Nasional Bola

Sudah Saatnya Liga 1 Disiarkan Lebih dari Satu Stasiun Televisi

Sepak bola Indonesia memang rumit. Tidak hanya dari segi regulasi yang berganti-ganti ataupun lisensi klub yang masih belum diketahui kejelasannya, bahkan dari segi tayangan pertandingan di televisi pun para pemirsa layar kaca nasional masih dibuat bingung.

Permasalahan mengenai meratanya jumlah siaran klub menjadi persoalan klasik di Liga Indonesia. Dengan dalih sulitnya akses ke beberapa stadion di Tanah Air, stasiun televisi pemegang hak siar Go-Jek Traveloka Liga 1 dengan teganya meniadakan siaran langsung klub tersebut. Tak peduli apapun status pertandingan itu, entah big match maupun derbi, televisi yang berslogan “Terdepan Mengabarkan” ini justru menjadi yang “Terbelakang” untuk urusan yang satu ini.

Tak hanya sebatas itu, stasiun televisi dengan logo berwarna merah ini juga seringkali mengundang tanda tanya, karena beberapa kali menepikan pertandingan dua kesebelasan yang tengah bersaing ketat di tangga juara, dan derbi satu pulau atau satu provinsi.

Contohnya di pekan ke-30 lalu. Laga antara Bhayangkara FC kontra PSM Makassar yang dilangsungkan pada hari Kamis (19/10) tidak disiarkan langsung padahal keduanya tengah bersaing ketat di jalur perebutan trofi. Begitu pula dengan derbi Kalimantan antara Persiba Balikpapan dan Barito Putera, yang terpinggirkan oleh pertandingan berat sebelah antara Bali United dengan PS TNI.

Itu semua belum membicarakan laga-laga tim Indonesia timur seperti PSM Makassar, Perseru Serui, dan Persipura Jayapura. Khusus untuk dua nama yang disebutkan belakangan, keduanya menjadi “korban utama” dari tidak meratanya jumlah siaran langsung yang lebih banyak berkutat di Pulau Jawa.

Baca juga: Siaran Langsung Liga 1 yang Absen di Wilayah Timur Indonesia

Terutama bagi Persipura, sangat disayangkan pertandingan mereka banyak sekali yang terlewatkan di layar kaca, termasuk partai besar seperti ketika melawan Madura United, PSM, juga Bali United. Pihak operator liga sebenarnya telah menggandeng RRI (Radio Republik Indonesia) untuk menyiarkan beberapa laga yang tak terjangkau televisi, namun tetap saja itu bukan solusi dari rasa haus pemirsa layar kaca yang ingin menyaksikan laga big match tapi tidak bisa datang ke stadion.

Perlu lebih dari satu stasiun televisi

Dengan jumlah kontestan mencapai 18 klub, Go-Jek Traveloka Liga 1 sebenarnya bukan liga yang besar. Bandingkan dengan masa-masa ketika kompetisi ini terbagi dua wilayah, Liga Indonesia menjadi kompetisi dengan jumlah klub kontestan terbanyak se-Asia.

Masalahnya adalah, dengan hanya menggunakan jasa satu stasiun televisi, liga ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan tiap pekannya. Kemudian jika ada partai genting yang dimainkan bersamaan, salah satunya akan “menghilang” dari layar kaca.

Contoh dari kasus pertama adalah kompetisi di bulan Ramadan. Dengan waktu bertanding yang hanya dimainkan di malam hari, untuk menyelesaikan satu pekan saja dibutuhkan waktu lima hari! Hampir seminggu lamanya, karena minimal harus ada lima pertandingan yang disiarkan langsung.

Lalu untuk kasus kedua, hal itu bisa terjadi lantaran di sepak bola kita tidak akan pernah tahu bagaimana kiprah sebuah tim di kompetisi. Operator liga pasti telah menyusun jadwal siaran langsung yang disesuaikan dengan partai akbar klub-klub tradisional. Namun bagaimana jika ada tim kuda hitam yang melesat jauh seperti Bhayangkara FC musim ini?

Saat melawan PSM saja, Bhayangkara FC tidak mendapat jatah siaran langsung, yang membuat para pemirsa berang, karena menuding televisi pemegang hak siar ini tidak kompeten dan sepenuh jiwa dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, ada baiknya Liga Indonesia disiarkan oleh lebih dari satu stasiun televisi, setidaknya mulai musim depan.

Dibaginya jumlah pertandingan Liga Primer Inggris (EPL) antara Global TV dan MNCTV beberapa tahun lalu, adalah contoh terbaik dalam hal ini. Kedua stasiun televisi tersebut bernaung di bawah bendera induk perusahaan yang sama, sehingga keduanya dapat bertandem untuk menyiarkan pertandingan bal-balan.

Pun begitu, menggunakan satu stasiun televisi sebenarnya juga tidak masalah, jika yang bersangkutan bersedia menayangkan dua sampai tiga laga per pekannya. Dulu, TV7 (sekarang berganti nama jadi Trans7) pernah melakukan ini saat menayangkan EPL di akhir pekan. Ada dua sampai empat laga yang ditayangkan, sesuai dengan jam tayang dimulainya pertandingan pertama.

Di sepak bola yang tidak bisa diperediksi jalannya kompetisi setiap musimnya disertai jadwal yang padat, memilih pertandingan mana yang akan disiarkan langsung adalah kesulitan tersendiri. Oleh karena itu, agar semua menang dan semua senang, sebaiknya ada dua televisi yang memegang hak siar liga di negeri ini.

Lalu, apakah ada stasiun televisi lain yang bersedia mengorbankan program prime time-nya demi tayangan olahraga yang rawan kerusuhan dan operator liga yang masih plin-plan menyusun jadwal?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.