Kebencian seringkali muncul sebagai latar belakang sebuah rivalitas atau bahkan permusuhan, tak terkecuali di dunia sepak bola. Rasa tidak suka kepada lawan bahkan cukup untuk melahirkan riak-riak persaingan. Kondisi ini juga yang menginisiasi perseteruan panas di antara Genoa dan Sampdoria dalam balutan laga sekota dalam tajuk Derby Della Lanterna.
Nama Derby Della Lanterna yang melibatkan kedua tim ini diambil dari Torre Della Lanterna, sebuah landmark berupa mercusuar yang sudah berdiri sejak abad kedua belas di area pelabuhan kota Genoa.
Tak seperti Derby Della Capitale antara AS Roma dan Lazio yang begitu kental dengan aroma politik serta Derby Della Madonnina di mana AC Milan berseteru dengan Internazionale Milano akibat status sosial, Derby Della Lanterna menjadi sebuah laga panas lantaran sejarah murni tentang keberadaan masing-masing kubu. Genoa yang punya sejarah panjang sebagai klub tertua di Italia (berdiri tahun 1893) menghadapi Sampdoria yang baru terbentuk usai Perang Dunia II (1946).
Baca juga: Derby Della Madonnina: Adu Kreativitas Dua Tifosi
Sedari awal pendiriannya, Genoa memang punya akar Inggris yang begitu kuat (bahkan logo klub ini juga memiliki unsur bendera Inggris). I Grifoni dibentuk oleh sejumlah pria berkebangsaan Inggris yang menetap di kota tersebut.
Awalnya, entitas Genoa berfokus pada cabang olahraga kriket dan atletik yang begitu populer di Negeri Tiga Singa. Namun, perkembangan dan kultur sepak bola yang cukup kuat di Italia memaksa mereka juga membentuk sebuah kesebelasan sepak bola.
Hebatnya, semenjak saat itu dominasi Genoa dalam sepak bola Italia begitu luar biasa. Mereka sukses mereguk sembilan gelar Scudetto dalam kurun 1897-1924. Sebuah rekor fantastis yang tak tertandingi pada zaman itu. Keseluruhan titel kampiun itu sendiri didapat Genoa dalam arahan dua pelatih asal Inggris yakni James Richardson Spensley dan William Garbutt.
Sialnya, segala kesuksesan yang diperoleh I Grifoni pada saat itu tak membuat hati pemimpin Italia di era tersebut, Benito Mussolini, gembira. Hal ini disebabkan oleh lekatnya akar Inggris yang ada di dalam tubuh klub. Mussolini yang menganut paham fasis, menganggap Genoa sebagai antek asing yang menodai kesucian tanah kelahirannya dan sepak bola Italia.
Ketidaksukaan Mussolini kepada Genoa itu lantas diejawantahkan, melalui campur tangan pemerintahan fasisnya, dengan membentuk sebuah klub dengan nama La Dominante Genova, hasil merger dari dua klub sepak bola lain asal kota Genoa yakni Sampierdarenese dan Andrea Doria.
Sayang, La Dominante gagal menggoyahkan kedigdayaan Genoa yang sudah kelewat kuat. Hanya dalam tempo beberapa tahun, La Dominante pun bubar. Status dari Sampierdarenese dan Andrea Doria pun dikembalikan seperti sebelumnya. Sampierdarenese sendiri kemudian melakukan merger dengan Corniglianese dan Rivarolese untuk mendirikan Associazione Liguria Calcio.
Sedikit trivia, saking bencinya Mussolini kepada Genoa, dirinya pernah mengasingkan sosok Garbutt yang menghadiahkan sejumlah titel juara kepada Genoa, agar tak kembali berkecimpung di sepak bola Italia. Menariknya, dalam buku sejarah sepak bola Italia, Garbutt justru dikenal sebagai father of Italian football.
Barulah di tahun 1946, kedua tim tersebut (Liguria dan Andrea Doria) kembali merger dan mengubah nama mereka menjadi Unione Calcio Sampdoria (gabungan dari nama Sampierdarenese yang merupakan cikal bakal Liguria serta Andrea Doria) yang kental beraroma Italia. Kelahiran Sampdoria bak membawa semangat perlawanan kepada antek asing yang dahulu dikobarkan oleh Mussolini.
Sebagai ‘anak baru’ di kota Genoa, perilaku Sampdoria di awal berdirinya klub bahkan sudah membuat kubu Genoa naik pitam. Bagaimana tidak, hanya berselang satu bulan usai merger, manajemen Sampdoria langsung meminta dewan kota Genoa agar mengizinkan mereka untuk memakai Stadion Luigi Ferraris buat memanggungkan partai kandang. Padahal, stadion ini sebelumnya cuma dipakai oleh Genoa.
Ajaibnya, dewan kota Genoa justru mengabulkan permintaan I Blucerchiati itu. Per musim 1946/1947, seluruh pertandingan kandang Genoa dan Sampdoria pun diselenggarakan di arena yang juga akrab disebut Stadion Marassi (merujuk pada lokasi stadion) tersebut.
Walau pada akhir 1940-an sampai awal 1980-an, kedua klub sama-sama tak mampu bersaing di jalur perebutan Scudetto, namun tensi panas yang berkelindan di Derby Della Lanterna selalu muncul, termasuk dalam urusan mengirim sang rival terdegradasi ke Serie B.
Pada musim 1950/1951 dan 2002/2003, laga Derby Della Lanterna begitu menyenangkan buat I Blucerchiati karena hasil positif di laga tersebut sukses mengirim Genoa main di Serie B pada musim selanjutnya. I Grifoni sendiri berhasil melakoni revans dengan memaksa Sampdoria terdemosi ke kasta kedua lewat hasil-hasil memuaskan di Derby Della Lanterna pada musim 1976/1977 dan 2010/2011.
Tapi sebuah kejadian unik yang melibatkan kedua kubu berlangsung pada musim 1972/1973. Angka sempurna dari pertemuan keduanya di Derby Della Lanterna jilid kedua musim tersebut akan sangat penting untuk menjaga asa bertahan di Serie A.
Sebab kemenangan yang bisa bikin salah satu dari kedua tim ini tetap mentas di level teratas pada musim mendatang. Namun nahas, kedua tim justru bermain imbang dan harus menerima nasib, bersama-sama turun divisi.
Rivalitas panas di kota Genoa semakin memuncak setelah di akhir 1980-an sampai awal 1990-an, Sampdoria justru melesat sebagai salah satu kekuatan yang disegani. Pasalnya, pada momen tersebut I Blucerchiati berhasil mereguk satu titel Scudetto dan Piala Super Italia, empat Piala Italia serta satu Piala Winners. Tak sampai di situ, Sampdoria juga sempat mencicipi babak final Piala Champions (kini Liga Champions) 1991/1992.
Kesuksesan yang digapai I Blucerchiati pada saat itu membuat suporter mereka punya modal lebih buat meledek pendukung Genoa yang seringkali mengangkat kejayaan masa lalu Genoa. Karena menurut pendukung Sampdoria, fakta tersebut sudah begitu usang dan tak lebih dari sekadar kenangan masa silam.
Dalam rekor pertemuan di Derby Della Lanterna, Sampdoria yang ‘cuma’ bocah kemarin sore malah berhasil mengungguli Genoa. Dari 96 partai yang sudah dimainkan keduanya pada seluruh kompetisi, I Blucerchiati sukses mencatat 37 kemenangan sedangkan Genoa hanya mengoleksi 24 hasil positif.
Akhir pekan ini, Derby Della Lanterna edisi ke-97 akan kembali mewarnai kompetisi Serie A. Tensi panas bisa dipastikan muncul lagi pada pertandingan ini. Apalagi kedua klub berada dalam situasi yang berbeda 180 derajat, Genoa terpuruk di papan bawah, sementara Sampdoria nyaman di papan atas.
Namun gengsi untuk tidak mau kalah dari rival sekota pasti membara di dalam dada masing-masing tim. Hal ini akan membuat laga nanti berjalan menarik dan semakin mewarnai rivalitas kedua kubu. Lantas, siapakah yang bakal merebut status penguasa kota pelabuhan bernama Genoa?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional