Apa kesamaan Francesco Totti, Paolo Maldini, dan Carles Puyol? Ketiganya dikenal sebagai ‘one-man club’, yaitu setia dengan satu klub saja dan tak pernah tergoda membela klub lain. Pemain-pemain seperti ini cukup langka di kasta tertinggi Liga Indonesia.
Meski demikian, ada beberapa pemain yang setia dengan satu klub saja dalam waktu yang terbilang lama. Cukup mengejutkan karena para ikon klub seperti Bambang Pamungkas, Atep, Boaz Solossa, dan Hengky Ardiles pun pernah membela klub lain. Berikut ini daftar ‘one-man club’ yang ada di Go-Jek Traveloka Liga 1 saat ini:
Choirul Huda
Kepergian penjaga gawang Persela Lamongan ini membuat banyak orang kehilangan. Keberadaannya termasuk langka di sepak bola Indonesia saat ini. Choirul Huda memulai karier profesionalnya pada tahun 1999 bersama Persela Lamongan. Sejak debutnya pada usia 20 tahun tersebut, ia tak pernah berpindah klub bahkan untuk satu hari pun.
Pria yang dipanggil Yang Maha Kuasa pada usia 38 tahun tersebut telah membela Persela sebanyak 134 kali. Sebagai penjaga gawang, ia mencatatkan rekor 45 clean sheets. Yang lebih tragis lagi, Huda meninggalkan Persela sebagai pemegang ban kapten dan pengabdi terbaik sepanjang masa.
Tinus Pae
Bukan Boaz Solossa, tapi nyatanya, pemain yang hanya pernah membela satu klub di Persipura adalah Yustinus Pae. Sudah lebih dari sepuluh tahun pemain berusia 34 tahun ini mengabdi untuk tim Mutiara Hitam. Tinus Pae telah membela klub kebanggaan Jayapura tersebut sejak tahun 2006, serta berjasa membawa Persipura tiga kali menjuarai Liga Indonesia.
Dendi Santoso dan Kurnia Meiga
Meski tergolong masih berusia muda, kedua andalan Arema FC ini boleh dibilang sudah berada di tim Singo Edan selama satu dekade lebih. Dendi Santoso memang baru menjalani debut di tim utama Arema pada tahun 2009, tetapi ia sudah menghuni akademi Arema sejak tahun 2004. Sedangkan Kurnia Meiga telah menghuni tim utama klub kota Malang tersebut sejak 2008. Keduanya sama-sama menjadi andalan Singo Edan ketika menjuarai Liga Indonesia 2009/2010. Bukan hanya itu, sampai sekarang keduanya pun masih sering mengisi tim utama.
M. Rahmat dan Hendra Wijaya
Sama dengan kedua penggawa Arema di atas, Rahmat dan Hendra Wijaya pun belum genap berusia 30 tahun tapi sudah menjadi semacam legenda di PSM Makassar. Kedua putra daerah Sulawesi Selatan ini telah menjadi bagian perjalanan Juku Eja bahkan ketika sempat memutuskan untuk pindah ke liga tak resmi pada tahun 2010 lalu.
Nasib Rahmat sedikit lebih baik dari Hendra. Penyerang sayap ini selalu dipercaya mengisi tim utama PSM, siapa pun pelatih yang menangani. Sedangkan Hendra beberapa tahun terakhir lebih banyak menjadi pelapis. Meski demikian, kemampuannya bermain di posisi bek sayap maupun bek tengah membuat pelatih manapun membutuhkan kehadirannya.
Rudi
Pemain ini terbilang unik karena dua hal. Yang pertama adalah karena namanya yang sangat pendek, hanya terdiri atas empat huruf dan tanpa nama belakang. Maka, ia lebih sering dikenal dengan nama ‘Rudi Doank’. Kedua, ia setia bersama Semen Padang meskipun posisi di tim inti tidak selalu akrab dengannya.
Pemain berusia 29 tahun ini telah memperkuat panji Semen Padang sejak tahun 2010, dan tak pernah beralih ke klub lain. Pada Go-Jek Traveloka 2017 ini, kesetiaannya diuji apakah ia tetap setia bertahan jika Kabau Sirah terkena degradasi.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.