Watford melesat ke peringkat empat klasemen sementara Liga Primer Inggris. Kemenangan dramatis atas Arsenal di pekan pertandingan kedelapan membawa mereka melayang tinggi mengungguli Chelsea dan juga Arsenal. Dari delapan pertandingan sejauh ini, Watford baru sekali menelan kekalahan.
Apa yang membuat kesebelasan favorit Sir Elton John ini bisa melesat di pekan-pekan awal Liga Primer Inggris? Berikut ulasannya:
Sosok Marco Silva, perubahan skema, dan kemampuan pemain sayap
Berbeda dengan Burnley yang melakukan serangkaian transfer jitu, Watford bisa dibilang tidak terlalu banyak melakukan pembelian. Boleh dibilang hanya ada tiga major transfers yang dilakukan tim berjuluk The Hornets ini. Yaitu mendatangkan Richarlison dari Fluminense, merekrut wonderkid Chelsea, Nathaniel Chalobah, serta mempermanenkan status Tom Cleverley yang dipinjam dari Everton pada musim sebelumnya.
Pergantian pelatih justru yang menjadi poin menarik. Melepas Walter Mazzari, alih-alih mendapatkan pelatih dengan kelas yang lebih baik lagi, Watford justru mengontrak mantan pelatih Hull City, Marcos Silva. Pelatih asal Portugal ini memang melakukan beberapa hal bagus di Hull, akan tetapi ia tidak dapat menyelamatkan tim tersebut dari degradasi, lalu memilih untuk mengundurkan diri.
Tetapi di tangan Silva-lah, Watford kemudian tampil lebih baik dari musim sebelumnya. Ada banyak hal yang berbeda ketika Mazzari masih menangani Watford, hingga kini Silva memegang kendali. Salah satunya adalah perubahan besar dalam skema permainan tim.
Ketika masih ditangani Mazzari, Watford memainkan formasi awal 3-6-1 yang lebih kaku. Sementara ketika ditangani oleh Silva, masih menggunakan skema tiga bek tengah, akan tetapi formasi awal 3-4-3 Watford ketika ditangani oleh Silva, sewaktu-waktu bisa berubah menjadi 4-2-3-1 atau 4-3-3.
Silva membuat Watford bermain lebih dinamis ketimbang ketika masih ditangani oleh Mazzari. Hal ini membuat mereka bisa bertahan dan menyerang lebih baik ketimbang musim sebelumnya. Terlebih lagi, bertahan dengan penjagaan perseorangan yang diterapkan oleh Silva, nyatanya cocok untuk Watford.
Silva juga lebih memaksimalkan para pemain sayap yang dimiliki oleh Watford. Kehadiran Richarlison memang membuat tim bermain lebih dominan di sayap kiri, apalagi pemain asal Brasil itu ditopang oleh bek kiri eksplosif, Jose Holebas. Tetapi perubahan besar di sisi kanan pun patut menjadi perhatian.
Meminjamkan Nordin Amrabat dan melepas Juan Carlos Paredes, alih-alih mendatangkan pemain sayap kanan baru, Silva justru memainkan gelandang serang Roberto Pereyra di posisi tersebut. Ia mencoba memaksimalkan visi dan kualitas operan Pereyra di sektor kanan.
Kecenderungan Pereyra untuk melakukan pergerakan memotong ke area tengah juga membuat bek kanan alumnus La Masia, Kiko Femenia, bisa bergerak bebas. Anda bisa melihat proses gol kedua dari Watford ke gawang Arsenal bagaimana Femenia bisa bergerak cukup jauh dan mengirim umpan ke jantung pertahanan lawan.
Selain itu, Silva juga terbilang berani untuk tidak memainkan pemain-pemain yang sebelumnya menjadi pemain penting di era Mazzari. Di sektor pertahanan, Silva memilih Adrian Mariappa dan Christian Kabasele, ketimbang dua bek senior, Younes Kaboul dan Sebastian Prodl. Kiko Femenia juga menjadi pilihan Silva dibandingkan bek kanan asal Belanda, Daryl Janmaat.
Silva juga melakukan perubahan besar dengan lebih memilih Abdoulaye Doucoure ketimbang Ettienne Capoue yang sudah menjadi andalan tim dalam beberapa musim ke belakang. Ia bahkan berani untuk membangkucadangkan kapten tim, Troy Deeney, dan lebih memilih untuk memainkan Andre Gray.
Well, skema Silva memang jelas tereksploitasi ketika mereka kalah besar dari Manchester City 0-6 di kandang mereka sendiri. Lagi-lagi soal area flank yang menjadi kelemahan skema tiga bek tengah seandainya para pemain di posisi bek sayap tidak disiplin atau kewalahan mengawal para penyerang lawan. Tetapi, Silva bersama skuat Watford saat ini punya banyak potensi untuk meledak lebih hebat lagi di musim ini.
Sejauh mana Watford akan melangkah di Liga Primer Inggris musim ini?
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia