Yang menyebalkan dari satu kompetisi sepak bola adalah ketika kedua tim yang terbilang kuat, harus adu kebolehan di babak penyisihan awal. Sebagai penikmat olahraga ini, ujar-ujar save the best for the last memang benar adanya.
Memang, bagi pelakon langsungnya, untuk bertemu lawan yang sepadan atau bahkan lebih baik di fase awal kompetisi juga sebuah kerugian, namun bagi para penonton, bertemunya dua tim kuat di babak awal adalah hal yang teramat tidak menyenangkan. Terlebih jika hal seperti ini terjadi di fase play-off kualifikasi satu kompetisi, yang berarti dua tim kuat harus saling mengalahkan karena hasil undian, dan adanya prospek kompetisi tersebut ditinggal oleh satu tim unggulan.
Babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa telah memasuki babak pengujung, babak play-off. Beberapa negara akan menyusul negara lainnya yang telah lolos terlebih dahulu saat kualifikasi masih berbentuk grup. Di zona Eropa, Kroasia, Yunani, Denmark, Republik Irlandia, Irlandia Utara, Swiss, Swedia, dan Italia akan memperebutkan empat spot tersisa di putaran final Piala Dunia di Rusia tahun depan.
Kedelapan negara ini akan bertarung hidup dan mati demi kebanggaan serta harga diri sepak bola mereka. Meskipun begitu, ada satu laga play-off di zona ini yang terhitung tidak diinginkan oleh siapapun, mulai dari pesepak bola dari kedua negara tersebut, suporternya, bahkan penikmat sepak bola yang netral. Laga yang dimaksud adalah pertandingan play-off antara Italia melawan Swedia.
Bagi kedua negara, untuk saling mengalahkan dalam babak play-off adalah hal yang paling tidak diinginkan. Baik Italia atau pun Swedia tahu bahwa mereka memiliki kekuatan yang tipis perbedaannya, apabila memang benar tidak sama. Patut apabila kedua tim merasa tidak beruntung usai hasil undian babak play-off diumumkan dan mereka harus melawan satu sama lain.
Bagi Italia, adalah sebuah mimpi buruk bagi tak hanya pemain timnas sepak bola, Gianpiero Ventura, dan FIGC, namun bagi seluruh rakyat Negeri Spaghetti tersebut apabila mereka tidak lolos ke Piala Dunia di Rusia nanti. Negara yang memiliki tradisi bagus di kompetisi sepak bola terakbar di planet Bumi ini terakhir kali gagal lolos ke putaran final Piala Dunia adalah di tahun 1958, yang mana kompetisi diadakan, ironisnya, di Swedia.
Yang menjadi masalah adalah, peluang mereka untuk tidak lolos sama besarnya dengan peluang mereka untuk lolos nanti. Selain karena lawannya yang terhitung seimbang, timnas Italia juga saat ini performanya cenderung tidak stabil, terlebih jika menghadapi musuh yang setara. Di fase grup kualifikasi, Gli Azzurri mendapatkan kekalahan satu-satunya, yang juga membuat mereka harus masuk ke babak play-off, saat menghadapi Spanyol.
Saat ini, level Swedia memang mungkin masih di bawah La Furia Roja, namun apakah Swedia ada di bawah Italia? Belum tentu.
Nama Ventura sempat dikecam akibat kurang tajamnya lini depan Italia. Dalam tiga pertandingan terakhir pasca-kalah melawan Spanyol, saat menghadapi negara-negara seperti Israel, Makedonia, dan Albania, Italia hanya mampu mencetak masing-masing satu gol di laga tersebut.
Untuk mengatasi hal ini, Ventura telah memanggil kembali penyerang yang sempat menjadi bahan komedi akibat tendangan penaltinya di Piala Eropa 2016, Simone Zaza, yang tampil bagus bersama Valencia. Mantan manajer Torino tersebut mengatakan kepada ESPN FC bahwa Zaza telah menjadi pemain yang lebih baik ketimbang dia saat Piala Eropa tahun lalu.
Ventura saat ini tetap yakin kepada skuatnya, dan bertekad untuk menghapus mimpi buruk yang dialami negaranya di dua Piala Dunia terakhir ketika juara dunia empat kali ini gagal lolos dari fase grup, namun untuk mewujudkan hal itu, laga berat melawan Swedia harus mereka atasi terlebih dahulu.
Lain hal dengan Swedia, tradisi The Blue and Yellow memang tidak sementereng Italia di Piala Dunia. Namun, saat ini, Swedia tengah memiliki skuat yang seimbang di atas kertas usai pensiunnya Zlatan Ibrahimovic. Di lini pertahanan, ada nama Victor Lindelof, yang merupakan salah satu bek muda berbakat di dunia sepak bola saat ini. Lindelof memang tengah mengalami masa yang kurang menyenangkan di Manchester United saat ini, namun bek berusia 23 tahun ini tetap bukan seseorang yang dapat dipandang sebelah mata.
Lini tengah mereka diisi oleh salah satu playmaker yang memiliki reputasi ciamik, Emil Forsberg. Forsberg yang berhasil menjadi maestro lini tengah RB Leipzig yang menjadi kejutan di Bundesliga musim lalu, kini menjadi salah satu pengatur serangan yang diincar oleh banyak klub top Eropa. Kekreatifan Forsberg dapat menjadi santapan yang nikmat bagi John Guidetti, si anak hilang Manchester City yang kembali menemukan ketajamannya bersama klub Spanyol, Celta Vigo.
Di fase grup kualifikasi, Swedia secara impresif berhasil finis di atas semifinalis Piala Dunia 2014 lalu, Belanda, meski hanya menang selisih gol. Di laga penentuan melawan Luksemburg, skuat asuhan Janne Andersson ini mampu mengunci pintu kelolosan Belanda dengan kemenangan 8-0.
Meskipun begitu, jalan terjal yang telah Swedia lewati di fase grup untuk kembali lolos ke Piala Dunia setelah di tahun 2010 dan 2014 absen kembali menemui batu sandungan yang besar. Italia, meskipun performanya tengah merosot, tentu bukan lawan yang mudah dihadapi. Kelolosan ke Piala Dunia tentu menjadi cara terbaik bagi mereka untuk membuktikan bahwa Swedia adalah tim yang lebih baik usai ditinggal Ibrahimovic, namun sulit rasanya untuk membayangkan laga play-off akan berjalan mudah bagi negara ini.
Kerugian terbesar tentu harus dirasakan oleh penonton netral seperti kita-kita ini. Piala Dunia 2018 nanti sudah pasti tidak diikuti oleh negara-negara seperti Cile dan Belanda yang memiliki pemain yang apik. Kehilangan Swedia, atau bahkan Italia, rasanya akan mengurangi greget kompetisi ini.
Swedia kini tengah menapaki jejak sebagai timnas sepak bola yang enak ditonton, dan adanya pemain-pemain muda berbakat menambah faktor mudahnya Swedia untuk dinikmati. Di sisi lain, sulit rasanya membayangkan Piala Dunia tanpa Italia, tanpa Gianluigi Buffon dan kawan-kawan.
Skuat Italia saat ini sebenarnya termasuk salah satu yang terbaik, namun, tanpa juru taktik yang tepat, sekelompok pemain berbakat hanya akan sia-sia. Saat ini, tak perlu rasanya untuk merutuki hasil undian yang menyakitkan ini, mari berharap tim terbaiklah yang akan menang.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket