Eropa Italia

Napoli, di Antara Kompetisi Eropa dan Serie A

Pada kompetisi Serie A 2017/2018, performa yang diperlihatkan Napoli sungguh luar biasa. Sampai tulisan ini dibuat, I Partenopei masih duduk di pucuk klasemen dengan koleksi 31 poin hasil dari sebelas kemenangan dan satu hasil imbang. Ya, mereka bahkan belum tersentuh kekalahan barang sekalipun.

Berkat pencapaian itu, klub yang berkandang di Stadion San Paolo tersebut dihujani puja dan puji oleh publik sepak bola Italia. Nama sang allenatore, Maurizio Sarri, yang berhasil membuat tim asuhannya bermain ofensif, garang dan ‘seksi’, jadi pusat bergulirnya ucapan-ucapan manis itu.

Baca juga: Melihat Cara Maurizio Sarri dan Napoli Bekerja

Nahasnya, Lorenzo Insigne dan kolega masih belum bisa menduplikasi performa hebat itu tatkala mentas di ajang Liga Champions. Napoli yang pada babak penyisihan tergabung di Grup F bareng Feyenoord Rotterdam, Manchester City, dan Shakhtar Donetsk, justru tengah terseok-seok.

Dari empat pertandingan yang telah mereka lakoni, satu-satunya hasil positif yang bisa dituai I Partenopei hanya saat berjumpa Feyenoord (26/9). Kala itu, mereka sukses membungkam Nicolai Jorgensen dan kawan-kawan dengan skor 3-1.

Sementara di tiga partai yang lain, masing-masing sekali bertemu Shakhtar (13/10) serta dua kali berhadapan dengan Manchester City (17/10) dan (1/11), Napoli harus mengakui kekuatan tim lawan. Berturut-turut mereka digebuk dengan skor 2-1, 2-1, dan 4-2.

Catatan buram ini memaksa Napoli harus mendekam di peringkat tiga klasemen sementara Grup F hanya dengan bekal 3 poin. Mereka tertinggal dari The Citizens yang bertengger di posisi teratas via torehan 12 angka dan telah memastikan lolos ke babak 16 besar, serta Shakhtar yang menempati peringkat dua dengan raihan 9 poin.

Berkaca pada situasi tersebut, langkah Napoli buat mencuri satu tiket ke babak 16 besar Liga Champions musim 2017/2018 terasa semakin berat. Mereka harus memenangi dua laga tersisa yakni atas Shakhtar (21/11) dan Feyenoord (6/12) dengan skor besar sambil berharap tim yang disebut pertama juga keok saat bertemu Manchester City (6/12) di laga pamungkasnya.

Sebab dengan begitu, mengingat Liga Champions memiliki aturan tentang selisih gol yang dijadikan rujukan pertama bila dua tim yang berbeda memiliki torehan angka yang serupa, Napoli baru benar-benar bisa mengamankan satu posisinya di fase knock-out.

Jika gagal memenuhi hitung-hitungan tersebut, maka hampir dipastikan I Partenopei akan mentas di ajang antarklub Eropa kelas dua, Liga Europa, di sisa musim ini dengan modal posisi tiga yang mereka tempati di penyisihan grup Liga Champions (dengan catatan Feyenoord tidak tampil hebat secara tiba-tiba sehingga bisa mengemas poin yang lebih banyak dari Napoli di dua partai tersisa).

Sayangnya, bermain di ajang Liga Europa tak serta-merta bikin perjalanan Insigne dan kolega akan terasa lebih mudah. Kompetisi yang dahulunya bernama Piala UEFA ini malah bisa menghadirkan kesulitan hebat yang dapat memengaruhi performa Napoli di Serie A.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, hampir seluruh laga Liga Europa dimainkan pada hari Kamis malam waktu Eropa. Dengan jadwal tersebut, maka waktu recovery yang dimiliki anak asuh Sarri sebelum mentas di Serie A bakal semakin mepet.

Padahal, jadwal Liga Champions yang dimainkan pada hari Selasa atau Rabu malam waktu Eropa saja kerap membuat kaki-kaki pemain Napoli kelelahan saat mentas di Serie A pada akhir pekan. Kurang menggigitnya penampilan I Partenopei saat menjamu Internazionale Milano (21/10) di laga Serie A pekan kesembilan yang lalu, selain akibat performa Inter yang menawan, menjadi salah satu buktinya.

Jika nanti berlaga di Liga Europa, Napoli juga harus memulai perjuangannya di babak 32 besar. Ini artinya, perjalanan menuju babak puncak guna mendulang prestasi masih begitu panjang dan berliku. Bila menghitung sejumlah kontestan dengan kuaitas mumpuni yang bisa saja menjadi lawan mereka di babak tersebut seperti Dynamo Kiev, OGC Nice, Olympique Lyon, Olympique Marseille, TSG Hoffenheim, Zenit St. Petersburg, atau bahkan Arsenal (tergantung posisi finis mereka di babak penyisihan grup Liga Europa dan proses seeding guna menentukan undian), maka perjalanan Napoli di Liga Europa bakal semakin sulit.

Situasi terjepit yang sedang I Partenopei rasakan sudah pasti masuk ke dalam sejumlah kalkulasi buatan Sarri. Seberapa besar kans lolos ke babak 16 besar Liga Champions jika mereka tetap all-out di sepasang laga pamungkas? Seberapa tinggi peluang mereka gagal di dua partai tersebut sehingga harus terdemosi ke Liga Europa?

Walau begitu, Napoli juga masih punya satu opsi tersisa yakni mengendurkan seluruh kekuatan dan tidak lagi tampil serius di sepasang partai sisa Liga Champions alias melepas peluang (kecil) ke babak 16 besar sekaligus menghindari demosi ke Liga Europa akibat finis di posisi tiga.

Karena dengan ‘menghentikan’ petualangan di kompetisi antarklub benua biru, fokus Napoli bisa diarahkan seluruhnya kepada ajang Serie A. Lebih-lebih, dalam sejumlah wawancara yang dilakukannya, Sarri juga menyebut bahwa titel Scudetto menjadi prioritas utama untuk direngkuh pada musim ini guna menyudahi puasa gelar liga yang telah bertahan selama 27 tahun.

Apa yang sedang dialami Napoli saat ini bak menempatkan mereka di persimpangan jalan. Bila salah mengambil langkah, apa yang sedang diusahakan oleh Insigne dan kawan-kawan bisa buyar dalam satu kedipan mata.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional