Nasional Bola

Ketua PSSI Salah Sebut Ilija Spasojević dari Amerika Latin

Belum selesai kehebohan yang terjadi di sepak bola dalam negeri usai Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, mengatakan kalau pemain yang berkarier di luar negeri tidak nasionalis, muncul pernyataan lain yang menggegerkan masyarakat.

Ketika melakukan sesi wawancara dengan salah satu televisi swasta nasional, Edy salah menyebut bahwa Ilija Spasojević berasal dari Amerika Latin, dari yang seharusnya Montenegro.

Bermula dari pertanyaan pembawa acara yang berisi apa kiat-kiat PSSI untuk membantu para pemain yang ingin berkarier di luar negeri, Edy awalnya mengkarifikasi bahwa ia sebenarnya tidak melarang jika ada pesepak bola yang ingin bermain di luar Indonesia, tapi tetap harus memprioritaskan kepentingan tim nasional.

Nah, di sini kemudian pernyataan menggelitik itu keluar. Edy melanjutkan, bahwa PSSI telah melakukan langkah-langkah untuk menyiapkan timnas demi menyambut tahun 2018 yang padat agenda internasional.

“Di 2018, begitu banyak event internasional maupun nasional yang harus dilakukan, untuk sepak bola Indonesia ini. Mungkin rakyat Indonesia (sudah) monitor, ada Spaso dari Amerika Latin, saya ambil, saya meminta kepada dia, dan dia bersedia untuk menjadi pemain bola di Indonesia, yaitu melakukan naturalisasi.”

Tak lama setelah kalimat itu viral di dunia maya, beragam reaksi kocak menghiasi linimasa media sosial. Ada yang mengatakan bahwa beliau sedang melawak, coba melakukan stand-up comedy, perlu membaca RPUL untuk membedakan Amerika Latin dan Montenegro, hingga terlalu banyak konsumsi penyedap makanan (micin).

Kemudian di pernyataan selanjutnya, sang ketua federasi kembali membuat kontroversi. Masih menanggapi permasalahan tentang hijrahnya pemain Indonesia ke luar negeri, ia menyebut kalau tidak ada pemain Indonesia yang ketika kembali dari Malaysia mengalami peningkatan kualitas.

“Kalau pemain bola kita itu yang memanggil negara-negara yang bisa membesarkan talenta atlet bola saya, bola kita Indonesia. Contoh, dia dipanggil ke Spanyol, panggil ke Belanda, saya izinkan dia. Tapi kalau ke Malaysia, siapa pemain-pemain Indonesia yang dipanggil ke Malaysia, kembali, terus menjadi lebih baik? Nah, ini yang perlu kita pertimbangkan.”

Sontak jawaban itu menuai reaksi yang lebih panas dari para pencinta sepak bola nasional, karena secara tidak langsung merendahkan kualitas Liga Malaysia, padahal sangat jelas kalau kompetisi di negeri ini belum lebih baik dari liga di negara tetangga.

Bahkan, komentar tersebut juga tidak punya dasar yang kuat, karena mayoritas pemain yang kembali dari kompetisi Negeri Jiran tetap bisa bersinar di Liga Indonesia, bahkan ada yang tetap awet bermain sampai usia senja.

Bambang Pamungkas dan Hamka Hamzah musim lalu masih rutin menghiasi starting line-up Persija dan PSM, kemudian Elie Aiboy, Ilham Jayakesuma, Kurniawan Dwi Julianto, dan Budi Sudarsono tetap menyandang status legenda hingga akhir kariernya. Juga Ilija Spasojević yang tak kehilangan ketajaman setelah berkelana ke Negeri Jiran.

Itu belum termasuk nama-nama lain seperti Ristomoyo Suwondho, bek kanan asal Malang yang menjadi legenda di Selangor, Ponaryo Astaman yang baru saja pensiun, Dedi Kusnandar yang masih jadi andalan Persib, dan Andik Vermansyah yang tetap jadi tumpuan timnas.

Memang ada beberapa yang meredup usai berkarier di sana seperti Patrich Wanggai dan Steven Imbiri. Tapi 2 orang dibanding 11 orang tentu tidak sebanding, bukan?

Untuk versi lengkap wawancara tersebut, bisa kalian lihat di video ini.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.