Harus diakui bahwa produksi pelatih di Jerman berjalan dengan sangat luar biasa. Selain Julian Nagelsmann yang berusia paling muda, ada nama-nama lain seperti Manuel Baum (Augsburg), Alexander Nouri (eks Werder Bremen), Hannes Wolf (Stuttgart), dan Sandro Schwarz (Mainz). Serta satu nama lain yang mesti sangat diperhitungkan yaitu pelatih Schalke 04, Domenico Tedesco.
Para penggemar Schalke wajar terkejut ketika Domenico Tedesco ditunjuk sebagai nakhoda baru tim kesayangan mereka. Maklum, selain masih berusia muda yaitu 32 tahun untuk ukuran seorang pelatih, catatan karier seorang Tedesco lebih banyak dihabiskan untuk menangani tim usia muda.
Pengalamannya menangani tim senior bahkan baru didapatnya ketika menangani tim divisi dua kompetisi sepak bola Jerman, Erzgebirge Aue. Di sana ia memang melakukan catatan impresif, sebab tim yang ia tangani lolos dari jerat degradasi setelah berhasil meraih 13 poin dari lima pertandingan.
Banyak kelompok suporter Schalke yang memberikan pandangan miring terkait penunjukan Tedesc, tetapi yang terjadi di Bundesliga sejauh ini kemudian mengikis semua keraguan. Tedesco berhasil membawa Schalke ke peringkat kedua klasemen hingga pekan ke-12 ini, memiliki poin yang sama dengan RB Leipzig yang ada di peringkat ketiga, namun unggul selisih gol. Dan yang terpenting, berada di peringkat yang jauh lebih baik ketimbang rival mereka, Borussia Dortmund.
Bangku kuliah dan gaya melatih ala Jerman dan Italia
Yang unik dari seorang Tedesco adalah ia ternyata merupakan sarjana di bidang Bussines Engineering, dan gelar master di bidang inovasi manajemen, dua jurusan terkait manajerial yang jarang ada di belahan dunia lain. Pertanda bahwa Tedesco merupakan sosok yang cerdas secara akademis.
Hal menarik lainnya dari seorang Tedesco adalah asal usulnya. Sudah terlihat dari namanya bahwa Tedesco bukan benar-benar asli Jerman. Keluarganya hijrah ke Jerman dari Rossani, ketika Tedesco masih berusia dua tahun. Dengan kata lain, Tedesco lebih banyak mendapatkan banyak pengetahuan sepak bola ketika ia sudah berada di Jerman. Meskipun demikian, nyatanya kultur Italia yang identik dengan pertahanan, masih mengakar dalam diri seorang Tedesco.
Memang masih terlihat gaya bermain menekan khas Jerman dalam skuat Schalke yang kini ditangani oleh Tedesco. Tetapi aspek defensifnya lebih terasa dan sangat menonjol. Gaya bermain Schalke di bawah asuhan Tedesco memang tidak spektakuler atau meledak-ledak, yetapi mereka kini menjadi tim yang minim kemasukan dan pertahanan mereka sulit ditembus. Mereka merupakan tim kedua di Bundesliga yang paling sedikit kemasukan sejauh ini dengan 10 gol.
Bahkan dalam sebuah wawancara, Tedesco dengan terang-terangan mengaku bahwa pertahanan merupakan bagian penting dalam filosofi bermainnya. Ia juga menganggap bahwa apabila timnya hanya kemasukan sedikit gol, pertanda bahwa tim yang ditanganinya merupakan kesebelasan yang sulit ditaklukan.
Filosofi ini begitu terlihat dari bagaimana aktivitas transfer yang dilakukan oleh Tedesco. Alih-alih mencari penyerang pengganti karena Maxim Choupo-Mouting dan Klaas Jan Huntelaar hengkang, Tedesco justru mendaratkan lebih banyak pemain bertahan. Dari tujuh pemain baru yang didaratkan, tiga di antaranya adalah pemain bertahan, yaitu Bastian Oczpika, Pablo Insua, serta Sascha Riether. Ditambah satu pemain di posisi kiper, yaitu Michael Langer, serta mempermanenkan gelandang Nabil Bentaleb yang dipinjam dari Tottenham Hotspur musim lalu.
Kehadiran Tedesco sama sensasionalnya dengan keberadaan Julian Nagelsmann yang menangani Hoffenheim, dan para pelatih muda lain yang menangani tim di Jerman. Poin besarnya adalah, meskipun mereka masih hijau, para pelatih muda ini memiliki karakter tersendiri yang membedakan mereka dengan pelatih lainnya, seperti Tedesco yang sangat khas apabila berbicara terkait pertahanan. Keberadaan Tedesco menjadi jaminan pasti bahwa Bundesliga lebih berwarna ketimbang kompetisi lain dari segi kepelatihan.
Ingat-ingat namanya, Domenico Tedesco, siapa tahu di masa mendatang ia akan menangani salah satu tim besar di Eropa.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia