Suara Pembaca

Pelatih Hebat Menghasilkan Tim Hebat

Selain harus memiliki kemampuan dalam menganalisa permainan, seorang pelatih juga harus mempunyai keahlian dalam membaca taktik dan juga memotivasi pemain-pemainnya. Karena dalam sebuah tim, pelatih merupakan pemimpin sekaligus salah satu orang yang memiliki pengaruh terbesar membentuk keberhasilan bagi timnya.

Masih ingat Pep Guardiola? Ia memiliki cara yang unik untuk memotivasi para pemainnya, dengan menggunakan video. Pep menggunakan video dari film Gladiator untuk memotivasi pemain-pemainnya agar berusaha lebih keras lagi untuk mencapai keberhasilan. Selain itu, ia juga dikenal sering memutar lagu-lagu Coldplay di ruang ganti pemain.

Lalu Jurgen Klopp yang memotivasi para pemainnya dengan memperlihatkan foto-foto pemain Barcelona saat merayakan gol. Klopp menganggap bahwa cara tersebut cukup mampu membuat pemainnya bersemangat dan antusias dalam menjebol gawang lawan.

Di Indonesia sendiri ada Nil Maizar yang terkenal dengan kalimat motivasinya dalam bahasa Minang, ‘Kito tanak sado bareh nan ado. Tabujua lalu tabalintang patah. Sabuang salapeh hari patang. Si bungsu nan indak kabaradiak lai.’ Artinya, seberapa beras yang ada, itu yang akan kita masak. Apa pun yang terjadi kita harus tetap berjuang.

Nil dikenal sebagai pelatih yang selalu memberikan motivasi pada para pemainnya. Ia berharap agar pemain mampu memperlihatkan penampilan terbaiknya.

Motivasi dalam sebuah tim biasanya berhubungan erat dengan pelatih atau manajer. Seperti yang diungkapkan oleh Duda & Whitehead dalam jurnalnya tentang iklim motivasional dalam olahraga. Mereka menjelaskan bahwa motivational climate (iklim motivasional) merujuk pada situasi yang terstruktur pada tujuan tertentu dari sebuah lingkungan yang dibuat oleh significant others (pelatih/manajer/orang tua) di mana terdapat tugas dan atau ego yang mengikutinya.

Iklim motivasional merupakan suatu kondisi yang dibuat oleh orang-orang yang memiliki peranan lebih pada suatu kelompok, mereka mengerti bagaimana membangun situasi yang mampu meningkatkan kinerja anggota tim. Iklim motivasional mencakup struktur situasional, seperti adanya struktur dan kriteria untuk evaluasi, cara untuk evaluasi, sumber pengambilan keputusan dan otoritas, presentasi dan penataan tugas, hingga cara individu dikelompokkan dan jenis interaksi individu dengan individu atau individu dengan kelompok.

Ditinjau dari hubungannya dengan prestasi, iklim motivasional terbagi menjadi dua, yaitu penguasaan tugas (task-involving) dan performa (ego-involving). Karakteristik penguasaan tugas terlihat dari adanya usaha, perubahan, kontribusi anggota pada tim, dan bagaimana para anggota tim saling membantu satu sama lain untuk mengerjakan tugas.

Sedangkan karakteristik performa merujuk pada bentuk determinasi diri seperti yang terwujud dalam motivasi internal atau regulasi yang teridentifikasi, misalnya kompetisi antar anggota tim, pertukaran sosial yang melibatkan rival, feedback normatif, evaluasi publik, perbandingan sosial, dan hal-hal yang melibatkan ego. Bentuk ego biasanya lebih berhubungan dengan gambaran sosial di lingkungan sekitar dan bagaimana dampaknya pada lingkungan sosial.

Michael Epstein dalam jurnalnya pada tahun 1989, mengungkapkan struktur taksonomi yang merupakan elemen kunci untuk mempromosikan iklim motivasional melalui pelatih, yang biasa disebut dengan TARGET (Task, Authority, Recognition, Grouping, Evaluation, dan Time).

Task (tugas) merujuk pada rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh atlet. Dalam hal ini, pelatih dapat menggunakan aktivitas yang mendorong atlet untuk menetapkan targetnya sendiri agar dapat mengembangkan kemampuan mereka, sehingga lebih fokus pada bagaimana cara menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

Dalam hal authority (otoritas) atlet didorong untuk ikut berperan dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan. Bukan hanya pelatih yang memegang otoritas untuk menentukan keputusan yang diambil oleh tim, melainkan atlet juga mampu menyiapkan apa saja yang mereka butuhkan dan mengevaluasi penampilan mereka sendiri

Recognition (rekognisi) menggambarkan bahwa pelatih dapat memberikan apresiasi atau pujian pada atlet yang telah melakukan tugasnya dengan baik atau mengalami kemajuan. Jika pada saat diberikan instruksi ada yang berbuat salah, pelatih hanya perlu mendekatinya dan menjelaskan bahwa hal yang dilakukan atlet tersebut salah dan memintanya untuk memperbaiki.

Adanya grouping (pengelompokkan) kecil dengan menempatkan anggota yang memiliki kemampuan campuran dapat membuat atlet menjadi lebih kooperatif. Saat dilakukan pengelompokkan akan terlihat bagaimana atlet dengan kemampuan rendah bekerja bersama dengan atlet berkemampuan tinggi.

Evaluasi merujuk pada perbaikan, kemajuan, partisipasi, dan usaha apa saja yang telah dilakukan atlet. Atlet biasanya lebih fokus pada penyelesaian tugas dibandingkan dengan penguasaan kemampuan, sehingga akan muncul kontribusi untuk tim.

Time (waktu) memungkinkan pelatih melihat waktu yang tepat bagi setiap sesi latihan atau program yang diberikan. Waktu lebih banyak difokuskan untuk membuat atlet aktif dalam aktivitas dibandingkan dengan hanya mendengarkan instruksi.

Iklim motivasional juga berhubungan erat dengan kekompakan dan kepercayaan diri kolektif tim. Pelatih memiliki peran dalam membentuk iklim motivasional misalnya dengan mempercayai kemampuan atletnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tim dan memberikan penampilan yang baik. Akan ada peningkatan perilaku kooperatif antara anggota tim ketika mereka merasa mendapat peranan yang sama di dalam tim. Selain itu, motivasi yang diberikan oleh pelatih tentu saja akan menambah kepercayaan diri pemain dalam usaha mencapai keberhasilan tim.

Author: Dianita Iuschinta Sepda (@siiemak)
Mahasiswi program magister psikologi di Universitas Airlangga Surabaya. Pecinta kajian psikologi olahraga dan Juventus.