Nasional Bola

Di Bandung, Kisah Manis Persebaya Tak Boleh Habis

Persebaya Surabaya kembali menjemput kemenangan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) setelah menundukkan PSPS Riau pada Sabtu (18/11). Gol semata wayang di menit ke-86 yang dicetak Rishadi Fauzi menjadi kuncinya. Kemenangan sore itu adalah kemenangan kedua Persebaya dalam pergelaran babak 8 besar Liga 2 2017. Sebelumnya, di laga perdana melawan PSIS Semarang pada Rabu (15/11), Persebaya juga menang dengan skor yang sama.

Dengan hasil tersebut, Persebaya menjadi tim pertama dari Grup Y yang memastikan diri melaju ke babak semifinal. Aroma kompetisi Liga 1 yang bergengsi itu pun semakin tercium skuat Bajul Ijo. Jika kesebelasan yang diarsiteki Angel Alfredo Vera ini konsisten menang dan menyapu bersih semua laga yang ada, sudah jelas kesempatan promosi ke Liga 1 menjemput di depan mata.

Tentu tidak ada alasan bagi Bajul Ijo untuk tidak mampu mewujudkan semuanya. Apalagi selama berjuang di Liga 2 ini Bajul Ijo tidak pernah sendiri. Kapanpun, di manapun, Bonek selalu menemani. Bahkan ketika babak 8 besar ini harus digelar di wilayah yang terbilang cukup jauh dari Surabaya. Dan meski sempat dibuat ketar-ketir lantaran keputusan venue berubah-ubah, dari Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi ke Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, lalu dari Stadion Wibawa Mukti ke Stadion GBLA di Kota Kembang, semangat Bonek untuk mengawal Bajul Ijo tidak sedikitpun hilang.

Ketika venue babak 8 besar akhirnya bermuara di Bandung, angin positif bagi Persebaya tentu semakin terasa. Pasalnya, Bandung bagaikan kota kedua bagi Persebaya. Secara geografis, memang Persebaya yang berasal dari Surabaya memiliki jarak yang sangat jauh dengan Bandung. Surabaya berada di wilayah Jawa bagian timur, sementara Bandung berada di wilayah Jawa bagian barat. Akan tetapi, jarak yang sedemikian panjang bukan alasan untuk membuat keduanya memiliki hubungan dekat.

Bandung bagi Persebaya dan Bonek adalah kota yang ramah. Apalagi, Bonek juga memiliki hubungan baik dengan Viking atau Bobotoh, suporter Persib Bandung. Maka boleh dikata, bagi Bonek mengawal Persebaya di Bandung juga berartimengunjungi tempat saudara sekaligus.

 

Persebaya

Bandung dan kisah manis tentang Persebaya

Kita perlu mengingat kembali bahwa di Bandung, kisah manis Persebaya pernah tercipta. Katakanlah momentum kembalinya Persebaya ke dunia sepak bola Tanah Air setelah bertahun-tahun dimatikan PSSI. Ya, awal tahun ini di Bandung, tepatnya tanggal 8 Januari 2017, nama Persebaya dipulihkan. Persebaya kembali diakui meskipun harus memulai kompetisi dari kasta kedua. Keputusan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, pada Kongres PSSI di Hotel Aryaduta.

Saat itu Persebaya juga tidak sendirian. Ribuan Bonek datang jauh-jauh dari Surabaya, dan berbagai wilayah lainnya untuk menggeruduk Bandung, mengawal kongres PSSI. Dan sekali lagi, Bandung adalah kota yang ramah untuk Persebaya juga Bonek. Di Bandung, ribuan Bonek disambut baik. Bahkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menyediakan GOR Pajajaran untuk menampung mereka. Bantuan konsumsi yang merupakan sumbangan dari warga Bandung juga turut diberikan untuk ribuan suporter fanatik Persebaya tersebut.

Hal itu menunjukkan betapa manisnya Bandung bagi Bonek. Ketika di beberapa daerah Bonek acap sekali dianggap sebagai suporter pembuat ulah, di Bandung, Bonek justru disambut ramah bak tamu jauh dari negeri seberang. Barangkali hubungan baik dengan Bobotoh Persib menjadi salah satu kuncinya. Persahabatan yang terjalin di antara kedua kelompok suporter itu pun membuat Bandung yang dingin, menjadi jauh lebih hangat untuk Persebaya dan Bonek setiap keduanya berkunjung ke sana.

Kisah manis Kota Bandung dengan Persebaya dan Bonek, tidak sebatas hal tersebut. Jauh sebelum itu, tepatnya pada 30 Juni 2009, di Bandung, Persebaya mencatatkan kisah manis yang takkan pernah terlupakan. Saat itu Persebaya berhasil mencomot satu kursi untuk turut serta dalam kompetisi bola paling bergengsi, yaitu Liga Super Indonesia (LSI) 2009/2010. Sebab, di Stadion Siliwangi Bandung pada akhir bulan Juni itu, Persebaya sukses menaklukkan PSMS Medan di babak play off.

Saat itu, Persebaya memang tertinggal 1-0 di babak pertama. Persebaya baru mampu menyamakan kedudukan di menit ke-86. Hingga babak kedua usai, skor 1-1 tidak berubah. Sehingga, pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu sampai menit ke-120. Dan hingga pertandingan usai, skor 1-1 tidak goyah. Namun, akhirnya Persebaya sukses menggulung PSMS Medan lewat babak adu penalti dengan skor 6-5. Bajul Ijo pun naik kasta.

Berkaca pada kisah di atas, khususnya pada perjalanan Persebaya menaklukkan PSMS Medan pada 30 Juni 2009 lalu, tentu Persebaya harus optimis mampu mengulang kembali kenangan manis itu. Delapan tahun silam, Persebaya naik kasta ke kompetisi tertinggi sepak bola nasional lewat pertandingan yang digelar di Bandung.

Pada awal tahun 2017 ini nama Persebaya juga dipulihkan PSSI di Bandung. Saya yakin, menjelang akhir tahun 2017 kisah manis Persebaya akan kembali terukir di Paris van Java. Tentu saja dengan catatan jika Persebaya terus menggenjot semangat juangnya.

Ya, teruslah berjuang, Bajul Ijo! Tetap semangat! Sebab kisah manis tentangmu yang terukir di Bandung tak boleh habis. Wani!

Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Suka sepak bola tapi bukan gadis tribun