Pertengahan Oktober kemarin, manajemen Leicester City terpaksa memberhentikan Craig Shakespeare sebagai juru latih The Foxes. Performa jeblok yang diperlihatkan Riyad Mahrez dan kolega pada delapan partai awal Liga Primer Inggris musim ini disinyalir sebagai alasan utama mengapa lelaki berusia 54 tahun itu dipecat.
Sebagai pengganti Shakespeare, kubu manajemen mendapuk bekas nakhoda AS Monaco, Olympique Lyon dan Southampton, Claude Puel. Di pundak lelaki asal Prancis itu, harapan kubu manajemen agar The Foxes bisa bangkit dan tampil lebih apik bersemayam.
Sejak mengawali debutnya sebagai pelatih Leicester pada laga melawan Everton (29/10) silam, Puel memang sanggup mengubah nasib The Foxes secara perlahan.
Dalam delapan pertandingan terakhir di ajang Liga Primer Inggris, klub yang berkandang di Stadion King Power ini mampu memetik lima kemenangan, dua hasil seri dan cuma sekali tumbang.
Tambahan 17 angka yang berhasil dikumpulkan The Foxes itu bikin mereka lepas dari papan bawah dan meroket sampai menembus peringkat delapan klasemen sementara sekaligus membuka peluang lolos ke ajang antarklub Eropa musim depan.
Selain diakibatkan tangan dingin Puel, salah satu faktor lain yang digadang-gadang menjadi pemicu utama meningkatnya penampilan The Foxes adalah kembali tokcernya performa Mahrez sebagai penggawa andalan Leicester.
Saat masih dilatih Shakespeare, Mahrez yang diincar oleh sejumlah klub ternama benua Biru di bursa transfer musim panas lalu memang tampil kurang beringas. Dirinya cuma membukukan satu gol dan dua asis pada delapan partai perdana The Foxes di Liga Primer Inggris.
Namun segalanya berbalik seratus delapan puluh derajat usai Puel mendapat mandat sebagai pelatih baru. Secara meyakinkan, gelandang berkewarganegaraan Aljazair ini malah sanggup mencetak empat gol dan satu asis buat The Foxes di delapan partai Liga Primer Inggris terakhir yang dilakoni Leicester (termasuk menang berturut-turut di empat pekan pamungkas) .
Kembali menawannya performa Mahrez juga membuat sejumlah tim besar Eropa yang sempat meminatinya kembali pasang kuda-kuda untuk mengajukan tawaran di jendela transfer musim dingin nanti.
Sementara bagi penggila game Fantasy Premier League, aksi gemilang yang diperlihatkan Mahrez akhir-akhir ini membuatnya layak dipertimbangkan buat diakusisi sebagai salah satu senjata mendulang poin-poin krusial.
Walau begitu, ada satu pertanyaan yang kemudian muncul ke permukaan bagi Leicester maupun Mahrez. Sampai kapan mereka mampu mempertahankan performa seperti ini?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional