Walau performa AC Milan di musim ini masih jauh dari kata memuaskan, baik di Serie A maupun Liga Europa, namun ada satu orang pemain yang melejit lantaran penampilannya yang apik serta konsisten. Dialah Jesuś Joaquín Fernández Sáenz de la Torre atau lebih akrab disapa Suso.
Ketimbang nama-nama lain di skuat I Rossoneri, apa yang diperlihatkan Suso sejauh ini memang bisa dinilai sebagai yang terbaik. Dari 16 pertandingan di seluruh kompetisi yang diikuti Milan pada musim ini, Suso bahkan sudah menggelontorkan 6 gol dan 6 asis.
Perlahan tapi pasti, aksi-aksi tim besutan Vincenzo Montella di lapangan semakin memperlihatkan ketergantungannya kepada sosok berusia 23 tahun ini. Jika Suso gagal tampil brilian, acapkali Milan juga harus ketiban hasil-hasil negatif.
Baca juga: Daya Magis Suso Angkat AC Milan dari Tren Negatif
Berkat serangkaian performa gemilang yang ditorehkannya bersama Milan, pelatih timnas senior Spanyol, Julen Lopetegui, lantas memberinya panggilan untuk mengenakan seragam La Furia Roja. Pada laga melawan Rusia di Stadion Krestovsky (14/11) kemarin, Suso bermain selama 45 menit. Jumlah yang tidak banyak memang tapi cukup memberi asa kepadanya jika di masa yang akan datang, Suso memiliki kans menjadi pilar Spanyol di berbagai kejuaraan.
Dibanding negara-negara lain yang sepak bolanya melejit di benua Eropa, Spanyol merupakan salah satu kesebelasan yang punya superioritas di semua sektor. Dalam artian, baik tim senior maupun juniornya memiliki skuat yang kualitasnya prima dan pilih tanding.
Bila kamu tak percaya, silakan saja berselancar di dunia maya buat mengetahui prestasi apa saja yang berhasil digapai Spanyol dalam kejuaraan-kejuaraan, senior dan junior, yang mereka ikuti dalam kurun satu dekade terakhir.
Disadari atau tidak, ini merupakan bukti dari pembinaan berjenjang dan sistematis yang luar biasa dari federasi sepak bola Spanyol (RFEF) sehingga mereka tak pernah kehabisan talenta-talenta hebat di setiap jenjang usia.
Saat Fernando Hierro pensiun dari dunia sepak bola di era 2000-an silam, nama Carles Puyol kemudian menyeruak sebagai suksesor. Kala Puyol sudah merasa bahwa fisiknya tak lagi mampu dipacu terus menerus sehingga memilih mundur dari timnas, giliran Gerard Pique yang memegang kendali di lini belakang.
Situasi tak berbeda juga ada di sektor depan karena saat Fernando Morientes dan Raul Gonzalez semakin menurun kemampuannya, sosok Fernando Torres serta David Villa muncul sebagai pengganti sepadan. Kini, dengan menuanya Torres serta Villa, Diego Costa dan Alvaro Morata jadi primadona baru.
Keadaan-keadaan selaras juga bisa sama-sama kita saksikan dari lini tengah Spanyol. Gelandang-gelandang kreatif dan para winger andalan mereka, sudah cukup banyak yang menua. Sebut saja Cesc Fabregas, Andres Iniesta, Pedro Rodriguez sampai David Silva. Figur Xavi Hernandez bahkan telah pensiun sejak beberapa tahun yang lalu.
Kesempatan nama-nama itu buat terus menjadi andalan Spanyol pada berbagai turnamen pasti akan semakin menyusut. Suso, dalam hal ini, bisa diapungkan sebagai salah satu calon penerus terbaik. Apalagi Spanyol juga masih punya sosok-sosok muda bertalenta lain dalam diri Marco Asensio, Luis Alberto, Gerard Deulofeu, Isco Alarcon, Koke, serta Saul Niguez yang bisa berperan sebagai gelandang kreatif maupun winger.
Dengan level kepadatan dan kualitas yang begitu luar biasa, justru memaksa para pemain tersebut, termasuk Suso, agar bisa membuktikan diri. Tak ada opsi lain bagi pemuda kelahiran Cadiz ini kalau bukan main konsisten bagi Milan secara terus menerus, lebih-lebih bisa menjadi aktor utama kebangkitan I Rossoneri di sisa musim ini.
Sebab hanya dengan begitulah, Lopetegui akan senantiasa memperhatikan performa Suso dan mempertimbangkan namanya terkait kebutuhan taktik Spanyol dalam bermain. Jika tak sanggup melakukannya, jangan harap ada cukup banyak kesempatan untuk menambah caps atau bahkan mentas di Piala Dunia 2018 mendatang.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional