Muhammad Ridho Djazulie melewati pencapaian Andritany Ardhiyasa sebagai kiper dengan penyelamatan terbanyak di kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1. Hingga pekan ke-31, Ridho sudah berhasil melakukan 96 penyelamatan. Raihan ini melampaui catatan milik Andritany dengan 90 penyelamatan.
Menjadi sangat hebat karena pada permulaan bulan Oktober ini, total penyelamatan yang dilakukan Ridho adalah 70 penyelamatan, sementara Andritany sudah melakukan 82 penyelamatan. Tingginya angka penyelamatan ini memang berarti banyak hal, termasuk soal tidak terlalu baiknya penampilan lini belakang tim yang dibela Andritany maupun Ridho. Tetapi yang pasti, catatan tersebut setidaknya memberikan sedikit gambaran kualitas dari kedua kiper ini.
Catatan penyelamatan tertinggi yang dimiliki oleh Ridho sejauh ini, mestinya tidak luput dari pengamatan pelatih timnas Indonesia, Luis Milla. Kiper berusia 26 tahun ini menunjukan penampilan yang sangat baik sepanjang musim kompetisi kali ini, apalagi mengingat kondisi yang dialami oleh klub yang dibela oleh Ridho, Borneo FC.
Selepas dihantam oleh Arema di final Piala Presiden 2017, Borneo FC kemudian membuat langkah yang bisa dibilang sangat berani. Mereka melepas kiper berpengalaman, Wawan Hendrawan. Borneo FC kemudian memutuskan untuk mengarungi kompetisi dengan Ridho yang belum memiliki banyak jam terbang di kompetisi level tertinggi, serta kiper muda, Nadeo Argawinata. Meskipun kemudian, jelang kompetisi benar-benar dimulai, Borneo FC merekrut kiper senior, David Ariyanto, sebagai kiper ketiga.
Meskipun sempat dimainkan bergantian dengan Nadeo di awal-awal kompetisi, Ridho kemudian terus menjadi pilihan utama di tim Borneo FC. Total ia bermain selama 2,433 menit dan melakukan 10 clean sheets. Salah satu penampilan terbaik kiper asal Pekalongan ini tentu ketika Borneo FC berhasil menahan imbang tanpa gol Bali United di Stadion Segiri pada pekan pertandingan ke-23.
Ridho mungkin bukan kiper yang sering melakukan penyelamatan eksentrik seperti yang sering dilakukan oleh Andritany atau Muhammad Natsir. Sudah tentu, ia juga bukan kiper dengan jangkauan tangan luas seperti Kurnia Meiga atau Shahar Ginanjar.
Ridho memang tidak terlalu tinggi seperti Meiga, tetapi refleks dan kemampuan membaca bolanya merupakan kualitas kelas satu. Gaya mengawal gawang Ridho boleh dibilang sangat serupa dengan mantan kapten timnas Spanyol, Iker Casillas.
Ridho juga termasuk kiper yang sulit ditaklukan dalam situasi satu lawan-satu. Anda bisa melihat rekaman pertandingan ketika Borneo FC berhadapan dengan Arema FC pada pekan ke-17, yang menjadi sedikit gambaran bagaimana kualitas seorang Muhammad Ridho Djazulie.
Ada cerita tersendiri antara penulis terkait seorang Ridho Djazulie. Sekitar akhir tahun 2015 lalu, penulis berkesempatan untuk berbincang dengan pemain asing asal Cile, Patricio “Pato” Jimenez. Ia kini sudah pensiun dan lebih banyak menghabiskan waktunya melakukan pembinaan bakat usia muda di sekitar Pulau Jawa.
Ia berujar kepada penulis, bahwa ada kiper muda asal Pekalongan yang menurutnya sangat hebat, namun jarang mendapatkan pengamatan karena bermain di divisi bawah. Ia menyebut nama Muhammad Ridho, yang pada awalnya, sempat membuat penulis ragu karena nama ini betul-betul asing.
Setahun kemudian, muncul nama Muhammad Ridho di tim Borneo FC ketika mereka berlaga di ajang Torabika Soccer Championship. Jelas saya langsung teringat dengan ucapan Pato terkait kiper hebat dari Pekalongan yang ia sebutkan kala itu.
Ridho jelas memiliki kemampuan untuk mengawal gawang timnas Indonesia. Apalagi, kariernya dijalani dengan merangkak dari divisi bawah, dari Persip Pekalongan, PS Bangka, hingga kemudian mendarat di Borneo FC. Mungkin ia masih belum banyak pengalaman bermain di kompetisi level tertinggi, yetapi mental bermain Ridho sudah terbentuk sejak lama karena ia bermain di divisi rendah yang kita semua tahu sulitnya bukan main. Rasanya hanya tinggal menunggu waktu saja sampai akhirnya Ridho mendapatkan panggilan dari Luis Milla untuk membela timnas Indonesia, sebab ia memang layak.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia