PSMS Medan kini menjadi salah satu kandidat tim Liga 2 yang memiliki peluang besar untuk meraih tiket promosi ke Liga 1. Padahal sebelumnya, kesebelasan kebanggaan masyarakat Sumatera Utara ini pada awalnya dianggap tidak begitu difavoritkan karena carut-marut yang terjadi di tubuh manajemen. Ketika Liga 2 mulai bergulir, tidak ada yang menyangka bahwa PSMS bisa melaju sejauh ini.
Tergabung di Grup 1 bersama Persiraja Banda Aceh, PSBL Langsa, 757 Kepri Jaya FC, PSPS Riau, PS Timah, Persih Tembilahan, serta Pro Duta yang kemudian mengundurkan diri, PSMS memang sempat menunjukan sebuah tren luar biasa ketika mereka tidak kemasukan di tujuh laga perdana mereka di babak pertama kompetisi Liga 2.
Tetapi ketika mereka menelan kekalahan 2-0 dari Persiraja Banda Aceh di pekan ke-10, segala sesuatunya menjadi semakin sulit. Tren negatif juga berlanjut ketika mereka ditaklukkan PSPS Riau di kandang sendiri pada pekan pertandingan ke-13. Seandainya tidak berhasil menang atas Persih Tembilahan di partai terakhir, PSMS bisa saja tidak bisa melaju ke babak berikutnya.
Begitu pula yang terjadi di putaran kedua. Tiga partai perdana mereka tidak dijalani dengan begitu baik. Kalah dari PSIS Semarang di partai pertama, hanya bermain imbang dengan Persita Tangerang di laga kedua. Bahkan sempat menelan kekalahan dari tim kejutan, Persibat Batang, di pertandingan ketiga. Tetapi, PSMS kemudian berhasil memperbaiki nasib, dan bisa terus melaju hingga ke babak selanjutnya.
Fenomena yang dialami oleh tim berjuluk Ayam Kinantan tersebut, di mana mereka selalu berhasil memperbaiki nasib mereka setelah berada di posisi yang sulit, boleh jadi merupakan implementasi dari kejadian yang memang secara nyata dialami oleh elemen klub seperti pelatih dan pemain.
Pelatih yang menangani PSMS saat ini, Djadjang Nurdjaman, merupakan salah satu pembuktian bagaimana klub tersebut menjadi tempat memperbaiki nasib. Seperti yang diketahui, pelatih yang akrab disapa Djanur ini dilepas oleh Persib Bandung karena tidak mampu mengangkat penampilan tim. Djanur kemudian mendarat di PSMS menggantikan Mahruzar Nasution. Bahkan seandainya bukan saja sekadar membawa PSMS promosi, tetapi juga memberikan gelar juara Liga 2, maka Djanur benar-benar memperbaiki nasibnya di musim kompetisi kali ini.
Begitu pula para penggawa yang memperkuat PSMS Medan. Para pemain yang merupakan “limpahan” dari PS TNI seperti Dimas Drajad, Hardiantono, serta kapten tim Legimin Raharjo. Penampilan dari Suhandi juga tidak bisa disepelekan. Dianggap kalah bersaing di PS TNI, Suhandi tampil luar biasa sejauh ini dan berhasil menyarangkan delapan gol.
Tetapi cerita soal I Made “Binter” Wirahadi jelas merupakan kisah yang lebih sensasional. Tersingkir dari Bali United karena kesulitan bersaing dengan penyerang-penyerang lain seperti Sylvano Comvalius dan Irfan Bachdim, Wirahadi justru tampil menggila bersama PSMS. Ia menjadi tumpuan tim di lini serang. Bahkan bisa jadi, Wirahadi-lah yang akan menjadi aktor kunci lolosnya PSMS ke kompetisi Liga 1 musim mendatang.
Kesempatan kedua memang selalu hadir bagi mereka-mereka yang berusaha bangkit dari keterpurukan.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia