Ketika kalah secara menyakitkan dari Manchester City, Arsene Wenger menegaskan bahwa Alexis Sanchez sudah bermain bagus. Pendapat tersebut membuat polemik masa depan Alexis, dan tentu saja Mesut Özil semakin memanas. Mengapa? Lantaran kedua pemain ini sebenarnya bermain buruk. Pun kontrak keduanya akan segera habis dan satu nama dijagokan menjadi pengganti: Nabil Fekir.
Sebelum membahas profil seorang Nabil Fekir, terlebih dahulu kita lihat segala kemungkinan terkait masa depan Alexis dan Özil.
Begini, kekalahan dari City membuat situasi Alexis menjadi dilematis. Skuat asuhan Pep Guardiola tersebut terlihat tidak membutuhkan tenaga pemain asal Cile tersebut. Maklum, sebelumnya, Alexis sudah didekati The Citizens sedemikian rupa pada musim panas yang lalu. Bahkan, kesepatan sudah hampir terjalin.
Sepanjang paruh awal musim ini, City menunjukkan performa yang luar biasa stabil. Kedalaman skuat yang baik membantu mereka mempertahankan konsistensi meski bermain di banyak kompetisi. Terutama di lini depan, komposisi pemain sudah sangat baik. Kemenangan atas Arsenal, seperti menegaskan bahwa mereka tak butuh Alexis.
Pun mantan pemain Barcelona ini bermain tak sesuai dengan standar kualitasnya. Tak hanya itu, Alexis nampak setengah hati ketika membela Arsenal. Nah, jika di bulan Januari nanti City tak lagi meminati Alexis, tentu Arsenal tak bisa membeli pemain baru, dalam hal ini kita tengah berbicara Nabil Fekir.
Untuk Özil sendiri, peminat baru berasal dari dalam Inggris, yaitu Manchester United. Jika ke depan tak ada peminat dari luar Inggris, tentu agak sulit membayangkan Arsenal melepas Özil ke salah satu rivalnya. Kembali, situasi Alexis dan Özil memang terlalu rumit untuk dipikirkan dalam satu kali duduk. Sikap keduanya, dan tentu saja sikap Wenger, memengaruhi potensi kedatangan Fekir.
Baca juga: Melepas Mesut Özil: Mudah Tapi Terasa Tidak Mudah
Jadi, kita bisa menarik kesimpulan sederhana bahwa Fekir, atau siapa saja yang tengah diincar, tak akan datang kecuali Arsenal melepas pemain terlebih dahulu. Nah, jika sudah memahami latar belakang tersebut, mari kita raba potensi yang akan dibawa oleh Fekir ke Inggris.
Mengenal Nabil Fekir
Pemain yang saat ini memperkuat Olympique Lyonnais ini sudah memasuki usia matang, 24 tahun. Ia biasa bermain setidaknya di tiga posisi, yaitu gelandang serang, penyerang sayap sebelah kanan, dan penyerang. Pun beberapa kali, Fekir tak kesulitan ketika harus turun ke bawah untuk mengambil bola dan terlibat lebih banyak dalam fase transisi menyerang.
Sudah sejak tahun lalu nama Fekir dihubungkan dengan klub-klub besar Eropa, tentu Arsenal salah satunya. Yang menarik dari situasi transfer Fekir adalah sang ayah menegaskan bahwa Arsenal adalah tujuan selanjutnya.
Sang ayah juga menambahkan bahwa Fekir tak akan bergabung dengan klub seperti Manchester City lantaran khawatir anaknya hanya akan menjadi penghuni bangku cadangan. Jadi, jika salah satu dari Alexis atau Özil hengkang, atau bahkan keduanya, The Gunners punya solusi.
Nah, untuk memahami cara bermain Fekir, sebaiknya pembaca menyimak video pendek di bawah ini:
https://www.youtube.com/watch?v=9RnQrNFldag
Meski cukup pendek untuk ukuran pemain Eropa, 173 sentimeter saja, postur Fekir terlihat kokoh. Ia bisa memanfaatkan tubuhnya yang kokoh untuk melindungi bola dari sergapan bek lawan. Ketika lawan menerjang, Fekir cukup lincah bergerak menemukan sudut mati untuk “keluar dari tekanan” badan pemain lawan. Sekilas, posturnya mirip Eden Hazard, dengan kemampuan idividu tak jauh berbeda.
Fekir, yang kaki dominannya adalah kaki kiri, banyak beroperasi di sisi kanan. Maka, indikasi yang terlihat adalah ia sering melakukan cut-inside untuk masuk ke kotak penalti. Fekir juga termasuk pemain sayap modern, jika ditempatkan sebagai gelandang sayap, yang tak lagi banyak berlari hingga akhir lapangan sebelum melepaskan umpan silang. Ia lebih suka masuk ke dalam dari sisi sayap.
Oleh sebab itu, area bermain Fekir adalah di sekitar halfspace kanan atau kiri. Dari situ, Fekir bisa melepaskan umpan diagonal, atau tembakan langsung ke gawang. Fekir juga bukan “tipe Özil” yang sering melepaskan killer pass dari depan kotak penalti. Ia lebih suka bermain operan pendek atau melakukan penetrasi dengan giringan bola.
Meski dominan kaki kiri, kaki kanan Fekir cukup hidup. Hal ini membantunya menjadi penyelesai peluang yang cukup efektif di depan gawang. Istilahnya adalah end product, yaitu seorang pemain yang bisa memberi hasil dari sebuah peluang. Jika teknik menyelesaikan peluang lebih diasah lagi, bahkan Fekir akan lebih tajam ketimbang Özil.
Kekurangan Fekir ada pada kebiasannya berlama-lama dengan bola. Ketika menerima umpan vertikal, dengan laju cukup deras, Fekir bisa mengontrolnya dengan baik. Namun, terkadang, ia tak segera mengalirkan bola. Keputusannya akan merugikan lantaran tim kehilangan momentum untuk menyerang.
Jika memang memiliki kemampuan menahan bola atau punya tingkat pressing resistance yang tinggi sebaiknya pemain memaksimalkannya secara bijak. Misalnya dengan sebuah perencanaan yang matang, Fekir bisa mengundang lawan untuk melakukan pressing. Alhasil, si pemain akan meninggalkan ruangnya ketika bertahan dan ruang tersebut bisa dieksploitasi menggunakan umpan sederhana.
Singkat kata, cara bermain Fekir harus lebih efisien. Hal ini mungkin akan bisa terbantu ketika ia ditangani pelatih yang salah satu cirinya adalah bermain menggunakan umpan pendek, seperti Wenger. Jika Fekir memang punya lingkar otak yang luas, memperbaiki masalah ini tentu bukan kerja yang berat.
Satu hal lagi. Saat ini, Fekir menyandang status kapten Lyon. Hal ini sedikit banyak menggambarkan dua hal. Pertama, kualitasnya memang diakui oleh rekan satu tim. Kedua, punya atribut kepemimpinan dan kepercayaan diri yang tinggi. Anda juga bisa memasukkan daya juang ke dalam gambaran ini. Tiga atribut yang sepertinya menguap dari skuat Arsenal saat ini.
Baca juga: Nabil Fekir, Pemimpin Baru Olympique Lyon Musim Depan
Arsenal sendiri punya keuntungan lain untuk memboyong Fekir selain sikap ayah si pemain. Di dalam skuat Arsenal saat ini terdapat nama Alexandre Lacazette, mantan rekan Fekir di Lyon. Keberadaan pemain yang dikenal tentu akan membantu proses adaptasi bersama klub baru.
Jadi, kesimpulannya, Fekir adalah sebuah artikel yang menarik. Namun ia narasi yang belum tuntas. Masih diperlukan sentuhan penulis ulung untuk membuat artikel dengan nada Fekir menjadi tulisan yang mulus. Apakah Wenger bisa menjadi penulis itu?
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen