Piala AFF 2010 adalah kisah manis sekaligus getir bagi pendukung tim nasional sepak bola Indonesia. Pada ajang ini, timnas Indonesia bermain sangat atraktif dengan mencetak banyak gol, tapi sayangnya belum berhasil memboyong piala yang diidam-idamkan tersebut. Salah satu momen menarik di perjalanan Merah-Putih ketika itu adalah semifinal melawan Filipina.
Ajang ini adalah pertama kalinya Filipina diperhitungkan sebagai salah satu kekuatan di Asia Tenggara. Sebelumnya, tim berjulukan The Azkals ini selalu dianggap anak bawang dan bahkan sering menjadi lumbung gol. Salah satu buktinya adalah kemenangan spektakuler Indonesia atas Filipina dengan skor 13-1 pada tahun 2002 di ajang SEA Games.
Namun, pada Piala AFF 2010, Filipina berbenah. Menyewa jasa pelatih Inggris, Simon McMenemy, The Azkals sanggup menembus babak semifinal untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan mereka di ajang antarnegara dua tahunan Asia Tenggara tersebut.
Dengan mengandalkan beberapa pemain naturalisasi dengan skill bagus seperti Neil Etheridge, Jason de Jong, dan Younghusband bersaudara, James dan Phil, Filipina sukses menjadi runner-up grup di bawah Vietnam. Mereka mengungguli Singapura yang jauh lebih diunggulkan.
Namun, pada saat itu, Filipina belum mampu menyelenggarakan pertandingan sepak bola bertaraf internasional. Hal ini disebabkan setelah federasi sepakbola ASEAN (AFF) menganggap stadion di Filipina tidak layak untuk menggelar laga turnamen dua tahunan se-Asia Tenggara ini.
Maka, Indonesia mendapat keuntungan besar dari keputusan AFF tersebut. Kedua laga semifinal kontra Filipina digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Satu pertandingan kandang yang sedianya diadakan di Manila, ikut dipindahkan ke Jakarta.
Animo penonton sangat luar biasa menyambut pertandingan ini. Sekitar 80 ribu tiket yang disiapkan panitia ludes terjual dan nyaris tak ada ruang kosong di dalam stadion pada saat kedua pertandingan diadakan. Lucunya, sebelum pertandingan pertama dimulai, beberapa pemain Filipina memotong menit pemanasan mereka demi berfoto mengabadikan atmosfer Stadion Gelora Bung Karno yang jarang-jarang mereka rasakan di negaranya.
Penyerang Uruguay yang baru saja dinaturalisasi menjadi warga Indonesia, Cristian Gonzales, mengukuhkan dirinya sebagai fenomena di dua laga tersebut. Ia mencetak dua gol ke gawang Neil Etheridge di masing-masing pertandingan yang keduanya berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Indonesia.
Penyerang gaek berjulukan ‘El Loco’ ini membuktikan naluri predatornya dengan mencetak gol melalui sundulan kepala di pertandingan pertama. Gol tersebut lahir dari proses permainan terbuka yang berujung gol sundulan El Loco. Gol tersebut juga tidak lepas dari kesalahan koordinasi barisan pertahanan Filipina
Pada pertandingan kedua, Gonzales menciptakan gol yang mungkin tak akan pernah ia lupakan sepanjang kariernya. Akurasi dan kecerdikannya melepaskan tendangan keras ke sudut kanan atas gawang Etheridge sudah cukup untuk memastikan tempat Indonesia di babak final untuk menghadapi Malaysia.
Sayang, penampilan impresif hingga babak semifinal tak mampu diselesaikan Indonesia dengan permainan mantap di final. Kekalahan 0-3 di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, memupus hasrat Merah-Putih untuk membawa pulang trofi AFF. Karena kalah agregat dengan kepala tegak berkat kemenangan 2-1 di Jakarta, Indonesia masih harus menetapkan level AFF sebagai mimpi pertama yang harus diwujudkan.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.