Eropa Italia

Acungan Jempol bagi Karier Emas Giuseppe Bergomi

Salah satu pemain belakang terbaik Italia sepanjang sejarah, salah satu pemain terbaik di generasinya dan dimasukkan pesepak bola legendaris Brasil, Pele, ke dalam daftar FIFA 100 pada tahun 2004 silam, adalah beberapa label yang sempat disandang oleh Giuseppe ‘Beppe’ Bergomi.

Di usianya yang baru mencapai 14 tahun pada tahun 1977, Bergomi muda mengikuti sebuah trial terbuka yang diselenggarakan oleh klub papan atas di Italia dan juga Eropa, AC Milan. Menjaring bakat-bakat muda guna dimasukkan ke dalam akademi I Rossoneri adalah tujuan utama dari trial tersebut.

Aksi-aksi yang dipertontonkan Bergomi pada saat itu, sejatinya cukup gemilang. Staf tim junior Milan pun menyadari jika ia pantas untuk direkrut. Namun dengan alibi Bergomi punya riwayat kesehatan yang kurang baik, manajemen I Rossoneri ogah untuk menariknya.

Keengganan Milan untuk mencomot Bergomi ibarat peluang emas yang tak mau disia-siakan oleh sang tetangga, Internazionale Milano. Melalui rekomendasi seorang pemandu bakatnya yang bernama Arcadio Venturi, I Nerazzurri mengajak Bergomi bergabung dengan akademi mereka..

“Sepanjang malam aku berdiskusi dengan pihak manajemen. Berusaha membujuk mereka bahwa Bergomi adalah berlian muda yang siap diasah dan bakal melegenda sebagai salah satu penggawa Inter di masa depan”, tutur Venturi seperti dilansir forzaitalianfootball.

Perjudian Inter buat sosok Bergomi nyatanya tidak salah. Performa yang ditunjukkannya selama memperkuat tim junior Inter di berbagai jenjang usia begitu memesona. Bergomi menyeruak sebagai salah satu bek muda dengan bangun tubuh kokoh yang membuatnya sulit dilewati lawan dan berani melakukan tekel-tekel krusial.

Tak hanya itu, kemampuan Bergomi memerankan sejumlah posisi di lini pertahanan, baik sebagai fullback, bek tengah, ataupun sweeper membuatnya punya banyak nilai plus.

Situasi ini juga yang membuat pelatih tim senior Inter di pengujung 1970-an sampai awal 1980-an, Eugenio Bersellini, kepincut untuk memberi Bergomi yang masih berumur 16 tahun kesempatan berlatih bersama tim utama yang saat itu diisi nama-nama semisal Alessandro Altobelli, Evaristo Beccalossi, Giuseppe Baresi, dan Giampiero Marini.

Peluang itu sendiri tak disia-siakan oleh Bergomi, dan perkembangan signifikan yang diperlihatkannya secara langsung dihadapan Bersellini membuat sang allenatore menghadiahinya kesempatan debut di ajang Piala Italia musim 1979/1980. Saat itu, umur Bergomi baru menginjak 17 tahun.

Momen debut itu pula yang kemudian mengawali segudang cerita penuh warna Bergomi bersama I Nerazzurri. Salah satu yang takkan lekang oleh zaman tentu kesetiannya yang tiada tara.

Mengenakan jersey Inter selama 20 musim dari 1979 sampai 1999 (sejak 1992 juga berstatus sebagai kapten tim) dan mencatatkan namanya sebagai salah satu one man club, Bergomi tampil di lebih dari 700 pertandingan dan menyumbang 28 gol. Menjadikannya sebagai pemain dengan penampilan terbanyak buat Inter sebelum akhirnya dipecahkan oleh Javier Zanetti.

Baca juga: Surat Cinta Mbah Budi kepada Javier Zanetti

Tak cuma itu saja, ia pun sanggup menyumbang masing-masing satu Scudetto, Piala Italia dan Piala Super Italia berikut tiga titel Piala UEFA (kini Liga Europa) bagi Inter.

Segala pencapaian yang diukir Bergomi bareng I Nerazzurri itu membuatnya sangat dicintai tifosi. Dedikasinya untuk seragam biru-hitam dinilai sangat luar biasa walau seringkali digoda oleh klub-klub papan atas Eropa supaya hijrah dari Stadion Giuseppe Meazza.

Selain mengilap di level klub, Bergomi juga punya karier yang sangat apik bersama tim nasional Italia. Selama 11 tahun jadi pilar Gli Azzurri, Bergomi mengukir 81 caps dan 6 gol.

Salah satu momen yang sulit dilupakan tentu keberhasilannya membantu Italia jadi kampiun Piala Dunia 1982 di Spanyol. Masih berusia 18 tahun, Bergomi menjadi andalan baru allenatore Gli Azzurri, Enzo Bearzot, di lini belakang Italia.

Walau bukan pemain inti, aksi-aksi Bergomi saat diturunkan Bearzot di fase terakhir kompetisi, termasuk mengawal Karl-Heinz Rummenigge pada laga final sungguh memukau. Semenjak saat itu, nama Bergomi pun selalu jadi langganan Italia.

Sedikit trivia, di turnamen internasional perdananya itu juga Bergomi mengukuhkan diri sebagai pemain termuda Italia yang berlaga di ajang Piala Dunia. Kala merumput di babak penyisihan grup ronde kedua melawan Brasil, Bergomi baru berumur 18 tahun 195 hari.

Sementara di partai puncak melawan Jerman Barat yang sukses dimenangi Gli Azzurri dengan skor 3-1, Bergomi yang kondang dengan julukan Lo Zio atau Si Paman karena memelihara kumis tebal sedari belia, baru berusia 18 tahun 201 hari. Kedua rekor itu pun bertahan sampai hari ini.

Lebih lanjut, Bergomi pun ikut tampil bersama Italia di tiga ajang Piala Dunia yang lain yakni di tahun 1986, 1990 dan 1998. Sedangkan di turnamen antarnegara benua biru, Bergomi jadi bagian skuat Gli Azzurri saat menjadi semifinalis di Piala Eropa 1988.

Uniknya, selama Gli Azzurri diasuh oleh Arrigo Sacchi pada rentang 1991-1996, Bergomi lebih sering diabaikan sehingga melewatkan Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 1996.

Dirinya baru benar-benar kembali ke timnas saat dipanggil Cesare Maldini buat menjadi bagian tim di Piala Dunia 1998. Padahal umur Bergomi ketika itu sudah tergolok gaek yaitu 34 tahun, sehingga berstatus sebagai pemain paling tua di dalam skuat.

Selepas pensiun sebagai pesepak bola, Bergomi sempat menjadi pelatih tim muda di sejumlah klub semisal Inter, Monza, dan Atalanta. Merasa kurang sukses, Bergomi lantas banting setir menjadi pundit di salah satu kanal sepak bola top Negeri Pizza, Sky Italia.

Hari ini, 22 Desember, Bergomi merayakan ulang tahunnya yang ke-54. Berbekal kiprah emas yang ditunjukkannya selama beraksi di atas rumput hijau, patutlah kita memberi satu atau bahkan dua acungan jempol untuk laki-laki yang namanya harum sebagai salah satu legenda sepak bola Italia ini.

Tanti auguri, Lo Zio.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional