Nasional Bola

Merindukan Suara Tris Irawan di Layar Kaca

Bernada diplomatis dengan ekspresi datar, dan pemahaman materinya sangat mendalam. Jika Tribes termasuk dalam generasi yang tumbuh di tahun 1990-an, kalian pasti familiar dengan nama Tris Irawan. Seorang komentator sepak bola legendaris yang wajahnya seringkali muncul di sebuah stasiun televisi swasta.

Bagi saya pribadi, sosok yang akrab disapa Bung Tris ini termasuk komentator yang tak tergantikan. Beberapa kali nada suaranya memang dapat menyebabkan kantuk, datar-datar saja, tetapi suara yang didengungkan Bung Tris sangat mewakili prinsip olahraga: tegas, lugas, dan karismatik.

Bung Tris tidak hanya terkenal sebagai komentator sepak bola, tapi juga sering memandu jalannya laga tinju dan bulutangkis. Sebuah double-job yang jarang ditemukan akhir-akhir ini di dunia komentator olahraga, karena perubahan yang menurut saya terlalu besar di dunia komentator sepak bola.

Perubahan yang saya maksud di sini adalah bergantinya peran komentator yang seharusnya memberi informasi di pertandingan, menjadi komentator yang viral di dunia maya berkat kalimat-kalimat aneh yang diciptakannya sendiri. Saya tidak menyebut apa yang mereka lakukan salah, tetapi beberapa kali komentar lebay mereka cukup mengganggu telinga saya karena diucapkan di momen yang kurang tepat.

Sebenarnya, yang dilakukan para komentator kekinian cukup kreatif, tapi dalam beberapa kesempatan, mereka terlalu berlebihan. Contohnya berteriak tidak jelas hanya untuk sebuah peluang yang sama sekali tidak berbahaya. Khususnya untuk laga big match atau pertandingan timnas Indonesia, ada baiknya seorang komentator harus banyak memberikan materi, tidak hanya menyebutkan nama pemain satu per satu, dan hindari menyebut istilah yang tidak ada di kamus sepak bola.

Fenomena-fenomena itulah yang mungkin menyebabkan komentator sepak bola masa kini jarang yang menyambi sebagai komentator di olahraga lain. Cara mereka membawakan acara sangat bergaya sepak bola, yang akan sulit diaplikasikan di olahraga lain.

Pintar memilih momen

Sepak bola merupakan sebuah cabang olahraga, tetapi ketika sudah masuk ke media seperti televisi contohnya, para pelaku di media tersebut (salah satunya komentator), juga harus menjalankan lima fungsi media massa. Fungsi pengawasan, social learning, penyampaian informasi, transformasi budaya, dan hiburan, adalah fungsi-fungsi media massa, yang sayangnya empat poin pertama sering diabaikan oleh komentator masa kini.

Bung Tris, menurut saya, adalah salah satu komentator yang selalu memperhatikan kelima fungsi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Pengetahuannya tentang sepak bola sangat luas, dan ide-idenya saat mengomentari pertandingan juga beberapa kali terealisasi di atas lapangan. Ia juga tidak lebay dalam menyampaikan informasi, yang membuat telinga kita tetap nyaman sembari menyaksikan 22 pemain mengejar bola di atas lapangan.

Cara Bung Tris untuk memilih momen mana yang harus diwarnai dengan ketegangan alias nada suara tinggi, dan mana yang tidak juga layak diacungi dua jempol. Dibantu dengan suara beratnya, terciptalah karisma yang hakiki saat kita mendengarkan suara Bung Tris di layar kaca.

Sepak bola adalah olahraga yang sejak lama identik dengan laki-laki, walau memang di perkembangannya, permainan ini sudah populer bagi kaum Hawa. Tapi sebagai komentator pria, ada hukum tak tertulis yang beredar di kalangan kaum Adam bahwa pria tidak boleh rewel.

Berkata secukupnya, menceritakan sesuatu apa adanya sesuai kenyataan, dan dapat memompa semangat para pemirsa adalah tindakan yang jauh dari kata rewel, alias cowok banget. Bung Tris adalah salah satu yang terbaik dalam hal ini.

Bung Tris saat ini sudah tidak menjadi komentator, dan perannya berganti ke pembawa acara. Cukup disayangkan memang, karena dengan kualitas yang dimilikinya ia hanya muncul di awal acara, jeda turun minum, dan akhir pertandingan. Namun, derasnya perubahan yang terjadi di dunia komentator sepak bola Tanah Air membuat Bung Tris harus rela posisinya digantikan oleh orang lain yang lebih segar.

Sepak bola saat ini telah berkembang dari yang awalnya hanya sekadar olahraga, menjadi tayangan dengan rating tinggi di layar kaca. Sebagai salah satu orang yang juga dituntut untuk menaikkan rating, ada baiknya seorang komentator tidak hanya menjadi penghibur, tapi juga berperan sebagai pusat informasi.

Sejauh ini, menurut saya baru ada dua komentator sepak bola yang dapat menyamai level Bung Tris, yakni Rendra Soedjono dan Iwan ‘Gol Gol Gol Mamayo’ Sukmawan. Cara keduanya dalam memandu jalannya pertandingan sangat nyaman untuk dinikmati, dan cocok diduetkan dengan banyak co-commentator kondang di Indonesia.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.