Selepas juara musim lalu, ekspektasi akan pencapaian tim Chelsea jelas semakin tinggi. Dan seiring tingginya ekspektasi, mendulang hasil positif adalah harapan yang semakin mutlak. Beban tersebut tentu sebagian besar akan mampir di pundak pelatih. Untuk kasus ini, posisi Antonio Conte tak sepenuhnya aman.
Di paruh awal musim ini, performa Chelsea tak melulu baik, tidak konsisten. Boleh dikata, performa Chelsea tidak berbeda jauh dengan ketika mereka memenangi Liga Primer Inggris musim lalu. Duduk di peringkat keempat, dengan sembilan poin jarak dari posisi satu yang ditempati Manchester City, hidup Conte menjadi tidak aman.
Ketika kalah, kursi kepelatihan Conte langsung memanas. Kondisinya seperti manajemen The Blues tengah alpa bahwa musim lalu pun, Conte membangun performa dengan perlahan. Pelatih asal Italia tersebut bekerja dengan perlahan, dengan hasil positif pada akhirnya. Namun, sekali lagi, ketika Anda sudah memenangi sesuatu, setoreh noda adalah sebuah kesalahan.
Mengetahui bahwa manajemen Chelsea dengan ringannya menggertak dengan kata “pemecatan”, Conte meresponsnya dengan cara yang paling tidak terduga. Mantan pelatih Juventus tersebut justru tak ambil pusing. Ia tak gentar dengan pemutusan kontrak. Ia menunjukkan nyali, sebuah kata yang dicari Troy Deeney dari Arsenal dua minggu yang lalu.
“Saya tidak seperti pelatih lain. Saya berbeda. Saya memahami bahwa manajemen akan mengevaluasi performa saya. Tapi, jujur saja, saya tidak khawatir dipecat ketika kalah di sebuah pertandingan, misalnya,” tegas Conte kepada sportmediaset.
“Di masa lalu, manajemen memecat pelatih setelah tiga kekalahan dari tiga pertandingan, tapi menurut saya, semuanya bergantung kepada pelatih sendiri dan gayanya ketika melatih. Apakah Ada merasakan tekanan dari manajemen tersebut? Saya justru tidak merasakannya,” tambahnya.
Conte memang layak untuk membela diri. Bahkan faktanya ia memang harus berargumen. Kesuksesan musim lalu bukan hanya soal keberhasilan menjuarai kompetisi Liga Primer Inggris. Penampilan Chelsea musim lalu adalah soal kemauan semua pemain untuk bekerja keras dan berkorban demi tim.
Tidak banyak pelatih yang mampu membuat hampir semua pemainnya bersedia mengorbankan diri untuk tim. Tidak banyak pelatih yang mampu membalikkan keadaan, dari kemerosotan mental, menjadi sebuah unit yang siap bertarung sampai habis di setiap laga. Dedikasi setiap pemain, adalah pantulan tidak langsung akan “gaya melatih” si pelatih.
Memecat Conte adalah hal mudah bagi manajemen Chelsea. Namun, mempersiapkan kehidupan klub setelah kepergian Conte adalah pekerjaan berat, apalagi dilakukan di tengah musim. Oleh sebab itu, keberanian Conte menjadi sangat beralasan. Ia punya segala argumen yang menguntungkan.
Jika tetap berkeras untuk memecat Conte di laga selanjutnya ketika kalah, manajemen Chelsea harus punya rencana yang sangat matang dan bisa diterapkan secara cepat. Jika tidak punya rencana brilian itu, sebaiknya, manajemen Chelsea memberi kepercayaan seluas mungkin untuk seorang Antonio Conte.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen