Eropa Spanyol

Keylor Navas, Pahlawan Real Madrid dari San Jose

Di wilayah Amerika Utara, kualitas sepak bola Kosta Rika sebelumnya tidak pernah terlalu diperhitungkan. Mereka selalu dianggap kalah saing dari Meksiko, atau bahkan Amerika Serikat, negara di mana sepak bola tidak terlalu populer. Tetapi, semua berubah terutama karena keberadaan sosok Keylor Navas.

Keylor Navas membuat mata internasional tertuju kepada negara di wilayah Karibia. Memang sempat ada beberapa pemain yang tampil lumayan baik, tetapi pemain-pemain seperti Walter Centen, Paulo Wanchope, Rolando Fonsesca, atau Bryan Ruiz, tidak ada yang berada di level yang sama dengan Navas. Ia menjadi pemain pertama asal Amerika Utara yang berhasil memenangkan gelar juara Liga Champions Eropa.

Awalnya diragukan, kini namanya dipuja

Kariernya berada di jalur yang sangat bagus sejak awal, ketika Keylor bermain untuk tim tersukses Kosta Rika, Deportivo Saprissa. Di usia 20 tahun, ia terlibat dalam tim yang meraih gelar juara Liga Champions CONCACAF pada tahun 2005. Selama lima musim atau tepatnya pada periode 2005 hingga 2010, Keylor membawa Saprissa mendominasi sepak bola Kosta Rika, hingga akhirnya ia hengkang ke Spanyol. 

Keylor mendarat di Real Madrid setelah tampil hebat bersama Kosta Rika di Piala Dunia 2014 di Brasil. Ia mendarat di tim ibu kota Spanyol setelah memperkuat tim La Liga lain, Albacete dan Levante. Mahar sebesar 10 juta euro yang merupakan klausul pelepasannya kemudian ditebus oleh Real. Navas diikat kontrak selama enam tahun di Los Galacticos.

San Keylor, begitu ia dijuluki oleh publik Kosta Rika, pada awalnya ia memang direncanakan sebagai pelapis dari Iker Casillas. Semusim kemudian, ketika Casillas kemudian hengkang, Keylor justru mendapatkan posisi kiper utama. Rencana ini jelas ditentang terutama oleh para penggemar yang kebanyakan lebih menginginkan kiper Manchester United, David de Gea, untuk mengawal gawang Real selepas Casillas pergi.

Pertimbangan saat itu sebenarnya sudah bisa dilihat dari kesukaan Carlo Ancelotti terhadap kiper-kiper bertubuh tinggi besar. Menjadikan Keylor sebagai kiper utama sebenarnya merupakan pilihan yang masuk akal. Pun karena di saat yang bersamaan, David de Gea tengah berada dalam situasi yang membuatnya akan sulit meninggalkan United.

Bagian Galatians dari Injil yang berbunyi “Seandainya saya masih berusaha menyenangkan manusia, maka saya tidak akan bisa menjadi hamba Tuhan” selalu diucapkannya sembari berlutut sebelum memulai laga. Kata-kata tersebut menjadi kunci permainan hebat dari seorang Keylor Navas. Penyelamatan dengan memanfaatkan lengannya yang panjang menjadi salah satu ciri khas kiper kelahiran San Jose ini.

Meskipun pada awalnya para penggemar Real tidak terlalu menyetujui wacana menjadi Keylor sebagai kiper utama, mereka kemudian bersorak ketika ia berhasil membawa Real meraih gelar juara Liga Champions dua musim beruntun. Bahkan sebenarnya ia belum mendapatkan apresiasi yang pantas atas kerja keras dan kesetiaannya kepada Real Madrid hingga saat ini. Tidak ada yang tahu, 30 tahun lalu, di tanggal 15 Desember ini di San Jose, Kosta Rika, akan lahir seorang pahlawan bagi Real Madrid.

Feliz cumpleanos, Keylor Navas!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia