Nasional Bola

Yongki Aribowo, tentang Ekspektasi yang (Mungkin) Tak Pernah Tergapai

Sejak usia muda, nama Yongki Aribowo begitu tersohor sebagai penyerang yang dianggap akan menjadi nama besar suatu hari nanti. Yang paling mengesankan dari pemain kelahiran Tulungagung 23 November 1989 adalah soal sentuhan pertamanya ketika mendapatkan bola. Bola seakan mulus mendarat di kaki Yongki, dan memudahkannya untuk menembak bola ke gawang lawan. Namun apa yang ia alami saat ini, mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Nama Yongki melejit ketika membela Persik Kediri U-21. Ia masih berusia 18 tahun tapi sudah bermain di kelompok usia yang lebih tua dari usianya saat itu. Di kelompok usia tersebut, kemampuannya terus berkembang dan bakatnya semakin diperhitungkan. Sebenarnya sudah sejak lama ada wacana memainkan Yongki sesegera mungkin di tim utama Persik, tetapi saat itu kondisi lini serang tim Macan Putih berisikan para penyerang asing kelas satu seperti Cristian Gonzales, Budi Sudarsono, dan Saktiawan Sinaga.

Baca juga: Budi Sudarsono, Ular Piton Spesialis Gol Indah

Ambruknya keuangan Persik terutama dikarenakan aturan baru di kompetisi anyar, Liga Super, yang mewajibkan setiap tim peserta lepas dari biaya daerah, mengubah peruntungan karier Yongki. Kondisi sulit ini justru kemudian menjadi momentum bagi Yongki yang sebelumnya lebih banyak dicadangkan, kemudian bisa bermain reguler di tim utama Persik.

Yongki tampil impresif dan berhasil mencetak banyak gol. Penampilan ini kemudian membawanya dipanggil ke timnas Indonesia untuk berlaga di Piala AFF 2010, dan hijrah ke Arema Indonesia pada tahun yang sama.

Sekitar tahun 2010 hingga 2011, yang kemudian  menjadi waktu emas seorang Yongki Aribowo. Pada periode tersebut, potensi Yongki meyakinkan publik sepak bola Indonesia bahwa mereka akan memiliki penyerang hebat di masa selanjutnya. Yongki memang kalah saing dari Cristian Gonzales dan Bambang Pamungkas di skuat Piala AFF 2010, akan tetapi penampilannya mengesankan di laga uji tanding internasional jelang turnamen di mulai. Yongki mencetak gol dalam laga melawan Maladewa di Stadion Siliwangi. Serta satu gol lain ia cetak di Stadion Gelora Jakabaring, ketika Indonesia berhadapan dengan Timor Leste.

Setahun kemudian, Yongki membawa Indonesia meraih medali perak di ajang SEA Games. Ia juga sukses mengantarkan Arema menjadi runner-up di Liga Super Indonesia pada tahun yang sama. Bahkan, Yongki sampai memikat beberapa kesebelasan di luar negeri untuk mendaratkannya. Semua terasa indah saat itu.

Setelahnya, petaka kemudian terjadi. Cedera yang dialami Yongki sangat berpengaruh terhadap karier yang ia alami ke depannya. Ia lebih banyak menepi ketimbang beraksi di lapangan. Pada tahun 2012, Yongki kemudian mendarat ke Barito Putera dari Arema. Sempat bergabung ke Pelita Bandung Raya, Yongki kemudian kembali lagi ke tim berjuluk Laskar Antasari tersebut. Hingga tepat pada 22 November 2017 lalu, Barito kemudian memutuskan untuk melepas Yongki.

Yongki masih berusia 27 tahun. Ia masih memiliki waktu untuk setidaknya sedikit mencapai ekspetasi yang dibebankan kepada dirinya ketika masih berusia belasan tahun. Yang selanjutnya mesti dilakukan Yongki adalah membuktikan bahwa dirinya bukanlah wonderkid gagal dan juga masih belum habis.

Selamat ulang tahun, Yongki Aribowo!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
enikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia