Nasional Bola

Potensi Polemik Akun TMS Persebaya yang Masih Dipegang Bhayangkara FC

Persebaya Surabaya sukses promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia 2018 dengan keluar sebagai juara Liga 2 2017. Liga 1 2018 nantinya dijamin akan panas, karena akan mempertemukan Persebaya dengan Bhayangkara FC. Berbagai intrik memang terjadi di antara kedua kubu beberapa tahun terakhir.

Sebagai klub yang baru beberapa tahun berdiri, sepak terjang Bhayangkara FC tak bisa dilepaskan dari Persebaya. Selama beberapa tahun, klub yang kini didukung oleh korps Polisi Indonesia tersebut sempat memakai nama ‘Persebaya’. Untungnya, perjuangan para pendukung Persebaya yang kita kenal dengan nama ‘Bonek’, berhasil memaksa nama tersebut kembali ke klub asal kota Surabaya.

Namun, masalah belum berarti selesai. Beberapa hari yang lalu, beredar kabar dari komunitas Save Our Soccer (SOS) bahwa akun Bhayangkara FC di Transfer Matching System (TMS) FIFA masih menggunakan nama Persebaya. Jika kondisi ini tak berubah hingga Liga 1 2018 bergulir, Persebaya tentu saja akan terhambat jika ingin memakai jasa pemain asing. Koordinator SOS, Akmal Marhali, seperti dikutip Indosport mengutarakan bahwa pengelolaan akun TMS harus dikembalikan dulu ke Persebaya jika ingin dipergunakan untuk keperluan transfer pemain Bajul Ijo.

Tak hanya itu, Bhayangkara FC juga harus membuat akun TMS atas nama mereka sendiri. Sampai saat ini, beberapa nama pemain asing seperti Paulo Sergio (Portugal) masih terdaftar di TMS sebagai pemain Persebaya. Padahal, kita sama-sama tahu bahwa Sergio bermain untuk Bhayangkara.

Apa sebenarnya TMS itu dan bagaimana penggunaaannya?

Transfer Matching System (TMS) adalah semacam sistem informasi manajemen yang dikembangkan oleh Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) sejak tahun 2007 lalu. Saat ini, semua klub profesional di negara-negara yang berada di bawah naungan FIFA diharuskan menggunakan TMS untuk memonitor transfer pemain yang mereka lakukan.

Penggunaan TMS menjadi penting karena merupakan salah satu syarat untuk memproses International Transfer Certificate (ITC). Dokumen ITC adalah syarat yang wajib dimiliki seorang pemain profesional untuk pindah ke klub yang bernaung di federasi negara lain. Singkat cerita, tanpa proses kepindahan data pemain di platform TMS, maka dokumen ITC tak dapat diterbitkan.

Setelah pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007, konsep TMS lalu diujicobakan pada tahun 2008 di berbagai negara. Setelah dianggap sukses, barulah penggunaan TMS resmi masuk ke aturan FIFA seputar Regulations on the Status and Transfer of Players (aturan status dan transfer pemain) 2010. Artinya, penggunaan TMS diwajibkan bagi semua federasi anggota FIFA dan klub-klub yang bernaung di bawahnya tanpa kecuali.

Jika terdapat pelanggaran dalam penggunaan TMS, FIFA bisa menjatuhkan sanksi kepada klub atau federasi bersangkutan minimal sebesar 14 ribu Swiss Franc, atau sekitar 200 juta rupiah. Pada tahun 2014 lalu, FIFA sudah menjatuhkan denda kepada tiga klub akibat dianggap melakukan pelanggaran dalam mempublikasikan data TMS. Ketiga klub tersebut adalah Persires Bali Devata, PSIS Semarang, dan Persebaya (nama yang digunakan klub cikal-bakal Bhayangkara FC pada saat itu).

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.