Nasional Bola

Haru Biru Musim Pertama Steven Paulle di Indonesia

Steven Paulle adalah salah satu pemain asing di Liga Indonesia yang terbilang sangat jarang menjadi sorotan. Padahal, penampilannya cukup gemilang bersama PSM Makassar, meskipun ini adalah tahun pertamanya bermain di Indonesia. Nama bek tengah asal Prancis ini termasuk ke dalam salah satu pemain terbaik Go-Jek Traveloka Liga 1 versi Football Tribe.

Dibandingkan para pemain asing lain yang pernah bermain di Eropa, seperti Michael Essien atau Peter Odemwingie, atau bahkan para rekan setimnya, Wiljan Pluim dan Marc Klok, Paulle terbilang jarang diliput media lokal Indonesia. Padahal, hampir setiap bulan media asal Prancis pasti melaporkan perkembangan atau kabar mantan pemain AS Cannes dan Dijon FCO ini.

Beberapa waktu lalu, Paulle berbagi kesan-kesan dari musim pertamanya di Indonesia kepada situsweb ActuFoot. Dalam artikel yang diberi judul “Akhir Sebuah Mimpi di Indonesia” ini, ia bercerita tentang kesan mendalam yang dirasakannya pada saat PSM harus tumbang pada pertandingan penentuan gelar juara atas Bali United.

“Sebelum pertandingan itu, kami tak terkalahkan di kandang dan hanya sekali imbang. Namun, kiper Bali United (Wawan Hendrawan) ternyata tampil gemilang dan menjadikan itu pertandingan terbaik dalam hidupnya. Ia menggagalkan banyak peluang kami. Dalam sepuluh menit terakhir, kami melakukan segala cara untuk bisa mencetak gol, malah kami kecolongan dan kebobolan di detik-detik terakhir!”

Setelah itu, Paulle melanjutkan, “Setelah itu, pendukung kami marah dan sangat kecewa. Botol-botol beterbangan selama 20 menit. Polisi masuk mengamankan para pemain di lapangan, terutama para pemain lawan yang harus dilindungi menggunakan tameng. Saya belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya! Sebelum pertandingan pun, para pemain Bali United harus datang menggunakan mobil pengaman. Atmosfer pertandingan benar-benar menegangkan.”

Baca juga: Mengenal Steven ‘Daeng Kulle’ Paulle, Palang Pintu Baru PSM

Pemain kelahiran 10 Februari 1986 ini mengaku terguncang, tapi sama sekali bukan atas tindakan para pendukungnya. Menurutnya,  wajar para pendukung PSM sangat kecewa. Gelar yang sedikit lagi akan direngkuh dan sudah terlihat jelas di depan mata, akhirnya lenyap dalam hitungan detik. Sebelumnya, ia sudah pernah melukiskan situasi ini di akun Instagram-nya dengan kalimat pendek, “Terkadang, sepak bola memang bisa menjadi sangat kejam.”

Paulle merasa terguncang karena perjuangannya yang harus berakhir seperti itu terasa sangat menyedihkan. “Para pendukung kami kembali ke lapangan dan terkulai lemas di atas rumput. Beberapa orang bahkan menangis di pelukan saya. Ini musim yang luar biasa!”

Tersirat kekecewaan mendalam dalam penuturannya kepada Actufoot tersebut. Pasalnya, sepanjang kariernya Paulle memang belum pernah sekali pun merasakan nikmatnya meraih gelar juara. Sepanjang kariernya, ia hanya setia dengan dua klub di negaranya. Yang pertama adalah Cannes, klub kota kelahirannya, dan Dijon. Sepanjang kariernya, pemain yang dijuluki ‘Daeng Kulle’ ini hanya setia berjuang menyelamatkan kedua klub tersebut dari jeratan degradasi.

Paulle menutup penuturannya dengan menyelipkan kenangan terbaiknya di Indonesia pada musim kompetisi ini. “Saya senang karena passion masyarakat sepak bola sangat tinggi. Ini adalah kali pertama sepanjang karier saya bermain disaksikan sekitar 40 ribu orang.”

‘Daeng Kulle’ sendiri sudah dipastikan akan bertahan di PSM. Setidaknya, masih ada kesempatan untuk berburu gelar juara Liga Indonesia di musim depan.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.