Nasional Bola

Pasang Surut Persik Kediri, dari Liga Champions Asia hingga Degradasi ke Liga 3

Persik Kediri, klub yang pernah menjuarai Liga Indonesia 2003 dan 2006, harus menerima kenyataan tak akan berkompetisi lagi di Liga 2. Tim Macan Putih harus rela turun divisi ke Liga 3. Ini tentu saja kemunduran sangat jauh, mengingat klub tersebut pernah mewakili Indonesia di ajang Liga Champions Asia.

Kepastian tersebut diperoleh setelah Persik dibungkam PSIR Rembang dengan skor 0-1 pada pertandingan play-off Liga 2. Mereka kalah bersaing dengan PSIR yang dipastikan menjadi juara grup dan memastikan satu tempat untuk bertahan di Liga 2.

Kenyataan pahit ini benar-benar berbeda dari kejayaan Persik selama dekade 2000-an. Tentu masih jelas di ingatan kita bagaimana klub kebanggaan kota Kediri ini mengikuti jejak Kaiserslautern di Bundesliga musim 1997/1998. Keduanya sama-sama merebut gelar juara dengan status tim promosi dari kasta kedua.

Baca juga: Dongeng Legendaris Tim Macan Putih

Persik sukses menjuarai Liga Indonesia 2003 dengan mengungguli pesaing terdekatnya, PSM Makassar. Duet penyerang mereka yang tadinya dianggap bukan siapa-siapa, yaitu Musikan dan pemain asing, Bamidele Frank Bob Manuel, sukses mencetak 50 gol di musim tersebut. Bamidele sendiri hanya kalah dari pemain PSM, Oscar Aravena, untuk merebut gelar pencetak gol terbanyak. Sedangkan Musikan sukses meraih penghargaan sebagai pemain terbaik. Bukan hanya itu, gelar pelatih terbaik juga diraih pelatih Persik, Jaya Hartono.

Sebagai kampiun Liga Indonesia, Persik berhak mewakili Indonesia di ajang Liga Champions Asia 2003/2004. Saat itu, mereka tergabung di grup yang sama dengan Seongnam Ilwa Chunma (Korea Selatan), Yokohama Marinos (Jepang), dan Binh Dinh (Vietnam). Sayang, Harianto dan kawan-kawan gagal lolos ke babak selanjutnya karena hanya meraih satu kemenangan atas Binh Dinh. Malah, mereka sempat merasakan dihajar dengan skor telak dengan skor 0-15 ketika bertandang ke Seongnam.

Persik tak berhenti sampai di situ. Tiga tahun berselang, mereka membuktikan diri bahwa mereka lebih dari sekadar one-season wonder. Di bawah pelatih Daniel Roekito, Macan Putih kembali keluar sebagai juara. Kali ini, mereka meraihnya dengan mengungguli PSIS Semarang di final.

Selain kapten tim Harianto, skuat Persik pada saat itu sangat terbantu dengan keberadaan duet juru gedor baru, Cristian Gonzales dan Budi Sudarsono, serta disokong playmaker berkualitas, Danilo Fernando. Mereka kembali berhak tampil di Liga Champions Asia 2006/2007. Kali ini, mereka tergabung dengan Urawa Red Diamonds (Jepang), Shanghai Shenhua (Cina) dan wakil anggota baru AFC, Sydney FC (Australia).

Perjuangan Harianto dan kawan-kawan di musim ini jauh lebih baik. Dianggap sebagai tim terlemah di grup tersebut, Persik justru finis di peringkat tiga mengungguli Shanghai Shenhua. Mereka bahkan tak terkalahkan di kandang, dengan mencatatkan dua kemenangan atas Shanghai (1-0) dan Sydney FC (2-1). Secara gagah berani, mereka juga menahan imbang Urawa Reds yang keluar sebagai juara di edisi tersebut dengan skor 3-3.

Maka, kabar terdegradasinya Persik ke Liga 3 tentu saja terdengar cukup miris. Persik memang terus mengalami penurunan prestasi hingga akhirnya terdegradasi pada akhir kompetisi Liga Indonesia 2009/2010. Meski sempat promosi kembali pada tahun 2013, Macan Putih didiskualifikasi dari daftar peserta Liga Indonesia 2015 karena dinilai tidak memiliki kondisi keuangan yang kondusif. Perjuangan yang dirintis sejak tahun 2016 untuk kembali ke kasta teratas pun berakhir sia-sia setelah kegagalan di play-off Liga 2 musim ini.

Cepatlah bangkit, Persik!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.