Eropa Lainnya

Langkah Tak Mudah Feyenoord

Pada kompetisi Eredivisie musim 2016/2017, lewat sebuah perjuangan heroik, Feyenoord Rotterdam akhirnya sukses menyudahi paceklik gelar liga mereka yang sudah berumur 17 tahun. Feyenoord yang kala itu masih diperkuat oleh Dirk Kuyt, sanggup finis di puncak hanya dengan keunggulan satu angka dari sang rival bebuyutan, Ajax Amsterdam.

Nama Giovanni van Bronckhorst, legenda hidup Feyenoord yang sejak musim 2015/2016 menjadi pelatih dari klub yang bermarkas di Stadion De Kuip ini juga mendapat puja-puji dari suporter Feyenoord maupun publik Belanda atas keberhasilan tersebut.

Baca juga: Kala Feyenoord Menahbiskan Diri sebagai Raja Dunia

Berbekal status kampiun itu pula, di kompetisi Eredivisie musim 2017/2018 Feyenoord kembali muncul sebagai salah satu kandidat juara liga bareng Ajax dan PSV Eindhoven, meski Kuyt dan Eljero Elia tak lagi ada di dalam skuat Feyenoord. Seusai meraih gelar juara liga di musim lalu, figur berambut pirang itu memutuskan untuk pensiun dari dunia yang membesarkan namanya, sementara Elia dijual ke Istanbul Basaksehir.

Selain lini depan, lini belakang Feyenoord pada musim ini juga mengalami sejumlah perubahan karena dua penggawa pilarnya di musim kemarin, Rick Karsdorp dan Terence Kongolo, masing-masing telah dilego ke AS Roma dan AS Monaco.

Ketiadaan Kuyt dan Elia yang musim lalu jadi salah satu pemain pilar De Stadionclub memaksa Gio, sapaan akrab van Bronckhorst, harus membuat sejumlah penyesuaian dalam strategi permainannya, utamanya di sektor depan. Sebagai pendamping Nicolai Jorgensen di lini depan, kini Gio mengandalkan Jean-Paul Boëtius dan Steven Berghuis.

Setali tiga uang, Karsdorp dan Kongolo yang musim lalu jadi kuartet andalan bersama Eric Botteghin dan Jan-Arie van der Heijden di barisan belakang, sekarang disubstitusi oleh Kevin Diks dan Ridgeciano Haps.

Nahas bagi Feyenoord, kualitas para pengganti belum sampai di taraf yang luar biasa seperti pendahulunya. Kondisi ini pula yang ikut memengaruhi performa Jorgensen dan kawan-kawan pada awal musim kompetisi ini.

Secara tidak terduga, Feyenoord sudah dua kali tumbang dari enam partai perdana yang mereka lakoni di Eredivisie 2017/2018. Menariknya, dua kekalahan itu didapat Feyenoord dalam dua pekan terakhir. Usai tumbang di tangan PSV (17/9), dini hari tadi (24/9) De Stadionclub ditumbangkan oleh klub promosi, NAC Breda, di kandang sendiri.

Terus terang saja, dengan target mempertahankan gelar juara liga, catatan ini jelas kurang apik bagi Feyenoord. Sebagai perbandingan, dalam kampanyenya memetik gelar juara Eredivisie ke-15 sepanjang sejarah klub di musim kemarin, anak asuh Gio selalu berhasil mengemas angka sempurna di sembilan laga perdana di ajang Eredivisie.

Tren buruk yang sedang melanda kubu Feyenoord ini tentu bakal menjadi bahan evaluasi Gio. Jika enggan langkah Feyenoord menjadi tak mudah dalam mempertahankan gelar juara liga, permasalahan berupa menurunnya ketajaman di sektor depan dan kurang kokohnya tembok pertahanan Feyenoord harus segera ditemukan solusinya.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional