, dan Juan Pablo Sorin

Posisi bek kanan diisi oleh Damia Abella. Pemain ini mengakhiri karier pada tahun 2016 lalu di Middlesbrough. Bek kanan ini sebenarnya tak pernah masuk skuat inti Barcelona, tapi ia beruntung pernah merasakan atmosfer El Clasico sebagai pemain pengganti pada bulan April 2005 ketika timnya dikalahkan Real Madrid 2-4.

Bek tengah diisi pemain Prancis, Philippe Christanval, bek gagal yang selama dua musim (2001 hingga 2003) hanya bermain sebanyak 47 pertandingan. Uniknya, ia pernah bermain di tiga jilid El Clasico dan dua di antaranya bermain sejak menit awal. Pendampingnya adalah Francisco Pavon, alumni akademi Real Madrid yang diacak-acak Ronaldinho dan Samuel Eto’o pada laga yang berlangsung dengan kemenangan 3-0 Barcelona di Bernabeu pada musim 2004/2005.

Terakhir, posisi bek kiri diduduki oleh pemain Juan Pablo Sorin. Pemain Argentina yang dipinjam dari Cruzeiro pada musim 2002/2003 ini tampil tak istimewa ketika laga kedua El Clasico musim 2002/2003 berakhir dengan skor 1-1. Musim itu menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah El Barca, karena mereka finis di peringkat enam La Liga.

 

Alex Song

Gelandang: Miguel Palanca, Alex Song, Pablo Garcia, dan Royston Drenthe

Posisi gelandang kanan diisi oleh Miguel Palanca. Nama yang asing di telinga para pencinta sepak bola ini justru melakukan debutnya di Real Madrid pada Desember 2008. Saat itu, El Real menderita kekalahan 0-2 dari Barcelona. Ia sempat mengancam gawang Victor Valdes meski usahanya digagalkan penjaga gawang Barcelona tersebut. Setelah itu, karier Palanca tak berkembang dan sekarang ia bermain di Liga Siprus.

Senada dengan Palanca, Royston Drenthe juga sempat mengancam gawang Valdes di pertandingan yang berlangsung di Camp Nou pada tahun 2008. Pemain Belanda ini kemudian terkenal sebagai salah satu mantan wonderkid tergagal di dunia. Sekarang ia sudah gantung sepatu di usia 29 tahun.

Posisi gelandang tengah diisi Alex Song. Ia tampil sebagai cameo di El Clasico musim 2013/14. Bermain sebagai pemain pengganti, ia menikmati kemenangan 2-1 di Camp Nou. Song juga terlibat di final Copa del Rey 2014, ketika Barcelona kalah 1-2 dari Real Madrid di Stadion Mestalla.

Sedangkan Pablo Garcia terkenal sebagai pesakitan yang gagal membendung serangan-serangan Barcelona ketika Real Madrid menyerah dengan skor 0-3 di Santiago Bernabeu pada musim 2005/2006. Pemain Uruguay ini juga gagal bersaing dengan Thomas Gravesen dan David Beckham.

 

Depan: Klaas Jan Huntelaar dan Maxi Lopez

Sebenarnya para penyerang gagal bertebaran dari tahun ke tahun baik di Barcelona maupun Real Madrid. Dari Bojan Krkic hingga Emmanuel Adebayor, semua nama itu termasuk pemain tak sukses ketika bermain untuk kedua tim.

Namun, kami memilih Klaas Jan Huntelaar dan Maxi Lopez sebagai duet penyerang terburuk yang pernah merasakan atmosfer El Clasico. Nama pertama cukup berhasil ketika membela Ajax dan Schalke 04 dan sempat menjadi andalan tim nasional Belanda. Namun, masa baktinya di Real Madrid sangat singkat. Ia juga nyaris tak berfungsi apa-apa ketika El Real dibantai Barcelona dengan skor 2-6 di kandang sendiri pada musim 2008/2009.

Sedangkan Maxi Lopez sempat menikmati puja-puji sebagai wonderkid pada musim 2004/2005 sebelum karirnya menukik tajam. Penampilannya cukup buruk ketika Barcelona menyerah dengan skor 2-4 di Santiago Bernabeu pada musim tersebut.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.