Berubahnya regulasi Liga Singapura (S-League) musim depan membuat salah satu pesertanya yang berasal dari Brunei, Duli Pengiran Muda Mahkota (DPMM FC), menyatakan keberatan dan mengancam pergi. Lalu ke mana tujuannya? Liga 1 Indonesia.
Dilansir dari harian Malaysia, The New Straits Times, musim depan S-League akan menerapkan kuota 6 pemain U-23 Singapura, dan untuk klub yang hanya memiliki 22 pemain, sisanya tidak boleh lebih dari 30 tahun. Kemudian jumlah pemain asing juga dibatasi hanya dua per klub.
Menurut sumber terdekat DPMM FC, kebijakan tersebut membuat kekuatan mereka tereduksi secara masif. Pasalnya, mereka sama sekali tidak memiliki pemain Singapura, dan saat ini ada 3 pemain asing dengan kontribusi besar yang masih terikat kontrak, yakni Vincent Salas dan Daud Gazale dari Cile, serta Rafael Ramazotti asal Brasil.
Meski demikian, DPMM tetap menghormati keputusan federasi sepak bola Singapura (FAS). Hanya saja, untuk membentuk tim sesuai regulasi, mereka masih keberatan. Oleh karenanya, berpindah liga menjadi jalan alternatif.
Eks klub Paulo Sérgio, mantan gelandang Bhayangkara FC ini, sebenarnya juga sudah “melamar” ke Liga Malaysia, tapi permintaannya ditolak federasi setempat (FAM). Oleh karenanya, hijrah ke Liga 1 menjadi opsi selanjutnya.
Lalu, apakah keinginan jawara S-League 2015 ini akan terwujud?
Agak sulit sebenarnya, jika tidak bisa dibilang mustahil. Selain akan membuat jumlah kontestan menjadi ganjil, domisili klub yang sangat jauh juga bisa menimbulkan penolakan besar-besaran dari para kontestan Liga 1. Untuk tandang ke Serui saja klub-klub banyak yang mengeluh, apalagi jika harus ke Brunei?
DPMM sebenarnya masih memiliki opsi lain, yakni melakukan nego ke FAS. Sebab, Albirex Niigata yang merupakan juara bertahan S-League mendapat pengecualian, yakni boleh mengontrak dua pemain saja untuk kategori U-23 Singapura, tapi harus memiliki sembilan pemain U-21, sembilan pemain U-23 dari negara mana saja, dan hanya satu pemain yang berusia bebas.
DPMM sendiri sudah bergabung dengan S-League sejak 2009. Dalam delapan tahun partisipasinya, mereka berhasil sekali menjadi kampiun dan tiga kali menjuarai Piala Liga, tapi musim lalu terjerembab di peringkat delapan dari sembilan kesebelasan.
Lantas mengapa tidak kembali ke liga di negaranya sendiri? Alasan paling logis adalah karena Liga Brunei merupakan kompetisi minor di Asia Tenggara, yang akan terlalu kecil untuk klub seperti DPMM.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.