Berangkat ke Go-Jek Traveloka Liga 1 dengan kondisi finansial yang baik dan komposisi pemain yang ciamik, tidak lantas membuat perjalanan Persib Bandung lancar jaya sesuai perkiraan publik. Mendapat julukan Los Galacticos dan digadang-gadang akan menjuarai kompetisi ini selepas mendatangkan pemain bintang kelas dunia, yaitu Carlton Cole dan Michael Essien pun seperti tidak lagi berarti. Maung Bandung tetap tidak mengerikan di mata kontestan lain.
Dan bukannya bermain cantik, Persib justru seperti memberi pertunjukkan drama yang mungkin terasa menggelitik. Sejak awal kompetisi bergulir, Persib memang memberikan cerita menarik, tetapi saya pikir bukan cerita yang apik. Di laga pembuka melawan Arema pada 15 April 2017 lalu, Persib hanya mampu mengantongi satu poin setelah memperoleh hasil seri, 0-0. Padahal saat itu Persib bermain di hadapan pendukungnya sendiri di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
Awalnya saya pikir hasil seri yang didapat itu lantaran skuat Persib belum panas. Dengan datangnya pemain-pemain baru tentu saja mereka harus beradaptasi. Namun, ternyata hasil seri kembali diperoleh Persib di laga kedua saat melawan PS TNI. Padahal, saat itu Persib sudah unggul dua angka melalui gol Essien dan Atep. Hanya saja, di menit-menit akhir pertandingan, pertahanan Persib justru jebol. Dua gol berhasil disarangkan PS TNI. Harapan Persib untuk mengantongi tiga poin pun pupus seketika.
Saya rasa, dua laga pembuka itu pasti menjadi dua laga yang sangat diingat Bobotoh. Dua laga itu pula yang barangkali memunculkan tanya, apakah Persib akan sesuai harapan? Pun dengan kecemasan-kecemasan lain, seperti kecemasan bahwa Persib tidak sedang baik-baik saja.
Memang benar, Persib tidak sedang baik-baik saja. Sepanjang Liga 1 ini, Maung Bandung tidak menunjukkan keganasan sebagaimana yang dibayangkan sebelumnya. Bahkan, Maung Bandung sempat terseok-seok dan menduduki papan bawah klasemen sementara Liga 1.
Drama-drama Maung Bandung
Performa Persib yang tidak sesuai harapan pun sempat membuat situasi memanas. Tidak hanya di lapangan, tetapi juga di dunia maya. Semasa diarsiteki Djadjang Nurdjaman alias Djanur, saat seri apalagi kalah, entah sudah berapa banyak tagar #DjanurOut yang mengudara di linimasa Twitter.
Setelah mencoba bertahan, akhirnya Djanur pun resmi mundur dari kursi pelatih Persib. Performa Persib yang tak kunjung membaik menjadi alasannya. Djanur memutuskan mundur setelah Maung Bandung menelan kekalahan dari Mitra Kukar dengan skor 1-2. Sebelumnya Djanur memang sempat menyatakan mundur, tetapi tidak disetujui pihak manajemen.
Mundurnya Djanur tidak menjadi babak akhir dari drama yang disajikan Persib. Drama masih berlanjut, kali ini datang dari pemain. Ialah Carlton Cole, mantan bintang Liga Primer Inggris yang dicoret dari skuat Maung Bandung. Hal yang mengejutkan mengingat kedatangannya yang begitu dibangga-banggakan karena membuat Persib semakin bergengsi. Cole dicoret lantaran performanya dianggap tidak sesuai dengan harapan.
Selama bersama Persib, Cole hanya diturunkan sebanyak 5 kali dari 17 pertandingan. Itu pun tidak pernah dimainkan secara penuh. Jika manajer Persib, Umuh Muchtar, kecewa karena Cole tidak sesuai ekspetasi, Cole pun kecewa karena merasa tidak diperlakukan adil. Cole sendiri menanggapi kabar pemecatan dirinya melalui Instagram. Ia menggunggah foto dengan caption cukup panjang yang berisi luapan kekecewaan.
Setelah mundurnya Djanur dan dicoretnya Cole, Persib pun menata langkah baru. Kursi pelatih yang kosong membuat tim ditangani sang asisten, Herrie Setiawan. Menyambut putaran kedua, Persib juga mendatangkan pemain baru.
Awal Agustus lalu, setelah membawa kembali Purwaka Yudhi, Persib mendatangkan penyerang asing. Ia adalah Ezechiel N’Douassel, kapten timnas Chad. Sementara itu, pelatih baru Persib, Emral Abus, justru baru didatangkan di akhir Agustus..
Persib, jangan lupa caranya menang
Benar saja, kedatangan Ezechiel membawa angin segar untuk Persib. Pasalnya, Ezechiel mampu menghidupkan lini serang Maung Bandung. Ezechiel pun menjadi pusat perhatian karena performanya yang gemilang. Terutama saat melawan Persegres pada 20 Agustus lalu. Ia berhasil menyumbangkan satu gol dan tiga assists hingga Persib sukses menggulung Persegres dengan skor 6-0.
Tren positif Persib pun berlanjut. Setelah menang besar atas Persegres, Maung Bandung kembali mengaum. Pada 28 Agustus lalu, Persib berhasil menahan tim raksasa dari timur, Persipura Jayapura. Setelah itu, Persib kembali menang telak saat melawan Sriwijaya FC. Di pertandingan yang digelar pada 4 September itu, Persib menang dengan skor 4-1.
Namun, usai laga itu, performa Persib kembali menurun. Bagimana tidak, bermain tiga kali di kandang dengan hasil seri. Ya, Persib gagal meraih poin penuh di Stadion Si Jalak Harupat (SJH) yang biasanya keramat itu. Pertama, Persib bermain imbang 2-2 saat melawan Semen Padang pada 9 September. Kedua, Persib memperoleh hasil 0-0 saat melawan Bali United pada 21 September. Terakhir, saat melawan Bhayangkara FC pada 24 September kemarin, Persib harus berbagi angka 1-1.
Saat ini Persib pun hanya bertengger di papan tengah klasemen. Target mendapatkan kembali gelar juara pun dilupakan. Sekarang target Persib turun, yaitu sekadar finish di posisi lima besar klasemen Liga 1. Memang masih ada kesempatan di laga-laga selanjutnya. Namun, jika Persib lupa cara untuk menang, harapan itu pun tetap tak mudah untuk diwujudkan.
Dahulu Persib sering dibilang “jago kandang”. Mengapa sekarang menjadi “jago seri di kandang”? Sesungguhnya keduanya memiliki makna yang berbeda.
Persib adalah tim besar yang berisi pemain-pemain bertabur bintang. Maka tak elok rasanya jika Persib lupa caranya menang. Oleh karena itu, ayolah bangkit dengan segera. Tetap optimis dan raih kembali kemenangan yang hilang. Sebab, Bobotoh merindukan aumanmu, Maung Bandung!
Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Mahasiswi komunikasi yang mencintai sepak bola dalam negeri