Menyaksikan kiprah Ciro Immobile selama dua musim terakhir di Serie A adalah menikmati sebuah keindahan sekaligus keganasan. Kita jadi bertanya-tanya mengapa pemain yang kini menjelma jadi penyerang papan atas Italia ini pernah gagal di Jerman dan Spanyol?
Namun, di tengah kesuraman sepak bola Italia yang gagal lolos ke Piala Dunia 2018, Immobile seolah menikmati masa Renaissance. Pemain berusia 27 tahun ini melanjutkan kiprah hebatnya di musim 2016/2017 bersama Lazio dengan mencetak banyak gol.
Immobile telah berkontribusi langsung terhadap 21 dari total 32 gol yang dicetak oleh Lazio musim ini. Pemain depan andalan tim Azzuri ini juga berperan besar terhadap laju mantap tim asuhan Simone Inzaghi di Serie A dan Liga Europa musim ini.
Naluri pemburu golnya benar-benar berada dalam kondisi puncak. Immobile kini menjelma menjadi penyerang tengah konvensional yang dilengkapi kemampuan untuk menciptakan ruang dan peluang bagi rekan setimnya dengan gerakan-gerakan ofensifnya. Kelebihan ini membuat Immobile menjadi aset tak ternilai bagi tim manapun, dan Lazio beruntung memilikinya.
Setelah memulai karier profesionalnya di Juventus, tempat ia lebih banyak diabaikan, ia justru meraih kejayaan di Torino. Bersama rival sekota Juventus ini, Immobile memenangkan capocannoniere (pencetak gol terbanyak di Serie A) musim 2013/2014. Prestasi ini membantunya untuk terpilih menjadi bagian skuat Italia di Piala Dunia 2014.
Namun, setelah ajang empat tahunan di Brasil itu, karier Immobile sempat terjebak di lubang hitam. Hasrat mencapai kejayaan di Jerman bersama salah satu klub paling ofensif Eropa, Borussia Dortmund, berujung penurunan dramatis dalam kariernya. Tiga gol dalam setengah musim di Bundesliga tentu saja bukan catatan yang bagus. Media-media olahraga kala itu ramai menyoroti kegagalan sang pemain dalam beradaptasi terhadap taktik bermain di Jerman.
“Saya tidak pernah mengerti mengapa media Jerman tidak menyukai saya,” tutur Immobile pada awal 2015 lalu kepada Goal. “Mungkin mereka masih kesal terhadap Italia yang memenangkan Piala Dunia 2006 di Jerman!”
Terdorong keinginan memperbaiki nasib, ia menerima pinangan peminjaman dari Sevilla di paruh kedua musim 2014/2015. Dengan asumsi gaya bermain di Spanyol tak jauh berbeda dengan Italia, Immobile menatap masa depan dengan optimis di klub Andalusia tersebut. Ia sempat merasakan momen-momen nikmat, terutama ketika mencetak gol pada kemenangan 3-2 Sevilla atas klub raksasa Real Madrid.
Sevilla sukses memenangi trofi Liga Europa, tapi peran Immobile tak kunjung signifikan di kub tersebut. Ia banyak menghuni bangku cadangan karena Los Nervionenses lebih memercayai Carlos Bacca dan Kevin Gameiro. Ia pun harus menerima label gagal di Jerman dan Spanyol. Hingga sekarang, jika berbicara kepada media, pemain bernomor punggung 17 ini pasti menghindari topik seputar petualangannya di dua negara tersebut.
Namun, Immobile tidak perlu waktu lama untuk menghilangkan label pemain gagal tersebut. Setelah dipulihkan kembali oleh klub kesayangannya, Torino, ia pun kembali unjuk gigi bersama Lazio dan kini menjadi salah satu juru gedor top di Eropa. Pada 14 pertandingan awal Serie A musim 2017/2018, ia telah mencetak 15 gol dan 6 asis. Statistik yang fantastis!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.