Eropa Inggris

Dominic Calvert-Lewin, Idola Baru Merseyside Biru

Kedatangan investor baru, Farhad Moshiri, membuat Everton berada dalam babak baru. Mereka kini memiliki kekuatan finansial yang sebelumnya tidak mereka miliki. Pada permulaan musim, mereka mendatangkan banyak pemain yang boleh jadi tidak pernah terbayangkan sebelumnya, termasuk mantan wonderkid Barcelona, Sandro Ramirez.

Sandro diharapkan bisa mengisi kekosongan yang setelah Romelu Lukaku hengkang ke Everton, tetapi penyerang asal Spanyol ini gagal memenuhi ekspektasi, sama seperti pembelian-pembelian yang lain yang dilakukan oleh Ronald Koeman, hingga akhirnya ia diberhentikan dari pekerjaanya pada 23 Oktober lalu. Yang justru kemudian menyelamatkan Everton, selain sang pemain gaek dan kapten baru mereka, Wayne Rooney, sosok tersebut adalah penyerang muda, Dominic Calvert-Lewin.

Penyerang masa depan timnas Inggris

Nigel Adkins menyebut bahwa Calvert-Lewin adalah pemain dengan teknik yang sangat baik untuk pemuda seusianya, juga karena tinggi badannya, ia merupakan penyundul bola yang hebat. Senada dengan ucapan dari Rooney yang menyebut bahwa meskipun jangkung dan kurus, Calvert-Lewin adalah pemain yang kuat sehingga memaksa para pemain bertahan untuk beradu fisik dengannya.

Pendapat dari dua sosok tersebut merupakan gambaran dari kelebihan seorang Dominic Calvert-Lewin. Meskipun bertubuh jangkung, kemampuan teknis pemain kelahiran Sheffield, 16 Maret 1997 ini harus diakui begitu luar biasa. Tidak seperti kebanyakan pemain lain yang bertubuh jangkung, Calvert-Lewin punya kecepatan dan begitu luwes ketika menggiring bola. Hal ini yang memungkinkan ia bisa bermain melebar.

Publik lebih menjagokan Dominic Solanke (Liverpool) atau Tammy Abraham (Chelsea, musim ini dipinjamkan ke Swansea City) sebagai juru gedor masa depan Inggris, tapi Calvert-Lewin sebenarnya berada di posisi terdepan sebagai suksesor Harry Kane di tim utama timnas Inggris. Perjalanan karier dan situasi yang dialami oleh Calvert-Lewin membuatnya menjadi pemain yang lebih matang. Bahkan sebenarnya, ia sudah cukup pantas untuk mendapatkan panggilan ke timnas senior Inggris.

Sama seperti kebanyakan pesepak bola hebat lain, Calvert-Lewin memulai kariernya setelah banyak bermain sepak bola jalanan dengan teman-teman sebayanya. Ia lahir dan besar di Hillsbrough, Sheffield, di mana wilayah tersebut merupakan pusat para penggemar Sheffield Wednesday. Tetapi Calvert-Lewin dan keluarganya merupakan The Blades sejati, para penggemar berat Sheffield United, klub yang juga menjadi tempat karier sepak bola profesionalnya berawal.

Setelah dua musim bersama bersama Sheffield, dan satu musim masa pinjaman yang mengesankan bersama Northampton Town, Calvert-Lewin kemudian mendarat ke Everton, di waktu yang sama ketika Ronald Koeman sepertinya memiliki proyek besar untuk para pemain muda. Calvert-Lewin dan Ademola Lookman yang kala itu didatangkan, bergabung bersama para talenta-talenta berbakat Everton lain seperti Tom Davies, Mason Holgate, dan Jonjoe Kenny.

Calvert-Lewin memulai debutnya untuk Everton di laga melawan Arsenal pada 13 Desember 2016. Ia sempat mesti harus menepi karena cedera pergelangan kaki. Dua bulan kemudian ia mencetak gol perdananya untuk The Toffees di Liga Primer Inggris saat berhadapan dengan Hull City. Penampilan apiknya kemudian membuat ia diikutsertakan ke timnas Inggris yang berlaga di Piala Dunia U-20 di Korea Selatan.

Solanke dan Lookman memang mencetak gol lebih banyak, tetapi Calvert-Lewin yang kemudian menjadi pahlawan. Ia menyarangkan gol semata wayang Inggris di partai final melawan Venezuela, sebuah momen yang tidah hanya membuat namanya semakin dikenal, tetapi juga membuatnya mencatatkan sejarah di usia yang begitu belia.

Calvert-Lewin mendapatkan bimbingan langsung dari Rooney, pencetak gol terbanyak dalam sejarah timnas Inggris. Ini yang membuatnya berada beberapa langkah lebih baik ketimbang Solanke dan Abraham. Calvert-Lewin juga sudah terlibat dalam banyak situasi sulit di musim ini, termasuk bermain di derby Merseyside beberapa pekan lalu. Ia juga bermain reguler dan lebih sering mentas di tim inti ketimbang Solanke dan Abraham.

Dominic Calvert-Lewin, ingat-ingat namanya, karena ia akan menjadi bintang besar suatu hari nanti.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia